BAGIAN LIMA

1140 Words
            Alma berdiam diri di tempatnya, sepulang bekerja di kantor baru nya tiba-tiba Bima menjemput, menculiknya menuju acara keluarga Bima yang tidak pernah Alma tahu sebelumnya. Untung saja hari itu Alma memakai baju yang lebih bagus sehingga, ia yakin tampilannya tidak akan membuat Bima malu di hadapan keluarganya.             “Lain kali bilang dulu atuh kalau mau pergi, kenapasih mas suka banget tiba-tiba?” Alma mengomel sembari memperbaiki riasan pada wajah nya, hotel tempat dimana acara keluarga Bima berlangsung sudah dekat sehingga Alma buru-buru merapihkan penampilannya.             “Kalau bilang, biasanya kamu bakal nolak. kemarin aja kamu mutusin saya. Kan gak jelas.” Jawab Bima. Alma terdiam sembari menatap Bima dengan kesal.             “Loh, kita kan gak pacaran, kita kan Cuma boongan.” Jawab Alma yang sukses membuat Bima diam seribu bahasa bahkan ketika mereka telah sampai di lokasi acara. Mereka berdua dengan serasi berjalan bersama menuju ballroom hotel. Seperti biasa, Alma akan menggandeng tangan Bima dan Bima akan merangkul pinggang Alma dari samping. Perfect but like an i***t . begitu kata Alma dalam hati.             Acaranya cukup ramai, sanak suadara Bima ternyata banyak, Alma di perkenalkan sebagai calon istri Bima kepada orang-orang, Alma harusnya biasa saja, namun entah kenapa kali ini hatinya malah tidak biasa, jantungnya berdebar tidak karuan ketika ibu-nya Bima, memperkenalkan Alma kepada keluarganya sebagai calon menantu .             “Heiii si Bima jago juga yaaa pilih calon istri nya, kapan atuh neng, minta di lamar sama mas mu? Hayoloh, buruan, gak sabar ini mau acara lagi.” Ucap salah seorang ibu-ibu dengan tampilan nyentrik yang merangkul Alma dengan sayang. Alma sudah terbiasa dengan tampilan keluarga Bima yang setengah sederhana, setengah heboh. Baginya itu semua adalah hal yang biasa untuk dirinya selama satu tahun belakangan ini.             “Ehehe, gak tau tante, kayaknya belum siap nikah deh.” Jawab Alma dengan asal di sertai dengan senyum kikuk di wajah nya, obrolan mereka berlangsung hangat, hingga tiba-tiba inti acaranya di mulai, Bima menariknya menuju perkumpulan sepupu-sepupu Bima yang sedang asyik minum . mereka semua menyambut Alma dengan sangat hangat. Andai saja Alma dan Bima saling mencubrau, sudah bisa di pastikan bahwa Alma tidak akan menolak ajakan dari Bima.             “Minum Al, Bim . masa jauh-jauh kesini nggak minum sih, rugi ih yuk sini, minum!” Ucap salah satu sepupu Bima yang berambut ombre Grey-Purple, Alma seketika menjadi ragu, mana mungkin dirinya meminum minuman ber-alkohol seperti itu. belum sempat Alma dan juga Bima menolak, mereka berdua sudah di tarik dan di sodori masing-masing gelas berisi alkohol di tangan mereka. *****             “ASTAGHFIRULLAH MAS! BANGUN!” Suara teriakan dari seorang wanita sukses membuat Alma dan juga Bima bangun dengan keadaan kaget. Beberapa detik pertama mereka berdua masih belum sadar, namun tidak lama kemudian mereka berdua akhirnya sadar bahwa mereka berdua tidur di kasur yang sama selama semalaman penuh.             Alma dan Bima buru-buru bangun, berusaha mengenali wajah ibu nya yang saat ini sedang berdiri, menatap mereka berdua dengan tatapan yang kaget. Alma tidur hanya dengan memakai tanktop dan di balut dengan selimut tipis, sementara Bima terlihat bertelanjang d**a. Alma buru-buru menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya, kejadian yang membuatnya tidak mau lagi menunjukan wajahnya di depan keluarga Bima.             “SEMALAM GUE NGAPAIN ANJ- SAMA MAS BIMA?!”  Ucap Alma dalam hati sembari menutupi wajah nya dengan selimut.             “Bu? Ngapain di sini?” Tanya Bima kepada ibunya dengan nada yang santai, sementara Alma sudah menatapnya dari samping dengan tatapan yang membunuh.             “Ibu tunggu kalian berdua di rumah.” Ucap wanita paruh baya tersebut dengan nada suara yang datar, tidak terdengar biasa saja, namun juga tidak terdengar marah. Setelah ibu Bima keluar dari kamar tersebut, buru-buru Alma mengambil Blazzer nya yang berserakan di bawah ranjang, memakainya dengan asal.             “Mas?! Kita ngapain semalem?” Tanya Alma dengan panik, untung saja ketika ia melihat ke arah bawah, pakaian nya masih lengkap, namun ia sedikit ragu, karena ia memakai rok dan juga blazzer yang ia kenakan sempat terlepas.             “Kita mabuk gak sih Al?” Tanya Bima sembari memijat kening nya yang terasa pusing. Alma terlihat diam, rasanya ia begitu takut. Bayangan-bayangan tentang dirinya yang hamil membuatnya jadi ngeri sendiri. Apa yang telah ia lakukan semalam bersama Bima?             “Mas… kita semalem-?”             “Kayaknya”             “Mas…”             “Saya tanggung jawab Al.” Ucap Al dengan tegas. Pria itu menatap mata Alma lekat-lekat, berusaha meyakinkan gadis itu agar tidak usah khawatir, padahal dalam hati ia juga masih bertanya-tanya. Ia apakan Alma semalam?. *****             Bima dan Alma telah sampai di kediaman orang tua Bima. Rumah yang selalu terasa hangat untuk Alma terasa seperti neraka dalam waktu yang cepat. Alma tidak mau menemui ibu Bima, ia malu sekaligus takut untuk menunjukan wajah nya di depan wanita paruh baya itu, namun sebagai Pacar pura-pura Bima, Alma mau tidak mau harus menemui ibu dari pria itu, setidaknya ia harus meminta maaf walaupun ia juga belum tahu apa yang telah terjadi semalam.             Mereka berdua masuk ke dalam rumah dengan langkah yang hati-hati. Di ruang tamu sudah ada wanita paruh baya yang menciduk mereka tadi pagi di kamar hotel, Alma malu, malu setengah mati hingga tidak berani menatap mata wanita itu.             “Kalian… kok sampai gak tahan begitu sih? Kalian mabuk banget ta semalam sampai gak sadar ngelakuin hal-hal yang belum bisa kalian lakuin?” Belum sempat mereka duduk, mereka sudah mendapat siraman rohani dari wanita paruh baya yang Bima panggil dengan sebutan ‘ibu’.             “Bu… Kami berdua mabuk, jadi Bima sama Alma gak sadar, semalam kami berdua ngapain aja. Kami aja gak sadar, kapan kami masuk kamar, kapan kami reservasi, dll. Kamar itu bukan atas nama Bima juga.” Jawab Bima. Sementara Alma? Alma tidak berani bersuara, ia takut untuk menatap mata wanita di hadapannya itu.             “Atuhlah mas… di tahan dong nafsu nya.”             “Ya maaf bu.”             “Kalian nikah ya? Gak usah di tunda lagi, takutnya Alma hamil, atau gak hamil pun kamu harus tetap tanggung jawab mas! Kamu udah tidur sama anak orang!” Mendengar kata Nikah, Mata Alma seketika membelak, rasanya tidak percaya bahwa ia akan di minta menikah oleh orang tua Bima hanya karena persoalan yang belum pasti. Sial… Alma ingin menolak, namun orang tua Bima akan bilang apa jika mendengar Alma menolak?             “Iya, rencana emang mau nikah kok.” Jawab Bima dengan enteng. Sementara Alma hanya mencubit paha Bima agar pria itu segera sadar bahwa Alma belum setuju . namun Bima tetap biasa saja, cubitan Alma tidak berasa untuknya.             “Al… ibu mau ngomong ya sama keluarga kamu nanti. Ibu gak bakal bilang kok soal kejadian kamu sama mas mu semalam. Pokok nya, kalian nikah ya. Dosa loh itu, semalam.” Alma ingin sekali menolak dengan alasannya sendiri, namun ia tidak bisa, lidah hati serta pikirannya sedang tidak sinkorn saat ini  “Iya bu.” Jawab Alma yang sukses membuat Bima kaget
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD