Tanpa terasa sudah 6 bulan lamanya Rosemary tinggal di Prancis dan kini dia sudah pindah dan menempati apartement yang berada di lingkungan yang lebih murah.
Sejak awal kedatangannya, Rosemary tidak pernah tenang menempati apartement milik Steven sebagai atasannya Tiara.
Berkat Biana, Rosemary sudah bisa menyewa apartement di lingkungan yang cukup aman menurut Biana dan dia juga sudah mendapatkan pekerjaan sebagai asisten actris peran.
Rosemary tetap melanjutkan keinginan menjadi seorang wanita yang bekerja di dunia peran dan dia lebih memilih jurusan penyutradaraan.
Beruntung, ketekunannya bisa membuktikan bahwa wanita hamil bisa melakukan belajar dan melakukan pekerjaan yang luar biasa.
“Marry, hari ini aku akan bertemu dengan sutradara untuk film kolosal, apa kau mau menemaniku? Aku berharap kau bisa belajar padanya,” usul Ezme Fioretta.
“Tentu. Kapan kau akan menemuinya?” tanya Rosemary.
“Kalau kau bersedia, kita bisa berangkat sekarang,” jawab Ezme.
“Baiklah.”
Sejak kedatangannya ke Prancis, tidak pernah Rosemary memiliki semangat tinggi seperti sekarang. Dia tidak menduga kehamilan tanpa seorang suami bukan berarti kiamat baginya.
Rosemary bagi sebagian mahasiswa yang menekuni ilmu penyutradaraan adalah idola. Wanita yang memiliki kecantikan luar biasa. Kehamilan bukan menjadi halangan bagi para pemujanya. Sayang Rosemary belum bisa menerima lelaki lain.
Bukan saja karena dia sedang hamil, tetapi karena Rosemary tidak mau terjebak dalam drama pernikahan yang akan berakhir dengan kekecewaan. Dia sudah merasakan bagaimana hidup bersama dengan wanita yang bukan ibu kandungnya. Selalu ada perbedaan yang dia terima, dan Rosemary yakin seorang lelaki-pun akan sama.
Bertemu dengan sutradara besar, Rosemary sangat bangga apalagi dia dan Ezme diperbolehkan menyaksikan pengambilan kegiatan syuting yang akan terjadi minggu depan.
“Terima kasih Tuan Linoir. Kami pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini,” kata Rosemary dan Ezme antusias.
“Kalau kalian memang bisa di andalkan, tidak menutup kemungkinan kalian akan menjadi asistenku,” jawab Lionoir semakin membuat keduanya bahagia.
“Tapi pastikan tidak akan mengganggu kehamilanmu, Marry,” kata Lionir mengingatkan.
:Aku yakin tidak akan mengganggu, Tuan. Terima kasih karena sudah memberikan kesempatan pada kami berdua,” jawab Rosemary gembira.
Apalagi yang paling menggembirakan bagi seorang mahasiswa penyutradaraan selain diijinkan melihat seorang sineas besar bekerja.
Setelah cukup banyak ilmu yang diberikan Linoir pada mereka, Akhirnya Rosemary dan Ezme meninggalkan kantor Lionir dengan wajah gembira dan puas.
“Terima kasih sudah mengajakku bertemu dengannya,” kata Rosemary ketika Ezme menurunkan Rosemary di depan apartemennya.
“Aku senang kita bisa melakukannya bersama-sama,” jawab Ezme.
Setelah Ezme pergi, Rosemary melanjutkan langkahnya menuju apartementnya.
Baru saja dia masuk ke dalam apartement, Rosemary mendapati seorang wanita cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi.
Dengan kening berkerut dia menoleh pada Biana yang juga menatapnya heran.
“Aku tidak tahu kalau ada tamu,” kata Rosemary setelah dia tidak mendapat jawaban dari Biana.
“Aku memang sengaja tidak mengatakannya padamu. Kenapa kau tidak tinggal di apartemen yang aku berikan padamu,” tanya wanita yang tidak lain Tiara.
“Aku tidak tahu kalau apartement tersebut milikmu. Terus terang aku tidak nyaman bila menumpang di apartement orang. Aku lebih nyaman dan bebas berada di sini,” jawab Rosemary.
“Ada apa denganmu? Kau datang ke sini bukan karena kau hamil di luar nikah, kan? Aku tidak mengira Sion tidak becus menjaga anak perempuannya.”
Senyum Rosemary terlihat sinis. Bagaimana bisa seorang wanita yang tidak pernah mengasuh dan peduli pada seorang anak yang pernah dia lahirkan berbicara begitu ringan.
“Sayangnya dugaanmu benar. Aku sengaja meninggalkan Indonesia karena aku hamil di luar nikah. Tetapi ucapanmu tentang Sion yang tidak becus menjaga anak perempuannya tidak benar. Tentu saja bila dibandingkan dirimu yang tidak pernah tahu perkembangan anaknya. Atau…kau menolak mengakui diriku sebagai anak perempuanmu?”
“Cukup Marry. Kau sudah datang ke sini dan aku juga sudah bertemu denganmu. Aku gembira kau cukup sehat walaupun kau sedang hamil. Aku hanya berharap kau lebih menghargai dirimu sebagai wanita. Jangan mudah ditindas oleh lelaki.”
“Maksudmu, tidak seharusnya aku hamil? Aku juga tidak mengira kalau aku hamil, tetapi aku tidak akan menyingkirkan dia dari hidupku. Dan jangan khawatir aku akan membenani dirimu,” sahut Rosemary.
Rosemary menatap Tiara tajam. Apakah wanita yang duduk dengan sikap angkuh dan tidak memandang sebelah mata pada orang yang ada di sekitarnya adalah ibunya?
Bagaimana dia bisa mempunyai seoran ibu yang begitu angkuh dan sombong. Bukankah dia hanya seorang sekretaris saja? Atau Tiara memang seorang wanita lain di dalam hidup Steven, atasannya?
Rosemary beruntung dirinya tidak terlalu lama tinggal di apartemen milik bos-nya Tiara. Dia khawatir seseorang dari keluarga Steven datang dan mengusirnya pergi.
“Aku tidak tahu mengapa kau harus berkata seperti itu. Tapi kau benar. Aku memang tidak suka dibebani dengan seorang anak, jadi kau pasti tahu aku tidak akan menerima kehadiran seorang cucu. Aku masih cukup memiliki gairah tinggi untuk mendapatkan perhatian dari seorang lelaki,” jawab Tiara sinis.
“Bagus juga kau berkata seperti itu. Setidaknya kau sudah mengatakan dengan jujur bahwa kehadiranku tidak berarti bagimu. Terima kasih,” kata Rosemary.
Tiara tidak menduga Rosemary menanggapi dirinya dengan dingin. Semula dia berpikir mengenalkan Rosemary pada Lev.
Mereka datang ke apartement Lev yang diduga ditinggali oleh Rosemary, tetapi Tiara dan Lev tidak tahu bahwa Rosemary sudah cukup lama tidak tinggal di tempat tersebut sehingga Tiara lebih memilih menemui Rosemary sendirian setalah mengetahui dimana Rosemary tinggal melalui Biana.
Tidak pernah terbesit dugaan sedikitpun Rosemary menolak tinggal di apartement mewah dan lebih memilih tinggal di apartemen kecil dengan keterbatasan fasilitas pendukung.
Duduk di dalam apartement yang hanya memiliki 1 kamar dengan ruang tamu dan dapur jadi satu membuat Tiara merasa sesak.
Tiara sudah terbiasa tinggal di apartement mewah sehingga keadaan Rosemary membuat Tiara tidak nyaman sehingga dia mengatakan kalimat yang tidak seharusnya dia ucapkan pada Rosemary sebagai putrid yang sudah lama tidak pernah dia temui.
“Marry…bukan maksudku berkata seperti itu. Aku hanya tidak mengira kau memilih keadaan seperti ini. Usiamu masih cukup muda dan kesempatan pasti terbuka lebar kalau kau tidak hamil.”
Dari suara dan kalimat yang diucapkan Tiara, wanita itu terlihat menyesal, tetapi Rosemary tidak terpengaruh. Sudah menjadi kebiasaan bagi Rosemary bahwa kesan pertama adalah hal penting yang dia perhatikan.
“Aku tahu dan kau tidak perlu berpikir aku terbebani dengan keadaan seperti ini. Lalu, apa yang membuatmu datang ke sini? Aku ragu Biana dan diriku tidak bisa menjamu dirimu dengan baik,” kata Rosemary.
“Aku…aku hanya bermaksud bertemu denganmu. Aku tidak mengira kau sudah dewasa dan sangat cantik. Kau tahu apa yang aku rasakan begitu melihat foto yang ada di atas meja? Aku sangat kagum dan bangga karena kau memiliki kecantikan yang murni dan alami,” puji Tiara sambil memandang foto Rosemary yang sengaja di atas meja sudut.
“Terima kasih,” jawab Rosemary singkat.
“Marry, apakah aku boleh bertemu denganmu lagi di tempat yang berbeda?” tanya Tiara.
“Tentu selama kita tidak ada yang terganggu. Hanya satu yang aku inginkan. Aku tidak berharap bertemu dengan siapa pun yang menjadi teman pria-mu,” jawab Rosemary dingin.
“Kenapa?”
“Karena aku tidak mau teman pria-mu melihat diriku dengan cara yang berbeda dan buruk,” jawab Rosmary kembali.
“Apa maksud Marry dan mengapa dia berpikir lelaki yang menjadi kekasihku akan berpikir buruk tentangnya?” kata Tiara dalam hati.
“Kenapa? Dan ada yang ingin aku tanyakan padamu, mengapa kau tidak mau tinggal di negara yang sama denganku. Terus terang aku ingin tahu alasannya,” kata Tiara mengungkapkan keheranannya.
“Karena tempat kau tinggal yang menyebabkan semua perubahan yang aku alami,” jawab Rosemary.
“Kau pernah datang ke sana, kapan? Mengapa kau tidak telepon?” tanya Tiara.
“Mendapatkan suasana dingin tidak harus berada di tempat tersebut,” jawab Rosemary menolak berterus terang dan Tiara mengerti bahwa dia tidak mempunyai hak memaksa Rosemary bicara jujur.
“Baiklah. Kau tidak perlu khawatir aku akan datang bersama teman pria-ku bila bertemu denganmu. Aku hanya berharap kita bisa lebih sering bertemu,” kata Tiara akhirnya.
“Sepertinya bukan aku yang sibuk dan tidak punya waktu, bukan?” Balas Rosemary sehingga Tiara tidak mempunyai alasan untuk mencoba bertahan tinggal lebih lama di apartement yang disewa oleh Rosemary.