Damai lebih baik

1334 Words
Tiara sudah memutuskan pilihan yang sesuai dengan prinsip hidupnya. Tiara bukan wanita yang bersedia mengambil resiko karena dia menginginkan hidup yang nyaman sementara penyakitnya sendiri hanya menjadi peringatan yang akan berakhir pada waktunya. “Malam ini kita kembali!” Suara Lev terdengar dari belakang punggung Tiara di susul dengan lengan Lev yang melingkari pinggang Tiara menyebabkan tubuhnya kaku. “Kenapa, kau tidak menyukai sentuhanku?” bisik Lev di telinganya. Lev tidak sekedar berbisik karena dia juga memberikan sentuhan yang membuat Tiara pasrah dalam pelukannya. Bagi Lev, tidak ada malam-malam yang dingin setiap kali bersama Tiara. Wanita yang usianya sudah tidak muda lagi selalu mampu membuatnya bersemangat dan Tiara tidak pernah menolak apa pun gaya permainan yang dia lakukan. Bagi Lev, Tiara adalah wanita yang sangat tepat berada di atas ranjangnya sebagai selimut yang bisa memberikan kehangatan yang sangat memuaskan. “Lev, pernahkah kau memikirkan pendapat orang lain tentang hubungan kita?” tanya Tiara setelah mereka menyelesaikan permainan pada malam itu. “Untuk apa memikirkan pendapat orang lain dan kenapa kau tidak berpikir apa yang diucapkan oleh ayahku?” sahut Lev. “Apa? Apa yang diucapkan Tuan Grigori?” “Papa bertanya apa keistimewaan yang kau miliki hingga aku menyingkirkan para wanita yang selama ini bersama denganku,” jawab Lev. “Dan apa jawabanmu?” “Aku menyukai wanita yang berpengalaman untuk memenuhi kebutuhanku bukan wanita yang baru belajar agar lelaki puas.” Apa yang diharapkan Tiara dari seorang lalaki yang hanya menginginkan kepuasan? Lev memilih Tiara bukan karena mencintai dan menyayanginya melainkan karena dia perlu wanita yang bisa membuat dia puas. Sakit hati karena jawaban yang diberikan Lev membuat Tiara lebih memilih mengalihkan pembicaraan pada kegiatan yang dilakukan Lev hari ini. “Bagaimana hasil pertemuanmu dengan Emanuel?” “Tidak baik. Emanuel bukan lelaki yang mudah diajak kerja sama sementara dia sudah mempunyai jaringan usaha di sana. Dia bersedia kerja sama tetapi tidak sesuai dengan keinginanku.” “Aku mengenalmu, Lev dan aku tidak percaya kau mengalah hanya karena sikap seperti itu,” ujar Tiara mengigatkan. “Aku pasti bisa membuatnya berubah pikiran kalau saja dia tidak buru-buru pergi,” jawab Lev ketus. “Mungkinkah ada keluarganya yang sakit?” cetus Tiara. “Sakit, bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?” “Aku bertemu dia di rumah sakit hari ini,” beritahu Tiara. “Lalu?” “Lalu sakit hati. Kau mengenal Emanuel dan pasti sudah tahu pendapatnya tentang diriku. Dia tidak perlu bicara padaku karena dia bisa membuatku gugup hanya melalui pandangannya yang menjatuhkan,” keluh Tiara. “Kau tidak berhubungan dengannya jadi untuk apa memikirkan bagaimana dia menilai dirimu. Hari ini pertemuanku dengannya tidak berjalan baik dan mendengar kau mengatakan melihatnya di rumah sakit membuatku penasaran. Siapa yang dia temui di sana,” ujar Lev. Kunjungan Lev ke rumah sakit sangat menarik karena dia mengenal Emanuel bukan orang yang mudah simpati pada orang yang tidak dia kenal. Apakah ada keluarganya yang sakit, tapi siapa? Lev mengenal Sofia sebagai satu-satunya keluarga Emanuel yang tinggal di Paris sementara dari media tidak ada informasi yang mengatakan bahwa Sofia, bintang film terkenal yang sedang proses pembuatan film menderita sakit. Lev tidak mendapatkan jawaban karena Emanuel adalah lelaki yang tertutup tidak seperti dirinya yang tidak pernah menutupi setiap hubungan yang dia lakukan. Waktu yang terus berlalu menjadikan hari berganti dengan mulusnya karena tidak ada kejadian bencana atau tragedy yang mengikutinya. Di rumah sakit, Rosemary baru selesai memberikan ASI pada putranya dan dia masih memandangi putranya yang sudah memperlihatkan awal dari wajahnya yang tampan. Melihat wajah Yuri yang tampan memiliki kekhawatiran yang berusaha disembunyikan oleh Rosemary. Baginya Yuri mewarisi ketampanan Lev dan nyaris seperti duplikat hingga dia khawatir ada yang mengenali dan curiga kalau Yuri adalah putranya Lev. Dan siapa yang akan berpikir kalau Yuri putranya Lev, sudah pasti Ezme. Temannya itu mengenal Lev jadi sangat menakutkan kalau Ezme bernyanyi pada lelaki itu. Masih memberikan perhatian pada Yuri, Rosemary tidak menyadari bahwa dia tidak lagi sendirian. Ada orang lain yang ikut memperhatikan Rosemary dan putranya. Dia adalah Emanuel yang kini sangat terkejut melihat bayi yang berada dalam pangkuan Rosemary. Ada hubungan apa antara Rosemary dan Lev dan bagaimana bisa Lev meninggalkan wanita yang begitu muda dalam keadaan hamil? Emanuel sudah memberikan isyarat agar suster yang bersama Rosemary diam saat dia berusaha tidak membuat Rosemary terkejut, Emanule kembali keluar dan dia baru masuk kembali setelah mengetuk pintu. Dengan cepat, Rosemary menyerahkan pada suster yang ada di depannya. Berharap agar tidak ada yang melihat wajah putranya. “Masih begitu pagi tetapi aku tidak mengira kau sudah ada di sini dan aku yakin kau bukan lelaki yang kurang kerjaan,” sambut Rosemary begitu Emanuel menampakkan wajahnya. “Bagaimana kalau aku mengatakan keyakinanmu salah. Aku kurang kerjaan karena sampai saat ini aku belum mendapatkan pekerjaan yang membuatku harus focus hanya pada satu pekerjaan tersebut,” jawab Emanuel. Sengaja dia menggeser kursi lebih dekat dengan tempat tidur tempat Rosemary dalam keadaan duduk bersandar. “Kalau begitu selamat mencarinya,” kata Rosemary. “Aku tidak perlu mencarinya hanya menunggu apakah dia bersedia menerima perhatianku saja,” jawab Emanuel cepat. Senyum Rosemary seolah mengejek ucapan Emanuel. “Jadi, apa yang harus aku katakan padamu, selamat menunggu atau selamat berjuang?” “Aku ingin kau mengucapkan bahkan kau bersedia.” Tidak ada jawaban berisi kalimat yang keluar dari mulut Rosemary karena dia begitu sibuk tertawa sementara di depannya Emanuel hanya berdiri mengawasi dan tidak memperlihatkan kalau dirinya tersinggung dengan sikap Rosemary. “Maafkan aku. Terus terang aku tidak percaya kau mengharapkan kalimat ‘aku bersedia’ keluar dari mulutku. Kita baru bertemu 3 kali dan pertemuan tersebut-pun karena kau pada awalnya menemani Ezme. Jadi bagaimana aku bisa mengatakan sesuai permintaanmu?” “Karena semua yang terjadi adalah Kehendak Tuhan. Aku percaya setiap langkah manusia sudah di atur Tuhan dan tinggal manusia-nya saja yang bisa memanfaatkan kesempatan yang sudah diberikan atau tidak. Dan aku bukan lelaki yang menyia-nyiakan kesempatan tersebut.” “Terima kasih atas kepercayaanmu. Tetapi saat ini aku tidak bisa membagi perhatianku pada yang lain. Aku punya seorang anak yang baru lahir. Jadi, aku hanya memberi saran padamu, jangan buang waktu-mu dengan wanita seperti diriku.” “Sayang sekali. Aku bukan lelaki yang mudah menyerah apalagi aku sudah menetapkan pilihanku.” “Please, jangan membuatku merasa bersalah karena aku tidak bisa menerima perhatianmu. Bagiku lebih baik kita berteman seperti 2 orang pasien dan pengunjung rumah sakit yang salah masuk kamar rawat inap. Bagaimana?” “Keputusanku tetap sama dan aku memilih membiarkannya seperti itu sampai kau bersedia menjawab ‘Ya’ untuk semua permintaanku.” “Terserah denganmu.” Senyum terlihat di bibir Emanuel setelah dia mendengar jawaban Rosemary. Setidaknya wanita itu tidak bersikeras mengatakan tidak yang artinya Emanuel masih memiliki kesempatan untuk membujuknya untuk berkata ‘ya’. “Apakah hari ini tidak ada yang datang berkunjung?” tanya Emanuel. “Ezme masih sibuk kuliah dan Biana aku yakin dia masih sibuk merapikan kamar untukku,” jawab Rosemary. “Kamar? Apa kau pulang hari ini?” “Benar. Dokter sudah mengatakan padaku kalau hari ini aku sudah bisa pulang.” “Berapa lama kau mengambil cuti?” Ada jeda yang cukup lama dan tidak langsung mendapatkan perhatian Rosemary. “Aku mengambil cuti 2 bulan tetapi aku tidak bisa hanya duduk diam menjaga putraku sementara aku tidak punya pekerjaan. Jadi selama masa cuti, aku harus mencari kerja agar putraku tetap mendapatkan kehangatan.” “Bagaimana kalau kau bekerja di kantorku?” “Sebagai apa? Aku kuliah dibidang penyutradaraan jadi sangat tidak masuk akal kalau aku bekerja di kantoran sebagai tukang ketik,” jawab Rosemary. “Kau bisa menjadi tukang hitung atau tukang keker kalau kau bersedia.” Tukang keker? Rosemary terpaksa menahan tawanya. Darimana Emanuel tahu istilah tukang keker? “Aku memang seorang petani tetapi aku juga punya bagian pemasaran yang tugasnya mempromosikan hasil pertanian kami. Bagian pemasaran kami banyak melakukan syuting promosi yang selama ini dilakukan oleh rumah produksi yang bekerja sama denganku.” “Lalu?” Rosemary mulai tertarik dengan penjelasan yang diberikan oleh Emanuel. Dia berharap bisa bekerja sesuai dengan pendidikannya bukan karena dasar kasihan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD