BAGIAN SEBELAS

1074 Words
            Bima terdiam cukup lama, sesekali memandangi Kirana yang sedang berdiskusi dengan Alma, ada banyak sekali pertanyaan di dalam kepala Bima yang ingin ia tanyakan kepada Kirana, gadis itu terlihat biasa saja, tidak terkejut ketika melihat Bima, sementara Bima ia harus susah payah menahan ekspresi wajah nya agar terlihat biasa saja di hadapan Alma. Alma sama sekali tidak tahu menahu soal Kirana, Bima tidak menceritakan tentang Kirana kepada Alma, karena Bima sudah membulatkan niatnya untuk melupakan Kirana dan mengubur dalam-dalam harapannya tentang Kirana.             Tapi lucunya, takdir berkata lain, Bima yang berpikir bahwa Kirana sudah tidak akan pernah kembali lagi, kini tiba-tiba muncul di hadapannya menjadi seorang desainer yang akan menciptakan baju pengantinnya bersama Alma. berbicara soal rasa, perasaannya kepada Kirana sudah perlahan memudar tergantikan oleh Alma, namun tempat Kirana akan tetap ada di dalam hatinya, belum berubah sedikit pun bahkan sejak mereka berdua pertama kali jatuh cinta.             “Mas, rancangannya baru jadi sekitar semingguan lagi. Tapi aku udah diskusi, kamu mau lihat dulu gak hasil diskusinya kayak gimana? Rancangannya sih maksud aku.” Ucap Alma yang membuat Bima sadar dari lamunannya. Bima kemudian menggeleng dengan cepat.             “Gak usah, aku percaya sama kamu kok.” Ucap Bima, kemudian Alma membalasnya hanya dengan sebuah anggukan. Setelah itu mereka berpamitan untuk pulang, semua list hal-hal yang harus mereka selesaikan hari itu sudah selesai, Alma sudah sangat lelah, begitu juga dengan Bima. Tanpa menunggu lama Bima dan Alma langsung pergi dari tempat itu, sejak tadi Bima tidak merasa tenang, ia sudah lama mengubur bayangan Kirana di dalam pikirannya, tetapi gadis tadi, gadis yang wajah nya mirip seratus persen dengan Kirana membuatnya jadi uring-uringan sendiri. Nama dia juga Kirana, apakah gadis itu memang Kirana atau bukan? Tapi kenapa dia hanya diam ketika melihat Bima kalau memang gadis itu adalah Kirana?             “Mas? Kok diem aja?” Tanya Alma. perubahan sikap Bima dalam satu setengah jam terakhir mengundang pertanyaan di kepala Alma. apakah ia berbuat salah atau bagaimana sehingga Bima menjadi lebih diam? Padahal tadi Bima bersikap hangat kepadanya. Atau jangan-jangan Bima marah karena pakaian Alma?             “Gapapa Al.” Jawab Bima, yang terdengar dingin di telinga Alma. Bima memang selalu dingin di hadapan Alma, namun pria itu tidak pernah se-dingin ini kepada Alma hingga Alma sendiri jadi penasaran, apa yang tiba-tiba merubah suasana hati pria itu dalam waktu sekejap?             Mereka berdua menghabiskan waktu di dalam mobil dengan hanya saling diam satu sama lain. Tidak ada percakapan di antara keduanya bahkan ketika Alma sudah sampai di rumahnya, biasanya Bima akan menunggu Alma hingga gadis itu masuk ke dalam rumah, namun kali ini berbeda, ketika Alma turun dari mobil, Bima langsung tancap gas, ia kembali ke rumah desainer tadi, rasa penasarannya sudah memuncak, dan ia tidak ingin merusak pikirannya lebih lama lagi. Bima tidak peduli seberapa jauh tempat desainer tadi, yang jelas rasa penasarannya bisa terbayarkan, tidak peduli gadis itu adalah Kirana atau bukan, yang jelas, Bima ingin tahu saja, Bima tidak ingin terganggu akibat rasa penasarannya sendiri.             “Permisi.” Ucap Bima sembari mengetuk pintu rumah desainer itu, tidak lama setelah Bima mengetuk pintu, desainer yang mirip dengan kekasihnya di masa lalu itu segera membuka pintu. Ia nampak bingung, melihat Bima datang sendirian, padahal tadi ia datang bersama Alma.             “Anjani Kirana Devanti. Don’t u still remember me? Is that you right?” Tanpa basa-basi, Bima langsung menyerang gadis itu dengan pertanyaan yang sedari tadi terus berputar di kepalanya. Gadis di hadapannya itu sontak kaget, ia tertunduk selama beberapa saat kemudian kembali mendongkakan kepalanya menatap Bima.             “Ya. Ini aku. Selamat ya, sebentar lagi kamu menikah.” Ucap Kirana, suaranya terdengar tenang, seakan-akan tidak ada yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, sejak ia menghilang dari pandangan Bima. Tanpa pikir panjang, Bima langsung menarik Kirana ke dalam pelukannya, rasa rindunya terhadap gadis itu sudah memuncak, selama beberapa tahun terakhir, ia bahkan selalu mimpi buruk, seakan-akan ia di hantui oleh hilang nya Kirana. Namun saat ini tuhan sangat baik kepadanya, ia menunjukan kepada Bima bahwa Kirana yang ia cari masih hidup, kirana tidak meninggal.             “Ki… kamu kamu kemana aja selama ini? Ada apa sama kamu? Kenapa kamu gak datang ke aku? Kamu tau bagaimana sedihnya aku selama ini? Kamu tau bagaimana frustasinya aku selama ini, nyariin kamu? Ki… aku senang kamu kembali.” Ucap Bima, mata nya berair ketika ia dapat merasakan lagi hangatnya pelukan Kirana yang telah ia rindukan selama bertahun-tahun lama nya. Pelukan yang menurut Bima adalah, peluk terhangat setelah ibu nya. Kirana membalas pelukan Bima, namun segera mungkin ia sadar, bahwa Bima yang sekarang adalah bukan miliknya lagi.             “Ki…” Ucap Bima setelah Kirana melepas pelukannya. Kirana dapat melihat jelas dari mata pria itu bahwa Bima sangat merindukannya. Namun Kirana tidak bisa lebih lama membangkitan setiap memori yang ada di antara mereka berdua, Kirana tidak mau merusak rencana pernikahan Bima.             “Pulang Bim.” Ucap Kirana, suaranya terdengar serak dan juga dingin, Bima sendiri hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Kirana sama sekali tidak pernah meminta Bima pergi, namun sekarang Kirana melakukannya.             “Ki? Maksud kamu apa? kita baru aja ketemu dan kamu nyuruh aku pulang?” Tanya Bima dengan ekspresi yang terlihat begitu menyedihkan. Iya, saat ini Bima sedang bertemu dengan kelemahannya, Bima akan terlihat lemah apalagi jika menyangkut tentang Kirana.             “Iya. Kamu pulang. Tempat kamu bukan di sini lagi Bim. i’m not your home anymore. Pulang, jangan kecewain Alma, jangan sampai dia sakit hati kalau dia tahu kamu balik ke sini. Dia tadi keliatan biasa aja pas ketemu aku, Oh atau jangan-jangan dia gak tau siapa aku?” Tanya Kirana, gadis itu tetap terlihat santai dan cenderung biasa saja ketika menatap Bima. Sementara Bima malah sebaliknya. Jantungnya berdegup kencang setiap kali ia menatap wajah Kirana, apalagi ketika mendengar suara gadis itu. rasanya ia tidak percaya bahwa Kirana masih ada, Kirana masih berdiri di hadapannya, Kirana masih nyata.             “Kenapa kamu tiba-tiba ngilang? Kemana aja kamu selama ini?” Tanya Bima, ia menenangkan dirinya sendiri, matanya yang sudah berair sejak tadi ia usap.             “It’s not your business anymore. Aku gak mau jawab apa-apa. kamu pulang ya sekarang.” Ucap Kirana, ia masih nampak tenang, bahkan dengan tegas ia meminta Bima untuk pulang.             “Ki… please, I miss you.”             “Pulang Bim. calon istri kamu nunggu.” Jawab Kirana, gadis itu berjalan masuk ke dalam rumah nya. Menutup pintu rapat-rapat dan mengunci nya. Bima datang menemuinya, tapi bukan sebagai milik nya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD