Melacak Marylin

1231 Words
Satya mengajak Minami pulang ke rumah bututnya. Dia nggak rela ada yang memanfaatkan Minami dengan alasan untuk mengobati kondisi Minami. Hanya dia yang boleh menyentuh Minami, meskipun Satya berjanji dalam hati nggak akan melakukan hal itu lagi kecuali kalau benar-benar dalam keadaan terdesak. “Apa kamu menyesal tinggal di rumah kontrak jelek ini lagi, Minami?” tanyanya ketika baru tiba di rumah. Wajah Minami terlihat murung. “Kenapa Tuan berpikir begitu? Minami senang di manapun berada asal bersama Tuan Satya.” “Tapi wajahmu nggak seperti orang yang senang sedang bersamaku. Kamu kelihatan sedih sekali.” “Oh! Jangan salah paham Tuan. Minami bukan sedih karena kembali ke sini, tapi Minami sedih karena kondisi Tuan Sheeva. Marylin jahat sekali sudah membuat Tuan Sheeva seperti itu. Dia harus kena pukul sama Minami!” Satya terkekeh, “Sepertinya pukulanmu khas sekali ya? Avalon saja sampai menurut karena sering kamu pukuli.” “Hehe. Pangeran Avalon itu nggak pernah punya teman dan juga selalu diacuhkan sama orang tuanya, jadi Minami menggantikan peran orang tua Pangeran untuk mendidiknya. Seorang Pangeran itu harus punya fisik yang kuat supaya bisa melindungi rakyat. Kalau fisiknya saja sudah lemah, gimana rakyat bisa percaya kalau mereka dipimpin oleh orang yang tepat.” “Ya tapi nggak harus dipukulin juga Minami!” “Tapi Minami berhasil kan? Lihatlah Pangeran sekarang, sangat kuat dan berbada besar.” Tatapan Minami berubah aneh ketika melihat ke arah Satya. Dia memindai tubuh Satya dari atas sampai bawah. “Stop! Buang jauh-jauh apa pun yang ada di pikiranmu sekarang!” “Emangnya Tuan tau, Minami memikirkan apa?” “Kamu mau mendidik aku seperti Avalon?” Minami bersorak senang. “Wah Tuan Satya hebat bisa membaca niat Minami. Pasti menyenangkan kalau badan Tuan sekekar Pangeran. Wahhh, ayo kita mulai program didikan Minami!” serunya sambil mengacungkan tangan ke udara. “Tidak! Jangan melakukan apa pun Minami! Jangan samakan aku sama Avalon!” Satya berusaha menghindar ketika Minami hendak melancarkan aksi pukulan bertubi. Sesuatu yang biasa dia lakukan kepada Avalon. “Minami mau Tuan Satya jadi kuat!!!!” “Cukup!” bentak Satya sembari menangkap kedua tangan Minami dan memegangnya ke atas. “Begini saja. Kamu cukup dia dan biarkan aku bekerja,” kata Satya lirih. Dia menurunkan kepalanya dan mengecupi bibir Minami bertubi-tubi. Ciuman yang lama-lama menuntuk dan mereka berdua kehilangan kendali diri. Apa yang terjadi di apartemen Jorgi terulang lagi. Kali ini lebih lama dan lebih dahsyat dari yang pertama. “Maafkan aku Minami. Padahal aku berjanji untuk tak mengulangi lagi. Aku terbawa suasana,” kata Satya lirih setelah penyatuan mereka berakhir dan mereka berdua jatuh lelap sampai pagi karena lelah. *** “Pagi Tuan Satya! Apa tidur Tuan nyenyak?” sapa Minami ketika Satya membuka mata keesokan paginya. “Kenapa kamu begitu bersemangat? Nggak kayak aku lemes banget,” kata Satya sambil menggeliat malas. “Itu karena Tuan membuat Minami sehat dan bertenaga seperti sedia kala!” katanya sambil menekuk sebelah tangan, seolah menunjukkan otot bisep dan trisepnya. “Baguslah kalau begitu. Hoaamm! Beri aku lima menit lagi Minami. Aku capek!” “Tidak bisa Tuan!” kata Minami sambil menarik selimut Satya. “Tuan bisa terlambat masuk kantor. Ayo mandi! Setelah mandi badan Tuan pasti kembali segar!” Satya nggak bisa menolak perintah Minami karena apa yang dikatakannya memang benar. “Apa yang akan kamu lakukan hari ini?” tanya Satya ketika dia sudah siap berpakaian. “Ke apartemen Tuan Jorgi dan melihat kondisi Tuan Sheeva.” “Kamu tau jalannya?” “Minami bisa teleport.” “Apa? Kenapa kamu punya kemampuan itu?” Minami cekikikan. “Minami punya, hanya saja Minami terlalu bodoh untuk mengunakannya. Tuan Sheeva mengajari Minami caranya ketika Tuan tidak ada.” “Baguslah. Seenggaknya kamu nggak harus naik kendaraan umum. Aku khawatir kamu digodain.” “Ah senangnya dikhawatirkan tuan Satya!” seru Minami girang. Namun dia nggak memberi tahu Satya kalau dia belum lancar berteleport. Dia belum bisa fokus untuk membayangkan tujuannya. Perlu tiga kali salah tempat sebelum akhirnya Minami tiba di apartement Jorgi. Pertama teleport, dia tiba di atas pohon. Di mana ada sarang burung di sebelahnya. Entah kenapa apartemen Jorgi malah disamakan sama sarang burung. Teleport kedua dia tiba di toko donat. Ini karena ketika di hendak teleport, fokusnya terpecah akibat lapar. Teleport ketiga nyangkut di kabel listrik. Bikin Minami frustasi dan hampir menyerah. Baru pada teleport keempat dia sampai di apartemen Jorgi. “Sudah tau bodoh kenapa masih nekat berteleport?” tanya Avalon ketika Minami menceritakan pengalamannya. “Tolong jangan beri tahu Tuan Satya tentang hal ini. Minami nggak mau bikin Tuan Satya khawatir!” katanya memohon. “Cih! Aku bukan tukang ngadu!” “Pangeran teman terbaik Minami. Tentu saja teman Minami yang lain juga baik!” katanya sambil memeluk lengan kekar Avalon. “Hmm, Minami. Ngomongin soal teman, mungkin kamu bisa membujuk Marylin untuk bersekutu dengan kita,” usul Avalon. “Ah, Minami mau ketemu Marylin! Minami kangen dia! Marylin harus Minami pukul karena sudah nakal sama kalian, bahkan membuat Tuan Sheeva terluka!” “Aku percaya kamu bisa membujuknya. Sekarang, gimana kita bisa menemukan Marylin?” Pertanyaan ini untuk Jorgi. Avalon menoleh dan memandang padanya. “Mmm, mungkin bisa kalau aku bisa tau agency atau managernya.” “Kamu bisa melakukannya sekarang? Pasti bukan hal sulit untuk artis terkenal seperti kamu kan?” Jorgi senang dipuji Avalon. “Akan aku coba ya!” katanya riang dan meraih ponselnya. Dia menghubungi banyak orang dan melakukan banyak panggilan sebelum akhirnya mendapatkan petunjuk. “Sepertinya Marylin dan bandnya cukup terusik dengan kehadian kalian. Dia membatalkan beberapa konser dan sekarang sedang dalam perjalanan ke luar kota.” “Luar kota? Apa itu jauh?” “Mmm, kata salah seorang teman yang masuk fans clubnya, Marylin mungkin sedang dalam perjalanan ke Sumatera. Dia sepertinya melakukan perjalanan darat untuk menyeberang ke negara lain.” “Kalau bisa tau titik di mana dia berada, saya bisa membawa kalian ke sana dengan teleport,” kata Sheeva. “Kondisimu masih lemah. Jangan melakukan sesuatu yang berbahaya. Lagi pula, aku cuma mau mengajak Minami saja. Biar dia yang membujuk Marylin.” “Kalau begitu biar Minami yang membawa Pangeran dengan teleport. Minami sudah semakin mahir sekarang!” “Terus kamu akan membawaku nyasar berapa kali?” sindir Avalon. “Tapi Pangeran nggak punya pilihan kalau kita mau bergerak cepat,” kata Minami sambil mengerucutkan bibirnya. Apa yang dibilang Minami benar juga. Avalon nggak punya pilihan. “Buatkan aku bola kristal, Sheeva,” pinta Avalon. Tanpa kemampuan penuhnya, dia bisa menggunakan kemampuan sihir melalui media perantara. Dengan kemampuan sihirnya, Sheeva mewujudkan apa permintaan Avalon. Disihirnya sebuah bola kristal dan diberikannya pada pangeran. Avalon mulai membaca mantr dan tak berapa lama, kabut berputar-putar di dalam bola sihir. Bayangan Marylin perlahan mulai kelihatan. “Itu. Di mana mereka?” tanya Avalon pada Jorgi. “Aku tau tempat ini. Mereka masih dalam perjalanan menuju Pelabuhan Bakauheni. Mereka sedang berada di atas ferry penyeberangan.” “Minami, aku minta kamu fokus dengan bayangan pada bola kristal dan juga perkataan Jorgi. Konsentrasi dan bayangkan tujuanmu.” Minami mengangguk. “Minami paham. Ke atas kamal yang sedang menuju Pelabuhan Bakauheni kan? Minami pun memegang tangan Avalon dan mulai memejamkan mata. Berkonsentrasi pada tujuan yang akan membawa mereka berdua. Namun ketika mereka membuaka mata, alangkah terkejutnya Avalon karena mereka berada di atas kapal yang memuat banyak kontainer. “Minamiiii! Kamu bawa ke mana kitaaa!!!” teriak Avalon kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD