Tiara memperhatikan wajah Rosemary yang datar terkesan dingin. Tiara menyadari kesalahan yang sudah dia lakukan pada putri tunggalnya dan dia juga tidak berharap Rosemary akan memaafkan dirinya.
Namun, memikirkan Rosemary yang tengah mengandung dan berada jauh dari tanah kelahirannya membuat Tiara tidak tega.
Dulu, saat dia mengandung ada Sion di sampingnya walaupun Tiara tidak pernah menginginkan dirinya mengandung dan punya anak.
"Kau sudah periksa ke dokter? Kapan katanya?" tanya Tiara.
Rosemary yang sebelumnya berpikir Tiara sudah pergi berbalik lalu menjawab singkat, "Akhir bulan depan kalau tidak ada masalah."
"Apakah Sion akan datang? Maksudku, apa kau akan melahirkan di sini?" tanya Tiara.
Pertanyaan Tiara kembali membuat Rosemary mengerutkan alis.
“Aku berdoa pada saat aku melahirkan semua berjalan lancar hingga tidak ada masalah sehingga kau tidak perlu terganggu,” jawab Rosemary dingin.
“Marry, aku rasa kau salah mengerti. Aku hanya bertanya tentang keadaanmu. Hanya itu saja,” keluh Tiara.
"Aku sudah konsultasi ke dokter dan keadaanku kurang baik kalau melakukan perjalanan jauh. Lagi pula pekerjaanku di sini tidak bisa aku tinggalkan begitu saja," jawab Rosemary pelan.
"Pekerjaan? Dimana kau kerja? Bukankah kau datang untuk kuliah?" tanya Tiara.
"Apakah di dunia ini ada yang bisa kau dapatkan dengan gratis? Kalau pun ada, aku yakin tidak akan bisa kau nikmati dalam waktu yang lama. Apalagi aku cukup sehat dan mempunyai kemampuan dan harga diri,” jawab Rosemary.
“Ya Tuhan…kenapa setiap kalimat yang aku ucapkan menimbulkan salah faham? Apa tidak ada kebaikan di dalam diriku, baginya,” keluh Tiara dalam hati.
“Tidak. Di negara ini dan di bumi bagian manapun tidak ada yang bisa kau dapatkan secara gratis dalam waktu lama,” jawab Tiara.
“Aku percaya kau memiliki semangat yang cukup tinggi. Tetapi aku berharap kau akan meneleponku ketika kau akan melahirkan. Mau-kah kau melakukannya?” lanjut Tiara lagi.
Tidak ada suara yang keluar dari mulut Rosemary selain anggukan kepala membuat Tiara merasa dirinya ditolak.
“Apakah aku pantas diperlakukan seperti ini? Aku adalah ibunya dan aku sudah mencoba berdamai walaupun aku tahu sudah sangat terlambat,” kembali suara hati Tiara mulai bernyanyi.
Melihat dan merasakan penolakan yang dilakukan Rosemary padanya membuat Tiara memutuskan pergi. Setelah mengucapkan salam perpisahan Tiara meninggalkan apartemen yang disewa Rosemary.
Wajah Tiara masih terlihat murung pada saat dia kembali ke apartemen milik Lev. Mereka berdua sengaja datang untuk menyapa Rosemary tetapi menemukan kenyataan bahwa apartemennya sudah kosong.
"Kau kemana saja sejak tadi. Kau tahu bahwa aku sangat khawatir," tegur Lev gusar.
"Aku ke apartemen Marry untuk melihatnya," jawab Tiara pelan.
"Lalu, kenapa wajahmu muram setelah bertemu dengannya? Apa yang terjadi, apa dia yang menyebabkan kau bersedih?" tanya Lev ingin tahu.
"Tidak. Marry hanya mengatakan yang perlu dia katakan saja."
"Aku tidak percaya. Katakan padaku, apa saja yang sudah dia katakan hingga kau murung seperti ini. Apa kau tidak menjelaskan padanya alasan kau tidak bisa menyambutnya?” tanya Lev dengan nada mendesak.
"Lev...aku mohon," bujuk Tiara.
Tidak mengerti dengan keinginan Tiara membuat Lev frustasi.
“Aku tidak percaya bagaimana bisa putrimu bertindak egois. Dia seharusnya tahu pada saat dia tiba kau sedang sakit,” keluh Lev emosi.
“Dia tidak tahu tentang itu dan bisakah kau tenang?” bujuk Tiara.
"Apa yang kau inginkan?"
"Kita kembali."
Lev menatap Tiara tajam. Dia tidak mengerti dengan keinginan Tiara.
"Sungguh?"
"Hemm. Atau kau ingin aku menetap di sini dan tidak pernah kembali ke sana lagi?" goda Tiara.
Tidak perlu bujukan, Lev dengan cepat mengikuti keinginan Tiara.
Semua orang mengenal reputasi Lev apabila berhubungan dengan wanita. Setiap keinginan wanita yang dia sukai atau menjalin hubungan dengannya pasti dia penuhi.
Sudah terlalu sering Lev berkencan dengan wanita yang usianya sebaya atau tidak jauh berbeda dengannya dan semuanya tidak pernah membuatnya bingung. Tetapi dengan Tiara? Lev tidak bisa memahami dirinya dengan baik.
Daya tarik yang dimiliki Tiara begitu besar hingga dia tidak mampu menolaknya sejak pertama melihat wanita itu memasuki ruang kerja ayahnya 4 tahun yang lalu.
Lev tidak tahu rencana Steven dengan mengirim Tiara sebagai sekretarisnya dan Lev sangat yakin ayahnya mempunyai rencana tersembunyi yang hanya dia ketahui sendiri, tetapi bagi Lev dia tidak peduli. Dia sangat bahagia dan bersyukur karena ayahnya mengerti dengan keinginannya.
Sudah sebulan sejak kedatangan Tiara ke apartemen Rosemary dan mereka kembali tidak ada hubungan lagi baik melalui telepon maupun kunjungan tatap muka.
Kembali pada rutinitas setelah bertemu Tiara pertama kalinya adalah salah satu kegiatan yang dilakukan Rosemary setiap harinya.
Sejak dia diterima sebagai asisten sutradara, kesibukan Rosemary semakin bertambah. Rosemary seperti melupakan keadaannya yang sedang mengandung.
Malam itu, Rosemary baru mengistirahatkan kakinya pada saat ponselnya berbunyi.
Melihat siapa yang menelepon membuat Rosemary mengerutkan kening.
"Halo," sapa Tiara.
"Halo Marry, kau ada dimana?" terdengar suara Ezme.
"Aku di rumah. Ada apa?"
Rosemary mencoba berpikir apakah dia melupakan sesuatu hingga Ezme meneleponnya malam-malam.
"Di rumah? Apakah aku tidak mengatakan padamu bahwa Tuan Linoir mengundang kita? Malam ini adalah hari terakhir film yang kita kerjakan," teriak Ezme lantang.
"Aku tidak tahu, tapi hari ini aku sudah sangat lelah," beritahu Rosemary.
“Apa sudah waktunya kau melahirkan?” tanya Ezme berusaha mengalahkan suara bising di sekitarnya.
“Aku tidak tahu karena belum ada tanda-tandanya. Kau ada dimana?”
“Aku ada di acaranya Tuan Linoir. Apa kau tahu di sini ada siapa?” kembali terdengar suara Ezme yang bersemangat.
“Siapa?” tanya Rosemary tanpa minat.
“Tuan paling tampan dan mempesona. Lev Grigori. Kau tahu dia adalah sumber impian para wanita yang memiliki akal sehat dan normal,” jawab Ezme.
Tubuh Rosemary seperti membeku. Apakah dia tidak salah dengar? Bagaimana bisa Lev ada di negara dan kota yang sama dengannya? Sementara dia tahu Lev berasal dari negara yang berbeda?
“Marry…kau mendengarku?” tanya Ezme.
“Aku dengar. Sayang sekali aku tidak bisa datang. Aku begitu lelah hingga seluruh tubuhku terasa sakit,” kata Rosemary mengatakan yang sebenarnya.
Rosemary sudah berusaha melupakan nama Lev dari hidupnya tetapi kenapa nama tersebut kembali terdengar?
Beban pikiran yang timbul dari nama tersebut membuat Rosemary merasakan kontraksi. Mungkinkah dia akan melahirkan sekarang?
Dengan latihan yang sudah dia lakukan bersama Biana, Rosemary segera menelepon Biana dan dokternya, berusaha tetap tenang sambil mempersiapkan perlengkapan sebelum berangkat ke rumah sakit.
Biana, wanita bertubuh besar tetapi memiliki kegesitan yang wajib diberikan jempol segera bertindak cepat. Dia langsung membawa Biana dengan mobilnya.
Memastikan semuanya tetap terkendali sementara Rosemary berusaha menahan sakit sambil menyesali mengapa dia harus memikirkan Lev hingga memacu emosi yang ada di dalam dirinya.
Berada di acara besar sebuah perusahaan film bukan hal yang aneh karena banyak perusahaan film meminta dukungan dari perusahaannya dan kali ini pun sama. Kehadiran Lev adalah untuk mendukung produksi film kolosal yang disutradari oleh Linoir.
Bersama dengan Tiara, mereka terlihat sebagai pasangan yang sangat jomplang. Tiara terlihat sebagai wanita yang sangat matang di samping Lev walaupun dia sudah berusaha menutupinya.
“Selamat Linoir, akhirnya pekerjaan kali ini berhasil selesai tepat waktu,” sapa Lev ketika mereka bertemu dengan Linoir.
“Terima kasih. Aku beruntung memiliki 2 orang asisten yang sangat kompeten. Perkenalkan, dia adalah Ezme, sayang yang satunya lagi tidak bisa hadir,” jawab Linoir tertawa bangga.
“Sayang sekali mereka tidak hadir bersamaan. Apa kau keberatan kalau aku mengajak mereka bekerja sama dengan perusahaanku?” balas Lev setelah menyalami Ezme yang tidak bisa berkedip.
“Terima kasih atas tawaran Tuan. Aku sangat bersyukur sudah diberikan pekerjaan oleh Tuan Linoir,” jawab Ezme cepat.
“Kalau begitu pekerjaan bagimu membujuk Tuan Linoir melepaskan kalian sebagai pegawainya,” jawab Lev tertawa.
Banyak pembicaraan yang dilakukan Lev bersama dengan Linoir sampai kehadiran seorang lelaki yang tidak kalah menariknya hadir di acara tersebut. Lelaki yang selalu memancing persaingan antara 2 orang paling berpengaruh di dunia hiburan, Emanuel Durstan.