Tak ada Kabar

1023 Words
Rara sudah mencoba untuk melupakan ucapan pemuda itu, namun tetap saja ia tidak bisa. Hal ini sudah terhitung dari dua hari yang lalu, sebisa mungkin ia menghindari siswa bernama Juno tersebut. "Ra, ini perasaan gue aja atau gimana. Dua hari ini gue perhatiin lo rasa aneh gitu deh, kalo kita jalan mata lo kemana-mana, suka gak denger kalo diajak ngobrol, lo kenapa sih?" Pertanyaan Rasya sedikit mengusik Rara. "Masa sih Sya gue begitu?" Rasya mengangguk pelan. "Tanya aja noh sama Dinda, ya gak Din?" Kali ini Dinda ikut mengangguk. "Iya Ra, kamu kenapa? Lagi ada masalah ya?" "Setahu gue Rara gak punya masalah apapun disekolah ini, kecuali kak Juno." Mata Rasya memicing menatap Rara curiga. "Apa bener Ra ini tentang kak Juno? Kalian berdua itu sebenarnya ada hubungan apasih? Ada yang gak lo ceritain ke gue kan Ra?" Rara menggigit bibirnya kuat, ia tidak bisa berbohong. Apalagi jika dihadapkan keluarganya dan Rasya yang sudah paham akan dirinya sedari embrio. "Gue-" "Tuh kan!" Gebrakan meja yang diperbuat Rasya berhasil mengagetkan Rara dan Dinda termasuk semua siswa yang berada disekitar mereka. "Ayo cepet cerita what happen alias apa yang sudah terjadi selama ini, semuanya yang enggak gue tau." Paksa Rasya. "Gak banyak yang lo lewatin kok Sya, bener deh." Wajah Rara memelas menatap sahabatnya itu. "Sorry jeda sebentar. Aku mau tanya kak Juno ini siapa?" Dua sahabat yang awalnya terus bertatap-tatapan kini teralih pada Dinda. "Namanya Angkasa Dimitri Juno Din, kakak senior kita di sekolah ini. Cowok ganteng, badboy juga pintar kebanggaan sekolah, yang akhir-akhir ini lagi deket sama Rara." "Ih enggak deket kok. Dianya aja yang tiba-tiba sok kenal sok deket sama gue." Sanggah Rara tak terima akan kejelasan Rasya. "Bodo pokoknya yang gue lihat, kak Juno itu suka sama sahabat kita yang satu ini Din." Ujar Rasya menepuk bahu Rara bangga. "Oh gitu." Dinda mengangguk paham. "Oke, kalo gitu silahkan kalian lanjut lagi." Setelah dipersilahkan Dinda, Rasya kembali menatap Rara dengan gaya merajuknya. "Pokoknya gue mau denger semuanya paket komplit, saat ini juga." "Jadi tuh ya, pertama kali gue ketemu dia dilorong sebelah sana dan dia rese banget tiba-tiba nyuruh gue beliin dia minum padahal kenal aja enggak. Sejak saat itu juga dia ada disekitar gue gitu, muncul entah darimana terus hilang gitu aja. Puncaknya girls kemarin saat gue pulang sekolah, gue menemukan dia dirumah gue bersama keluarga gue untuk minta izin pedekate. Apaan coba, gue gak suka sama dia tapi dia malah bilang may berjuang untuk gue. Kan gue jadi bingung sekarang harus gimana, gue cuma hati-hati aja kok kalo ada dia gitu muncul makanya gue awas akhir-akhir ini." "Tapi kamu gak berencana untuk menghindar kan Ra?" Dugaan Dinda membuat Rara tak berkutik. "Aku tahu kamu gak suka Ra, tapi apa salahnya coba buka hati? Menurutku dia cowok yang baik dan gentle karena berani langsung minta izin dengan keluarga kamu. Kalo setelah kamu coba tapi tetap kamu gak bisa, baru kamu bilang ke dia dengan baik-baik agar dia berhenti perjuangkan kamu. Aku malah berpikir apa yang kamu lakukan dengan menghindar dari dia membuat kamu jadi pengecut Ra." Tepuk tangan terdengar dan itu berasal dari Rasya. "Duh makin bangga sama Dinda, kata-katanya itu loh bijak banget." Rasya langsung memeluk Dinda dan mencubit pipinya gemas. "Apa sih Sya, Kasihan itu anak orang." "Biarin gue lagi gemes sama Dinda. Dan lo Ra, lo harus pikirin omongan Dinda yang bener itu. Jangan jadi pengecut dan jangan jadi penjahat. Paham?" Rara mengembuskan nafas berat. "Iya paham." "Terus usaha lo dua hari ini berhasil Ra, menghindar dari dia?" Rara menggedikkan bahunya. "Gak tau, gue belum ketemu dia dua hari ini." "Yaudah nanti juga ketemu, jangan kangen." Lima hari kemudian.. "Udah seminggu Sya, tapi gak ada kabar berita. Disekolah gak ada, chat juga enggak, misscall enggak, telfon masuk apalagi. Apa dia udah menyerah ya Sya?" Hembusan nafas lelah terdengar dari ujung sana. "Lo gimana sih Ra, dia ada lo ngumpet dia gak ada uring-uringan nyariin. Lagian lo mana tahu kalo dia ada atau enggak, gue suruh ke kelasnya kan gak berani. Palingan berani cari-cari di kantin sama di lapangan doang." Rara memutar matanya malas. "Gue perempuan. Inget Sya, perempuan itu dikejar bukan mengejar. Emangnya salah kalo gue mikirin dia dan khawatir sama dia?" "Ya enggak sih, tapi lo juga mana tau info pasti kalo gak dari sumber terpercaya kayak sahabat dekatnya atau minimal teman sekelasnya gitu. Kalo beginikan gue yang pusing denger lu ngegalau Ra." "Iya iya maaf, udah dulu ya Sya. Gentar lagi makan malem nih." "Oke makan yang banyak biar tetep sehat walau lagi galau juga." "Iya Sya, Iya. Bye." "Bye." 'Tok tok tok' "Ra? Lagi apa didalam? Mommy masuk boleh?" Perhatian Rara kini tertuju pada pintu kamar. "Masuk aja Mom." Ify pun masuk kedalam kamar anaknya dan melihat sekitaran kamar. "Kamu gak lagi belajar?" Rara menggeleng. "Enggak Mom, ini baru selesai telfonan dengan Rasya." "Ohh gitu, pasti kamu curhat tentang Juno ya?" Godaan mamanya membuat Rara malu. "Ih mana ada, Mommy sok tau deh." Ify mengangkat bahu????. "Ya Mommy nebak aja, kamu lagi kangen sama Juno yang gak sekolah seminggu ini." Rara menatap mamanya penuh curiga. "Kok Mommy bisa tau? Mommy nguping ya?" "Jangan sembarangan kalo ngomong deh Ra, Mommy tau karena Juno sendiri yang bilang." Rara semakin tak paham. "Bilang? Kok gitu? Juno bahkan gak kasih tau apa-apa sama Rara." "Oh jadi princess Mommy lagi galau ya gak diberi kabar sama Juno." Sang mama malah gencar menggodanya. "Mom, please." Ify terkekeh geli mendengar rengekan puterinya. "Minggu lalu Juno telfon ke papa bilang mau absen jaga kamu disekolah, soalnya dia harus cek kesehatan rutin, sama keluarganya juga ke singapura. Bahkan abang-abang kamu masih aja keukeuh ngerjain Juno walau dia masih di negara tetangga." "Cek kesehatan? Juno penyakitan?" "Hush Rara, jangan ngomong sembarangan dong. Juno sehat walafiat kok, cuma memang dia perlu melakukan beberapa tes kesehatan gitu. Mommy juga gak paham." "Terus baliknya kapan Mom?" "Setahu Mommy sih seharusnya kemarin. Kenapa udah kangen ya?" "Mommy." Ify tertawa melihat wajah merengut versi Rara. Lucu sekali. "Besok juga ketemu kok, jadi ditahan dulu ya rindunya. Sekarang kita makan malam." Vote and Comment guys!!! Bungsu Haling❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD