Tamu tak diundang

1376 Words
Emanuel bukan peramal dan dia juga bukan ahli nujum yang bisa mengatakan bahwa Rosemary akan mengalami kejadian yang tidak dia sukai dan membuat hidupnya seperti kembali ke awal pada saat dia bertemu dengan Lev. Namun, secara perlahan-lahan perubahan tersebut seperti dezavu yang harus dialami Rosemary pada saat dirinya sudah hidup nyaman dengan anaknya walaupun tidak ada suami yang mendampingi. Emanuel melihat perubahan yang coba disembunyikan oleh Rosemary karena sikapnya yang tertutup tersebut hingga dia memaksa Rosemary untuk bicara padanya. Emanuel khawatir Maxim sudah mulai bertindak sehingga ketenangan Rosemary terusik. Rosemary baru saja selesai memeriksa hasil kerjanya hari ini ketika dia melihat Emanuel berjalan melewati pintu lalu duduk di kursi yang ada di depan mejanya. Sikapnya yang tenang tetapi menarik perhatian membuat bebarapa pegawai lain perlahan menyingkir hingga meninggalkan mereka berdua. “Tumben,” sapa Rosemary setelah cukup lama Emanuel tidak bersuara. “Apanya?” “Kau. Tidak biasanya kau datang ke sini dan langsung duduk. Aku tahu kau bukan atasan yang langsung melihat pekerjaan yang anak buahmu lakukan,” jawab Rosemary. “Sudah lama aku tidak melihatmu bekerja. Apa kau nyaman dengan pekerjaan ini?” kata Emanuel kembali bertanya. “Nyaman tetapi seandainya kau menawarkan kerja yang lain, mungkin aku akan memikirkannya. Tapi….” Rosemary tidak meneruskan kalimatnya karena dia melihat Emanuel sepertinya sangat penasaran sementara dia semula hanya bermaksud menggodanya saja. ‘Tapi apa, kenapa tidak kau teruskan kalimatnya?” Senyum Rosemary terlihat sebelum dia meneruskan kalimatnya yang terputus tadi. “Aku nyaman tetapi aku tidak akan menolak untuk berkembang. Aku tidak mau dikatakan wanita yang hanya bisa puas dengan yang ada di depan matanya tanpa ada niat atau keinginan untuk melihat kesempatan yang lebih baik meskipun kesempatan tersebut ada di balik pintu,” jawab Rosemary. “Dengan kata lain?” “Dengan kata lain aku rindu bekerja sama dengan banyak bintang yang semula pernah aku alami pada saat aku kuliah dulu,” jawab Rosemary. Suara tawa Emanuel terdengar hingga Rosemary berpikir lelaki di depannya sudah mengerti dengan tujuannya. “Kau tahu, Rose. Aku sengaja datang ke kota ini karena aku melihat talenta yang kau miliki sia-sia apabila hanya berada di tempat ini saja. Kemarin aku bicara dengan dengan Mc Linoir tentang film barunya dan dia sangat bersemangat apabila kau menjadi salah satu rekan kerjanya,” beritahu Emanuel. “Tuan Linoir? Aku bersama dengan Ezme atau hanya aku sendiri?” tanya Rosemary memastikan. Terakhir dia kerja sama dengan Mc Linoir adalah sebelum dia melahirkan dan pada saat itu dia dan Ezme hanya asisten yang sedang magang, bukan sebagai sutradara seperti sekarang. “Sendiri. Ezme sudah punya proyek sendiri bersama Sofia dan dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Jadi, apa kau bersedia meningglkan iklan ini untuk kerja sama dengan Mc Linoir?” Senyum lebar nyaris membelah wajah Rosemary pada saat dia menjawab dengan semangat yang sebelumnya belum pernah dilihat Emanuel. “Aku pasti menerimanya walaupun aku yakin penghasilan yang aku peroleh sangat berbeda dengan yang aku lakukan selama ini,” jawab Rosemary sembari bercanda. “Aku salut karena kau bisa membaca kesempatan yang terbuka walaupun pertimbangna penghasilan pasti membuatmu bimbang,” tawa Emanuel. “Aku bukan wanita munafik yang hanya bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa sementara aku tidak tahu apakah pilihanku menjadi sia-sia atau tidak,” jawab Rosemary. Tawa kembali terdengar dan hari itu menjadi awal yang membuat nama Rosemary dikenal sebagai seorang sutradara Asia yang mulai dikenal dunia. Dari semuanya yang sudah terjadi, maka Emanuel-lah yang menjadi awal dari kehidupan Rosemary yang semakin berwarna karena dia mulai sering mendapat tawaran kencan dan juga pendekatan dari lelaki yang tertarik pada Rosemary. Seperti yang biasa terjadi, Rosemary kembali ke rumah dan melihat Yuri sudah rapi dan bermain dengan Fara, pengawalnya dan juga Biana di depan rumah. Namun, pada sore itu berbeda. Tidak ada Yuri di luar karena dia mendengar suara Yuri dari dalam rumah sementara Fara dan seorang lelaki lain lain berdiri di depan pintu rumahnya yang terbuka. “Siapa?” tanya Rosemary pada Fara. “Tuan dan Nyonya Grigory,” jawab Becky. “Hah?” Belum lagi Rosemary bertanya kembali, seorang wanita setengah baya yang begitu cantik dan ramah keluar dari dalam rumahnya. Tidak perlu bertanya siapa wanita itu karena di belakangnya berdiri seorang lelaki yang pernah Rosemary temui ketika dia berkunjung untuk bertemu keluarga yang akan menjadi suaminya Tiara. “Anda?” “Aku sangat gembira kau masih mengenaliku, Rose,” jawab Maxim. “Maaf kalua aku bertindak kurang sopan, tapi apa yang kalian lakukan di rumahku?” Pertanyaan yang langsung pada Maxim sekaligus teguran yang diberikan Rosemary pada Fara karena sudah lancang menerima tamu pada saat dirinya tidak ada. “Sebenarnya kedatangan kami ke sini tidak sengaja. Aku ingin bertemu dengan Biana. Kau pasti tahu siapa Biana bagi kami,” ujar wanita yang ada di depan Maxim. Rosemary tahu siapa Biana tetapi yang tidak Rosemary ketahui adalah Maxim dan istrinya memakai kesempatan tersebut untuk masuk ke dalam rumahnya dan tidak mungkin mereka tidak bertemu dengan Yuri. “Apakah sudah selesai pertemuannya? Kalau belum silahkan dilanjutkan karena aku dan Yuri ada acara yang harus kami hadiri,” ujar Rosemary. Wajah dingin dan suara yang tidak kalah dinginnya menarik perhatian Maxim. Dia tidak pernah tahu seorang wanita muda yang begitu muda dan cantik bisa bicara dengan nada yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Dengan tenang, Rosemary berjalan masuk dan dia tidak melihat Yuri di dalam rumah membuat dia langsung waspada. Belum sempat dia memanggil Biana, wanita itu berjalan keluar bersama dengan Emanuel yang sudah berpakaian rapi, siap pergi. “Mommi, kita mau bertemu Paman Noel?” tanya Yuri lincah. “Benar sayang,” jawab Rosemary. Dalam hatinya Rosemary bertanya bagaimana bisa Yuri bertanya seperti itu? Apakah Biana yang sudah mengajarinya? Rosemary melirik Biana dan dia melihat anggukan kepala dari wanita bertubuh gempal tersebut. Apakah Biana merasa bersalah karena membiarkan pasangan suami istri yang sangat berbahaya bagi Rosemary masuk ke dalam rumah mereka? “Aku sudah menyiapkan segala keperluan Yuri kalau kalian nanti bermalam di sana,” kata Biana. “Terima kasih, Biana,” jawab Rosemary sementara Yuri sendiri sudah meloncat-loncat gembira. “Apakah kalian akan pergi?” tanya wanita cantik yang sejak tadi tidak berkedip memperhatikan Yuri. “Benar. Kebetulan hari ini Emanuel mengundang kami berlibur,” jawab Rosemary. Dia tidak mengada-ada karena Emanuel memang mengundang mereka. Yang tidak benar adalah undangan tersebut bukan sekarang melainkan bulan depan pada saat Emanuel menikah dengan Ezme. “Rose, kami tidak pernah tahu kalau kau tinggal di sini dan sudah mempunyai anak dari Lev, apakah kau akan menerima undangan kami bila kami memintamu berlibur di negara kami?” “Tidak. Aku tidak mungkin menerima undangan dari Anda, Nyonya,” jawab Rosemary tegas. “Kenapa, kami adalah keluarga ayahnya Yuri,” tanya wanita itu lagi. Suara tawa keluar dari mulut Rosemary, suara tawa yang jauh dari gembira apalagi bahagia. “Anda dengan berani mengatakan kalau kalian adalah keluarga dari ayahnya Yuri, tetapi bagiku sendiri justru timbul pertanyaan lain. Apakah kalian akan mengatakan Yuri adalah anaknya Lev bila wajah Yuri sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan Lev?” “Aku yakin kalian tidak akan melakukannya karena kehidupan anak Anda yang sangat berwarna,” jawab Rosemary panjang lebar. Sudah 2 tahun sejak kematian Tiara, tetapi apakah Lev pernah menghubunginya? Rosemary bahagia karena dia tidak perlu mencari-cari alasan untuk menghindarinya tetapi mengapa justru orang tua Lev yang datang? Melihat kesungguhan dari setiap kata yang keluar dari mulut Rosemary membuat Maxim yakin kalau mereka tidak bisa berdebat sementara Yuri sejak tadi memperhatikan mereka. “Rose, apakah aku boleh berkunjung ke sini dan bertemu dengan Yuri? Aku sangat menginginkan seorang anak keturunan Lev hadir di keluarga kami. Kami tidak pernah mengharapkan anak lain karena kami sudah jatuh cinta pada Yuri,” ujar wanita itu lagi. “Maafkan saya Nyonya, saya belum mengenal Anda jadi saya tidak bisa memastikan apakah Anda bisa berkunjung ke sini lagi atau tidak,” jawab Rosemary. “Dia adalah istriku, Rose, sekaligus ibunya Lev. Apakah kau masih menolak Alda bertemu dengan cucu-nya?” Walaupun Fara sudah mengatakan kalau tamunya adalah suami istri Grigory tetapi Rosemary tidak menduga kalau wanita itu adalah ibunya Lev. Dalam hati Rosemary bertanya bagaimana bisa Lev menjadi berandal yang membuat banyak wanita menderita sementara di rumahnya ada seorang wanita yang begitu cantik dan menurunya sangat baik dan penuh kasih sayang? Apakah yang dilihat Rosemary hanya tipuan mata saja?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD