Prolog
Prolog
Seorang pria melangkah dengan semangat, memasuki sebuah apartemen yang terletak di kawasan elit kota Jakarta. Di tangan pria bernama lengkap Alex Rudiart itu, terdapat sebuah kotak kecil berlapiskan bludru.
Rencananya, malam ini Alex akan memberikan surprise di hari ulang tahun sang kekasih, Arinda Afriyani Hermawan, yang telah dipacarinya selama dua tahun belakangan ini.
Alex menarik kedua sudut bibirnya. Saat ia menatap pintu unit apartemen yang dibelinya tepat di anniversary hari jadinya dengan Arinda. Apartemen itu kini ditempati Arinda sebagai kado anniversary mereka yang pertama.
Unit tampak sepi saat Alex masuk. Tatapannya memindai isi ruang tamu yang tampak gelap gulita. Wajar saja, hari sudah pukul dua belas malam tentunya Arinda sudah tidur sedari tadi.
Beberapa jam yang lalu Arinda juga mengatakan ini kepada Alex, yang mengaku sibuk dan tidak bisa merayakan ulang tahunnya. Sehingga Arinda marah dan mengatakannya tidak romantis. Gadis itu juga mengatakan jika malam ini akan tidur cepat dan melarang Alex untuk mampir.
Alex yang tengah mempersiapkan kejutan di hari ulang tahunnya, tentu saja bersikap tidak peduli. Padahal di tangannya sudah ada cincin bertahtakan berlian yang akan menjadi kado untuk hari ulang tahun Arinda, sekaligus cincin untuk melamarnya.
Kedua sudut bibir Alex terangkat. Menatap cincin dan yang masih bersembunyi di balik kotak beludru dan pintu kamar secara bergantian. Sebelum ia mendekati pintu kamar yang sedikit terbuka tersebut. .
Tangan Alex terulur. Bersiap untuk menekan handel dan mendorong pintu kamar. Akan tetapi, sebelum itu terjadi indra pendengarannya justru menangkap suara menjijikkan dari dalam kamar.
"Tidak mungkin," gumam Alex dalam hati. Menepis pikiran buruk yang tiba-tiba saja datang, diiringi dengan suara desahan yang kian kuat.
Namun, tetap saja ia yakin di dalam sana bukan Arinda. Dua tahun mereka menjalin hubungan, bahkan mereka sering menginap bersama tidak pernah sekalipun Arinda mau disentuh lebih dari sekedar pelukan.
Sekarang? Alex menggelengkan kepalanya. Yakin pendengarannya salah. Alex segera mendorong pintu untuk memastikan pikirannya yang diyakini sangat keliru.
Namun, saat pintu kamar terbuka, seketika Alex membeku. Matanya memanas diiringi dengan rasa sesak yang menghimpit dadanya. Di depannya kini Arinda mengkhianati cinta suci yang ia miliki.
Rasa sakit semakin menggerogoti Alex karena melihat Arinda lah yang memegang kendali dalam permainan. Ia yang paling menggebu hingga tubuhnya lembab oleh keringat. Tidak pernah sekalipun Alex berpikiran Arinda bisa seliar itu sebagai seorang gadis yang selama ini dicintainya.
"Cepatlah. Saya tunggu di luar," ucap Alex datar. Akan tetapi tatapannya begitu tajam kepada, Arinda yang kini juga menatap tidak percaya padanya.
"Alex!" pekik Arinda, melompat turun dari tubuh pria yang sedari tadi menjadi tempat untuk mencari kenikmatan haram.
"Jangan mendekat! Saya hanya di depan dan tidak akan kemana-mana. Cepat selesaikan dan segeralah berkemas. Apartemen ini akan saya jual."
Alex mengangkat satu tangannya. Meminta Arinda agar tetap diam di tempat. Ia tidak sudi jika Arinda berlari mendekat dan memeluknya untuk meminta maaf. Ia juga tidak akan sanggup jika harus mendengar kata-kata bualan untuk dijadikan sebuah pembekalan. Lebih baik dihentikan dan dibuang sejauh mungkin.
"Lex …," keluh Arinda. Panik saat melihat Alex yang tiba-tiba saja hadir dan melihat apa yang selama ini disembunyikannya.
***
Alex menarik satu sudut bibirnya. Menertawakan dirinya yang mau saja dibodohi Arinda. Selama ini ia sudah banyak berkorban, tapi malah ini yang didapatkannya. Sehingga tidak lagi ada maaf yang bisa diberikan, meskipun hanya sedikit.
Oleh karena itu, saat Arinda selesai mengenakan pakaiannya, Alex dan dua orang pria suruhannya sudah menanti di ruang tamu. Bersiap untuk membersihkan unit dari segala barang dan jejak dari Arinda.
Alex juga melemparkan seluruh barang Arinda keluar dari unit. Meminta konfirmasi ke pihak apartemen agar password unit diganti.
Tidak terima dengan pengusiran yang dilakukan Alex, Arinda meronta. Menangis dan memohon agar Alex memaafkannya. Akan tetapi, tidak ada secercah pun keinginan Alex untuk menerima maafnya Bahkan ia telah menilai semua wanita itu sama. Sehingga berjanji tidak akan pernah menjalin hubungan dengan wanita dalam waktu dekat.
Kalau sudah mencapai 500 love, baru diupdate secara rutin disini. Kalau belum, dua kali seminggu dan untuk sementara di k*********a dulu secara full. Jangan lupa mampir juga di Fitzo, Rindu sedang Dayli Marry Me, Mr. Ceo di sana. Terimakasih.