“Apakah dia calon istrimu yang baru Steven?”
Gressa tampak gelisah diperhatikan oleh wanita yang memakai pakaian terbuka dan bertanya dengan menatap dirinya dengan tatapan intens dari wanita tersebut. Wanita itu seolah menilai Gressa dari ujung kepala sampai ujung kaki sekarang. Gressa tidak nyaman.
“Tentu saja sayang. Dia adalah calon istriku. Bagaimana? Pilihanku tidak pernah salah bukan?” Steven berucap begitu sombong sekali memeluk mesra Gressa yang hanya diam dan tidak melawan apa yang dilakukan oleh Steven pada dirinya. Gressa ingat dengan apa yang dikatakan oleh Steven sebelum mereka keluar.
“Jadi gadis yang baik sayang. Kau tahu nyawamu dan nyawa ayahmu milik siapa bukan? Dor! Sekali tembak maka kepala ayahmu hancur.”
Gressa mengangguk tidak berani membalas perkataan Steven. Lelaki itu sungguh menakutkan sekali.
“Aku kira kau mau menikahiku Steven sayang,” wanita itu mendekati Steven lalu mengalungkan tangannya di leher Steven. Mendorong Gressa sedikit menjauh dari sana.
Lihat? Bagaimana Steven menyambut wanita itu dan memegang pinggang wanita itu dengan mesra. Mengabaikan Gressa yang tampak tidak tahu melakukan apa. Gressa memilih untuk melihat cincin yang ada di dalam kaca. Matanya tertuju pada satu cincin yang tidak memiliki permata yang besar namun sangat cantik sekali.
Gressa mengusap kaca di depannya seolah tangannya ingin menggapai cincin itu.
“Seleramu kampungan!”
Gressa melihat pada wanita yang berdiri di balik etalase dan mengambil cincin yang dilihat oleh Gressa penuh minat tadi.
“Kau lihat Steven. Bagaimana kampungannya selera calon istrimu ini.”
Steven tertawa kecil. Lalu mencium leher Gressa, membuat Gressa meremang merasakan sentuhan Steven yang begitu intens padanya.
“Cincin itu bagus. Pilihannya tidak terlalu kampungan. Bukankah ada wanita yang suka dengan perhiasan yang simple dan tidak terlalu kelihatan mewah. Namun harganya juga masih mahal bukan?” tanya Steven.
Gressa mengulum senyum mendengar pembelaan Steven padanya. Hati Gressa menjadi senang mendengar ucapan lelaki itu. Tidak! Jangan menaruh hati Gressa, kau harus sadar siapa dirimu dan siapa Steven. Kau dan dia berbeda.
“Kau ini! Bukankah kau sudah memesan cincin pernikahan yang sesuai dengan keinginanmu? Jadi, kau mau ambil yang model seperti ini?”
“Tidak. Bungkus saja itu. Aku mau memberikannya hadiah, lalu nanti dia yang memberikanku hadiah.” Ucap Steven, tangannya kurang ajar yang mengusap paha Gressa di bawah sana. Gressa berusaha untuk menyingkirkan tangan Steven dari pahanya. Ia tidak mau melakukan itu.
“T-tidak usah Tuan. Saya tidak ma-“
“Ssttt… jangan berbicara sayang. Kau lupa Gressa, kalau di luar kau harus memanggilku apa? Tuan?! Kau mau menimbulkan gosip baru tentangku hah?!” Tanya Steven tajam dan giginya bergemeletuk.
Gressa menggeleng takut. “T-tidak. Aku tidak mau cincin itu Steven. Aku hanya mau melihatnya saja.” Gressa berusaha untuk menolak cincin itu. Gressa tidak mau memiliki cincin yang harus ada imbalan yang diberikan olehnya pada Steven.
Steven tertawa mengejek. “Jangan jual mahal Gressa. Saya tahu, kalau kau begitu menginginkan cincin itu. Sudah! Sinikan cincin itu agar aku bisa memasangkan ke jari calon istriku ini. Sayang sekali, jari yang begitu cantik dan lentik ini tidak dipasangkan cincin yang begitu indah dan mahal.” Usapan tangan Steven membuat bulu kuduk Gressa berdiri seketika.
Cincin itu terpasang di jari manis Gressa. Ada rasa takjub dan terpukau melihat cincin itu melekat di jari manisnya. Tanpa sadar Gressa tersenyum manis. Dulu Gressa sangat ingin sekali membeli cincin. Tapi apa daya, uang Gressa tidak ada. Mau minta pada ayah dan ibu tidak memungkinkan rasanya. Mereka juga tidak punya uang.
“Berapa?” tanya Steven.
Gressa memasang telinga sebaik mungkin. Berapa harga cincin yang ada di jarinya sekarang.
“Itu murah sekali Steven. Hanya seratus dua puluh juta.”
Rahang Gressa jatuh mendengar cincin yang dipakainya sekarang. Gressa dengann cepat melepaskan cincin tersebut dari jarinya. Ia tidak mau memakai barang mahal dan harganya tidak bersahabat di kantong Gressa.
“Steven! Tidak usah beli. Aku tidak bisa memakai barang mahal.”
Wanita yang ada di depan Steven dan Gressa tertawa mengejek mendengar ucapan Gressa. “Kampungan sekali. Steven! Kau yakin mau menikah dengan wanita seperti ini? Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dibanding wanita ini. Dia hanya buat malu dirimu saja nantinya.”
Steven mengabaikan ucapan pemilik toko perhiasan yang sudah lama berteman dengannya. Ia kembali memasangkan cincin itu ke jari Gressa. “Jangan melepasnya. Belajarlah dirimu yang kampungan ini memakai barang mahal. Kau sebentar lagi menjadi istriku, yang harus berpenampilan mewah. Bukan berpenampilan kampungan dan membuat malu.”
Hinaan yang dilontarkan pada dirinya seketika membuat Gressa yang mendengarnya mengepalkan tangannya di balik tubuhnya. Ia tidak bisa melawan dan hatinya sakit sekali mendengar hal tersebut.
“Ini! Kau bisa mengambil seratus lima puluh juta. Harga cincin yang kau tawarkan ini murah sekali. Sama dengan harga diri para wanita malam yang aku sewa setiap malamnya.”
Tawa wanita itu terdengar renyah mendengar apa yang dikatakan oleh Steven. “Mereka bilang kau impoten. Tapi kau selalu menyewa wanita-wanita yang ada di klub malam setiap malam. Dan rela mengeluarkan uang ratusan juta demi kepuasan dirimu.” Ucap wanita itu melihat pada Gressa yang hanya diam dan tidak berani untuk mengeluarkan suara.
“Kau mengeluarkan berapa uang untuk membawanya ke pernikahan?” tanya wanita itu seolah menganggap Gressa adalah wanita bayaran.
Steven melirik pada Gressa. “Untuk apa membayarnya dengan uang? Tentu saja dia membayarnya dengan tubuhnya itu dan kepuasan hasrat yang aku berikan padanya nanti. Gressa sayang, aku sudah membelikanmu cincin yang harganya tidak pernah kau duga. Kau tahu apa yang kau lakukan bukan?” Tanya Steven mendekatkan wajahnya dengan Gressa.
Gressa memundurkan wajahnya dan menggeleng pelan.
“Puaskan Tuanmu cantik. Apa salahnya kita melakukannya lebih awal, bukankah sebentar lagi kita mau menikah. Dan aku sedang meminta bayaran setelah aku membelikanmu cincin.” Kekeh Steven, mengendus aroma tubuh Gressa yang begitu wangi sekali.
Padahal Gressa tidak memakai parfum mahal. Tapi kenapa wanita itu bisa membangkitkan hasratnya lebih liar dari sebelumnya? Yang tidak pernah dirasakan oleh Steven pada mantan-mantan istrinya, yang begitu binal dan pandai menggoda. Tapi Gressa?
Wanita yang masih perawan itu masih terlalu polos dan tidak bisa menggodanya. Tapi dia mampu membangkitkan hasrat liar Steven yang ingin menyentuh Gressa terus menerus.