Pernyataan Again

1087 Words
Rara menjadi salah tingkah sekarang ah bukan lebih tepatnya mati kutu. "Lo.. lo kemana aja sih? Kok gak pernah temuin gue lagi." Hanya kata itu yang bisa Rara ucapkan disaat gugup seperti sekarang. Lain hal nya dengan Juno yang menahan rasa geli dengan senyumnya. "Aku ke singapore cek up, kan aku udah bilang ke Daddy dan Mommy kamu. Aku juga udah izin sama abang-abang kamu." Rara mendengus sebal. "Sebenernya yang mau jadi pacar lo itu gue atau keluarga gue sih? Kenapa lo gak pernah kasih tau ke gue ngasih kabar gitu." Rasa malunya entah menguap kemana. Alis Juno terangkat sebelah. "Oh jadi aku harus kasih kabar ke kamu dulu ya? Aku pikir kamu gak peduli sama aku, makanya aku gak ngomong ke kamu." Rara sangat kesal mendengar penuturan Juno yang menilainya sebelah mata. "Jangan sok tau ya. Lo gak tau kan kalo gue khawatir sama lo karena beberapa hari gak kelihatan. Lo juga gak tau kalo hari-hari gue kacau karena gue kepikiran sama lo. Disaat gue mau kasih lo kesempatan, lo malah begitu dan nilai gue sembarangan." "Maaf kalo kamu khawatir sama aku. Aku begitu karena sikap kamu selama ini ke aku cuek gitu. Jadi ya aku pikir-" "Cuek gak berarti gak peduli. Dasar laki-laki penyakitnya dari dulu emang gak peka." Rara mengusap air matanya yang turun dipipi. "Lo tega banget sama gue sih kak, gue nunggu kayak orang b**o kabar dari lo. Tapi sampe seminggu gak ada satupun yang gue dengar. Dan akhirnya gue tau dari nyokap gue." Dengan cepat Juno mengusap air mata Rara dan mengusap pipi gadisnya sayang. "Maaf, lain kali aku akan kabari kamu. Tapi gak bisa setiap saat ya." Rara menepis tangan pemuda itu dan menatapnya sengit. "Kenapa?" Juno menaikkan bahunya acuh. "Aku itu bukan siapa-siapa kamu selain seorang pemuda yang sedang berjuang mendapatkan cintanya. Jadi aku belum ada hak apapun untuk hubungi kamu seperti itu." Berdecih tak suka, Rara paham betul maksud dari ucapan pemuda ini. "Udah dapet restu Mommy Daddy kan?" Juno menganguk. "Bang Az dan Bang Chiko udah oke. Bang Bian masih fifty fifty. Masalahnya-" Rara mengibaskan tangannya malas. "Kalo masalah dua curut itu gak usah dipikirin. Buruan tanya." "Hah?" Juno tak paham maksud Rara. "Tanya apa?" Suara decakan terdengar. "Ya pernyataan lo lah mau jadi pacar gue apa enggak gitu. Buru tanya, bentar lagi masuk." Melirik jam ditangannya. Lain Rara dengan perasaan campur aduknya, Juno malah merasa bahagia dan geli bersamaan. "Harus banget ya?" Godanya pada Rara. Muka Rara langsung berubah tertekuk. "Yaudah kalo gak mau, gue balik kelas aja." Juno dengan gesitnya menahan lengan gadis pujaan hatinya. "Kamu baru gitu aja udah ngambek." "Cepetan, jadi gak." Ketus mode on. "Iya Rara sayang. Sabar dong, aku deg-degan ini." Ujar Juno menatap Rara lembut. Jemari Rara kini sudah berpindah pada genggaman Juno. "Fazra Heksania Haling would you be mine?" Rara tidak menyangka rasanya akan segugup ini. Dilihatnya sekeliling mereka yang ternyata sudah menjadi saksi. "Jangan hiraukan mereka Ra. Aku disini menunggu jawaban kamu." Juni berhasil mengambil perhatian Rara kembali. Disini, didalam kelas Juno yang nyaris berada dekat pintu. Juno menembaknya. Tanpa berpikir ratusan kali Rara mengangguk. "Aku mau." Bagai angin kencang yang berhembus, kabar antara Rara dan Angkasa sang pentolan sekolah sudah merebak ke satu sekolah dan juga luar sekolah. "Duh selamat ya Ra, akhirnya pacaran juga. Perdana nih dari predikat jomblo sejak lahir." Rara jadi malu sendiri karena ucapan teman sehidup sematinya itu. "Selamat ya Ra, semoga kalian langgeng." Nah itu baru ucapan yang tidak memalukan, Dinda memang yang terbaik. "Makasih ya teman-teman atas ucapannya." "Hari ini makan-makan dong ya." Celetuk Rasya dengan senyum yang begitu lebar. "Iya tapi satu gelas es teh aja." Canda Rara yang dibalas gerutuan Rasya dan wajah cemberut Dinda. "Apaan traktir begitu mah, cuma dua rebu." "Tau nih Rara gak modal banget. Traktir makan sekalian lah." Rara tertawa merasa terhibur melihat kedua teman sejawatnya. "Minta sana sama Juno. Dia yang ngajakin jadian kok gue yang bangkrut." "Iya ya gue minta sama kak Juno, bodo amat kalo lo harus malu sama gue dan Dinda." Saat ini memang sudah akan menuju jam pulang sekolah, oleh karena itu Rasya menarik Dinda menuju pintu untuk menunggu kedatangan Juno. Pucuk dicinta Juno pun tiba seperti perkiraan Rasya untuk menjemput sang kekasih. Dengan sigap ia menghalangi langkah Juno yang ingin masuk kedalam kelas. "Kak Angkasa, kenalin gue Rasya dan ini Dinda. Kita berdua temannya Rara pacar baru lo. Tadi kita udah minta peje sama pacar lo tapi dia gak ngasih. Dia bilang, Juno yang ngajak jadian kok gue yang bangkrut begitu. Jadi gue mau minta traktiran sama lo." Rasya menyengir lebar saat selesai bicara. Dilihatnya Juno hanya mengangguk sekali. "Besok pulang sekolah gue traktir, sekarang gue mau ketemu Rara." Dengan sigap Rasya dan Dinda memberi jalan pada Juno. "Masuk aja kak, udah di tunggu. Sekalian bilang sama Rara kita berdua duluan." "Oke." Juno masuk kedalam kelas dan mendapati kekasih barunya masih merapihkan alat tulis. "Belum selesai?" Rara mengangkat kepala menatap sumber suara. "Bentar lagi. Lo pulang duluan aja, gue dijemput bang Az soalnya." "Kamu Ra." Rara menatap Juno bingung. "Pake aku-kamu jangan lo-gue lagi." Rara berdehem menghilangkan rasa kesat ditenggorokannya mendengar penuturan Juno. "Iya iya. Kamu duluan aja." Juno menggeleng pelan dan menarik tas Rara yang sudah siap digendong lalu menacumkannya dipundak kanan. "Kalo gitu aku tunggu sampe jemputan kamu datang." "Oh oke." Rara menjadi gugup kembali, padahal tadi ia sudah sedikit berhasil mengendalikan dirinya. Tangan kanannya terasa tertaut oleh tangan lain. Melihat itu Rara jadi salah tingkah. "Gak papa kan aku genggam tangan kamu begini? Biar biasa." Setelah mengatakan itu Juno melangkahkan kaki menuju gerbang diikuti Rara. Walaupun jam pulang sekolah sudah berlalu lima belas menit yang lalu, tetapi tetap saja masih banyak siswa siswi yang berada disekolah. Entah karena ektrakulikuler atau organisasi yang mereka ikuti. Membuat Rara dan Juno menjadi pusat perhatian. Apalagi yang paling menarik adalah genggaman tangan mereka dan tas Rara yang dibawakan oleh Juno terlihat begitu romantis. Rara berdecak. "Apaan sih mereka. Kayak gak pernah liat orang gandegan tangan aja deh. Ngeliat sampe segitunya." Juno terkekeh melihat wajah lucu kekasihnya. Semakin dieratkannya genggaman tangan mereka. "Ya biar sih. Toh gak ganggu kita juga kan?" "Tapi risih dilihat begitu Jun. Ah tau deh bete." Juno mengantikan langkahnya dan menatap Rara. "Kenapa harus dibawa bete sih sayang? Ini hari pertama kita jadian loh. Harusnya kamu seneng." Wajah bertekuk Rara tiba-tiba berubah menjadi memerah dan menahan senyum. "Juno ngomong apa sih. Ngaco deh." Juno tertawa melihat Rara yang salah tingkah. Vote and Comment guys!!! Bungsu Haling❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD