Lebih

1070 Words
"Kok lo bisa bareng sama cogan tadi sih Ra? Cerita dong sama gue." "Cogan? Yang mana?" Rasya berdecak kesal mendapati Rara yang sibuk dengan handphone miliknya. "Dengerin gue dulu napa Ra. Main hp nya entaran aja, gue penasaran tingkat akut nih." Ujar Rasya dengan wajah merajuk. "Bentar Sya, gue balas chat Dinda dulu. Penting nih." "Dinda? Temen yang lo kenal dari sosial media itu bukan sih? Yang tinggal di Australia?" Rara mengangguk saja menanggapi Rasya. "Memang dia kenapa? Ada masalah?" "Gue gak tau, kayaknya dia lagi ada masalah deh. Soalnya dia nanyain gue tinggal di Indonesia bagian mana. Menurut gue dia bakal tinggal disini." "Eh serius lo?" Rara mengangguk lagi. "Apalagi dia nanyain gue sekolah dimana. Kayaknya emang hipotesis gua bakal terjadi dan dia juga bakal sekolah disini." "Wahhh nanti sekolah kita ada bule dong." Celetuk Rasya bersemangat. "Ya begitu." "Lo punya fotonya Dinda itu gak? Gue mau liat dong." Bujuk Rasya antusias. "Ada kok, banyak malahan gue jadiin album sendiri." Ujar Rara cekikikan tak jelas. "Sumpah lo?! Mana sini hp lo." Rasya merebut handphone Rara dengan paksa dan mengutak-atiknya. "OH MY GOD!!! Sumpah ini Dinda?? Dinda temen lo itu?? Temen sosmed lo itu??!" Rara mengusap telinganya dan menatap Rasya kesal. "Iya Sya. Itu memang Dinda." "Gue gak percaya. Mana ada manusia secantik itu." "Gue beneran kok lo gak percaya sih sama gue. Gue dan nyokap gua ini udah cewek paling cantik aja lo percaya." Dengus Rara sebal. "Lo ditipu kali Ra, persoalan lo dan nyokap lo terus si Dinda itu jelas beda banget." Menolak ucapan Rara untuk dipercaya. "Terserah kalo lo gak percaya." "Ajak dia video call sekarang juga." "Hah? Lo gila? Dia juga pasti punya kesibukan kali Sya." "Gue juga tau. Tapi gue udah gak bisa menahan ini semua Ra. Lo tau kan rasanya nahan boker itu gak enak?? Itu lah yang gue rasakan saat ini udah gak bisa ditahan lagi rasa penasaran gue." Rara menatap teman sebangkunya itu sinis. "Gak ada perumpamaan yang lebih bagus dari nahan boker." Rasya memberikan cengiran khasnya. "Kan biar dramatis gitu loh Ra. Udah buru vc." Dengan pasrah Rara men-dial Dinda teman sosmednya dengan Videocall. Disana terpampang jelas wajah Dinda yang sebelumnya sudah Rasya lihat di galeri foto milik Rara. Dan semua itu tidak bisa dibohongi jika Dinda benar-benar sangat cantik. "Hallo." Sapa Rara dengan senyum lima jari. Jauh disana Dinda tersenyum tak kalah lebar membuat kadar kecantikannya semakin bertambah. "Hallo juga." Walau terkesan sedikit aneh, tapi Dinda bisa berbahasa indonesia dengan baik. Waktu istirahat digunakan oleh Rara dan Rasya untuk bertanya kabar dengan Dinda. "Lo belum cerita ke gue gimana lo bisa dianterin sama kak Angkasa ya Ra." Rara mendengus sebal ketika Rasya berkata demikian. "Angkasa siapa sih Sya? Gue aja gak kenal sama tuh orang." "Kak Juno maksud gue, Angkasa Dimitri Juno." Ralat Rasya cepat, secepat ia memasukkan semua peralatan tulisnya ke dalam tas. "Ya gak gimana-gimana Sya. Tuh orang emang jago bener ngeles, makin curiga gue kalo dia emang penipu ulung." Cetus Rara yang masih sibuk membereskan bukunya. "Hussh jangan sembarangan ngomong deh Ra. Kak Angkasa itu pemuda paling sempurna di sekolah kita. Cogan number one pokoknya." "Cogan darimana? Gantengan juga bang Azka kemana-mana." "Dia itu jadi cowok charming banget tau Ra, gue denger-denger sih dia itu selalu sopan dan ramah." "Halah bang Bian adalah prince charming yang tak tergantikan." "Udah Ganteng, charming, dia juga pinter Ra. Udah tiga kali sabet juara umum disekolah kita yang tercinta ini." "Bang Chiko lebih jago ngitung dan jenius daripada dia. Sudah terbukti itu." "Walaupun dia itu katanya charming tapi tetep aja namanya juga laki-laki yang masih remaja jadi nakal-nakal begitulah." "Lebih bangsatan juga bang Elang kapanpun dan dimanapun sampe orang-orang rumah mau muntah dengan segala kelakuan teranjingnya itu." "Dia sebenernya bukan playboy sih Ra, tapi menurut gue wajar cowok ganteng punya mantan banyak. Lagian anak-anak seumur kita kan pasti cari pacar ya buat isi waktu senang-senang aja. Begitupun dengan kak Angkasa." "Lelaki terbejat semuka bumi ini cuma bang Devano karena telah menyakiti beribu hati wanita karena itu sudah mutlak dan gak bisa di ganggu gugat lagi." Rasya lagi-lagi menghela nafas sebal. "Kesel deh gue sama lo Ra." Ketus Rasya menginjak-injakan kakinya pertanda ia sangat kesal. "Lah kenapa?" Tanya Rara bingung. "Gue itu lagi promosiin kak Angkasa tapi tanggapan lo begitu. Lebih ganteng bang Azka, bang Bian." Gerutu Rasya. Rara memiringkan wajahnya menatap Rasya yang masih cemberut kesal. "Memang begitu kenyataan nya kan?" Tanya Rara memperparah keadaan. "Bodo amat Ra, bodo." "Yaudah deh iya, gue minta maaf. Lo masih ada bahan promosi gak? Biar gue bisa nanggapin yang lebih baik seperti yang lo harapkan." Rasya menghela nafas dan kembali melanjutkan promosinya. "Satu lagi Ra, kak Angkasa itu tipe-tipe cowok mandiri. Masa iya dia itu udah jadi pengusaha kecil-kecilan gitu, buat tambahan uang jajan dan pengalaman. Padahal dia dari keluarga yang sangat mampu loh." "Bokap gue berasal dari keluarga yang sangat sangat amat mampu dan dia jadi pengusaha besar-besaran. Lebih lebih banget dari cowok itu." Selepas mengatakan hal tersebut Rara berlari meninggalkan Rasya dengan tertawa puas. Baru saja ia sampai di pintu ada seseorang yang menghalanginya. "Jadi apa sesuatu dari gue yang lebih hebat dari bokap dan abang-abang lo?" Rara mematung ditempat ketika mendapati Angkasa berdiri di hadapannya. "Permisi kak Angkasa, Rara gue balik duluan ya, bye." Rasya pamit dengan tawa yang tertahan. Rara menggerutu dalam hati ketika mendapati sahabatnya itu bahagia atas penderitaan yang di alaminya. "Jadi apa? Lo belum jawab pertanyaan gue." Rara melipat kedua tangannya di d**a dan menatap Angkasa meneliti. "Gak ada." Angkasa menaikkan salah satu alisnya menatap siswi yang sangat menarik perhatiannya ini. "Gak ada?" Ulang nya. Rara mengangguk mantap. "Lo udah denger obrolan gue dengan teman gue tadi kan? Gak ada yang spesial dari lo yang membuat gue tertarik." Rara melangkah pergi meninggalkan Angkasa yang masih mencerna perkataan gadis itu. "Tunggu!" Bahu Rara sukses ditahan oleh Angkasa. "Kenapa begitu? Sesempurna apa abang-abang lo sampe lo gak merasa tertarik sama gue?" Tanya Angkasa dengan wajah penuh tanya. "Kalo lo udah tau alamat rumah gue, lo dateng kesana dan lihat sendiri." Rara menepis tangan Angkasa dan bahunya, lalu berlari menuju ke gerbang sekolah karena sudah ada yang menunggunya. "Kamu habis dari mana aja?? Hampir aja abang telfon polisi karena kamu terlambat 20 menit." Dengan nafas yang terengah Rara memutar matanya malas. "Lebay. Ayo cepet pulang." Vote and Comment guys!! Bungsu Haling❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD