Perhatian

1081 Words
Lev tidak mungkin bisa menghindari pertanyaan Steven. "Semuanya sudah terkendali. Aku sudah memberikan ganti rugi yang lumayan besar," jawab Lev. "Kau yakin tidak ada akibat yang kau tinggalkan?" tanya Steven menyelidik. "Pa, apakah papa tidak pernah masuk perangkap seorang wanita? Papa pasti tahu yang paling mereka inginkan." "Hidup mewah bergelimang harta dan kekayaan, adalah alasan klasik para wanita untuk melakukan semua keinginannya," ujar Lev. Tidak ada penyesalan di dalam diri Lev karena kebanyakan wanita yang dia temui adalah seperti itu, lalu dimana letak perbedaannya? "Kalau kau yakin tidak meninggalkan akibat yang berkepanjangan, papa harap kau bisa konsentrasi bekerja." "Apakah selama ini aku tidak serius?" Suara Lev yang kesal tidak di gubris Steven. Dia adalah lelaki yang menginginkan kesempurnaan. Tidak ada gangguan sekecil apa pun di setiap bisnis-nya apalagi gangguan wanita yang menuntut tanggung jawab. "Serius tapi hidup sosialmu berantakan. Kau tahu julukan sebagai 'Berandal Pesta' membuat ibumu harus memberi penjelasan berkali-kali. Sekarang pergi dan tindak lanjuti semua hasil kerja-mu!" Perintah yang sangat jelas bila dikeluarkan oleh Steven. Lev tidak mungkin membantahnya karena dia sama sekali tidak berminat. Bukankah lebih baik ikuti kemauan bos besar? "Aku pergi," kata Lev mulai bangun dari duduknya lalu keluar dari ruang kerja ayahnya. Berjalan menuju ruang kerja yang berada di lantai yang berada di bawah lantai Steven, Lev menerima sapaan hormat dari semua pegawai yang dia temui. Lev adalah putra tunggal Steven Maxim Grigory dan dia adalah calon Pewaris perusahaan besar milik keluarganya. Di depan ruang kerjanya, dia melihat Tiara sangat fokus pada pekerjaan dan baru mengangkat wajah ketika Lev sudah berjalan mendekat. "Apa kau tidak pernah melihat lebih dulu siapa yang keluar dari pintu lift?" tegur Lev. "Maafkan aku. Apakah aku harus selalu melihat siapa yang keluar dari lift?" tanya Tiara heran. "Benar. Aku tidak akan terima alasan apa pun kalau kau masih seperti ini. Kau bukan orang baru, jadi, aku yakin kau lebih mengerti daripada karyawan yang lainnya." Tiara hanya mengangguk karena Lev langsung pergi. Apa yang diinginkan Lev dan mengapa tiba-tiba Lev tiba-tiba memberi kesulitan padanya? Pertanyaan tersebut terus berputar hingga Tiara harus melupakan waktu istirahatnya karena pekerjaan yang tidak selesai. "Bodoh dasar stupid. Sejak kapan aku memikirkan reaksi Lev. Dia adalah anaknya bos besar, aku yakin apa pun yang dia inginkan sudah seharusnya aku membantunya, seperti yang diperintah oleh Tuan Maxim," gumam Tiara. Apa yang tidak bisa diselesaikan oleh Tiara? Dia adalah sekretaris yang dapat di andalkan. Semua kewajiban yang harus dia lakukan sudah dilaksanakan dengan baik. Lev tidak akan punya alasan lagi untuk menegurnya. Di dalam ruang kerja dengan ukuran yang cukup luas terlihat Lev berdiri menghadap jendela besar. Perhatiannya beralih ketika dia mendengar suara ketukan pintu. Kernyitan terlihat jelas di wajah bagian atasnya. Siapa yang datang untuk bertemu dengannya. "Masuk!" Perintah Lev yakin dia tidak akan mendapatkan jawaban apabila hanya bertanya di dalam hati saja. "Selamat siang, Pak," sapa Tiara. "Siang. Kau tidak istirahat?" "Bisa aku lakukan apabila masih sempat," jawab Tiara. "Ada apa?" "Laporan semua hasil kerja sama selama kau keluar negeri sudah selesai," beritahu Tiara. "Bagus. Letakkan di atas meja dan aku minta kau membuatkan aku kopi. Aku selalu kangen dengan kopi buatan-mu," kata Lev dengan suara malas, berbeda dengan keinginan yang ada di dalam hatinya. "Baik!" Tiara keluar dari ruang kerja Lev setelah meletakkan map hasil kerjanya. Lev memperhatikan map berwarna blue dark yang ada di atas mejanya lalu mengambilnya. Puas dengan hasil kerja Tiara membuat Lev lebih rileks. Dia akan memberikan hadiah pada asisten dan sekretarisnya. Wajah Tiara saat meletakkan cangkir kopi di atas meja kerja Lev menandakan kalau dia tidak mengerti dengan arti senyuman dan ekspresi yang diperlihatkan Lev. "Ada apa? Kenapa Lev cepat sekali berubah? Seolah dia tidak memiliki pendirian?" tanya Tiara dalam hati. "Apa pun yang ada di dalam otakmu, aku tidak akan memberikan jawaban apa-apa karena aku yakin tidak penting. Yang aku ingin kau lakukan ada menerima, ini!" Kotak yang begitu kecil menarik perhatian Tiara. "Apa ini dan untuk apa?" tanya Tiara ragu-ragu. "Hadiah untuk hasil kerja-mu. Kau tidak perlu ragu karena aku juga memberikannya pada asistenku," Sahut Lev Apakah Tiara berpikir dia begitu kikir hingga tidak peduli dengan karyawannya? "Terima kasih, Pak." "Hemm. Malam ini, apa kau sudah punya acara? Aku ingin mengajakmu ?makan malam, bagaimana?" Apakah Tiara harus periksa pendengarannya? Tiara khawatir pendengarannya rusak sehingga dia tidak yakin dengan ucapan Lev. "Belum ada, Pak," jawab Tiara. "Bagus. Malam ini aku akan menemui dirimu di apartemen. Kau masih tinggal di tempat yang sama, kan?" Tiara mengerjap. Apa dia tidak salah dengar? Lev adalah berandal pesta, apakah dia akan melibatkan dirinya pada acara yang dihadiri oleh Lev? "Kalau aku boleh tahu, makan malam dengan siapa?" tanya Tiara. "Hanya berdua, kecuali kau menginginkan mengundang seluruh anak buahmu," sahut Lev sinis. Apakah Lev tidak bisa bersikap ramah sedikit? Apakah semuanya harus sesuai dengan keinginan yang ada di dalam hati dan pikiran Lev? Jawabannya adalah Ya. Lev tidak akan melakukan apa pun bila dia tidak menginginkannya. Penantian yang dirasakan oleh Tiara sangat besar. Menunggu seorang Lev Grigory mengetuk pintu kamarnya adalah bagian yang tidak pernah dia sukai. Suara ketukan pada pintu mengikuti suara bell hingga terdengar ke dalam kamar Tiara, tempat dia sedang duduk menatap cermin. "Apakah Lev sudah datang?" tanya Tiara. Dia bergegas keluar kamar untuk membuka pintu dan terkejut melihat Lev berdiri di depan pintunya dengan penampilan yang selalu membuat wanita tidak berdaya. "Sudah siap?" "Sudah. Aku akan mengambil tas, dulu," jawab Tiara. Usianya bukan usia remaja lagi atau usia wanita yang kebelet pengen kawin dengan lelaki Idamannya tetapi mengapa daedanya berdebar kencang seolah Lev datang untuk mengajaknya kencan? Lev memang mengajaknya makan malam tetapi makan malam romantis yang sangat berkesan bagi Tiara. "Apa yang kau lakukan di waktu bebas mu?" tanya Lev saat dia menyesap minuman. "Banyak. Belanja, masak dan...." "Kencan?" potong Lev. "Tentu. Aku wanita normal jadi kencan adalah salah satu kegiatan rutin yang aku lakukan," jawab Tiara. Apa sebenarnya tujuan Lev, apalagi dengan pertanyaan yang dia lakukan? "Sudah berapa lama? Tidak menginginkan hubungan yang lebih serius?" tanya Lev ingin tahu. "Maksudmu menikah? Tidak. Pernikahan tidak cocok untukku." Tatapan Lev begitu tajam. Dia tahu usia Tiara sudah tidak muda lagi sementara dia sendiri mengakui kencan adalah kegiatan yang dia lakukan secara rutin. Jadi alasan dia tidak diminati sama sekali tidak berlaku. "Ada alasan khusus mengapa kau menolak pernikahan?" "Aku tidak menolak. Bagaimana bisa dikatakan menolak kalau aku tidak menginginkannya? Kau sendiri, kenapa belum menikah?" "Karena aku belum menemukan wanita yang cocok. Aku ingin hidup normal. Mempunyai anak dan istri." "Selamat. Kau pasti bisa mendapatkan-nya." "Tentu saja selama kau bisa aku andalkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD