TAMU TENGAH MALAM

831 Words
Bagas telah kembali pulang menuju tempat tinggalnya, Sigam. Sebuah desa di Kotabaru dengan jalanan naik turun serta pemandangan yang menakjubkan. Pertemuannya dengan Raisa telah mendapatkan titik terang bahwa Raisa bersedia menikah dengannya dengan syarat dirinya bisa berbuat adil pada fisik dan hatinya. Untuk Arum juga untuk Raisa. Hal yang tidak mudah memang namun tetap harus di iya kan demi meyakinkan Raisa. Kedepannya ia akan berusaha menjadi suami yang baik, itu saja. Bila nanti di sana-sini terjadi kekurangan maka hal itu adalah hal biasa bagi sebuah pasangan yang baru saja menikah. 'Memiliki dua istri' Bagas tersenyum bahagia membayangkannya. Membayangkan hidupnya akan terasa lengkap dengan kehadiran Raisa dan akan makin lengkap dengan kesetiaan Arum. Anak-anak yang tiba-tiba jumlahnya menjadi banyak pasti akan menimbulkan keriuhan tersendiri. Keriuhan yang semoga akan membahagiakan. 'Menikah lagi' Siapa yang tak ingin. Semua lelaki ingin melakukannya hanya mungkin terbatas pada keinginan menyampaikan juga pada batasan kemapanan. Namun yang pasti menikah lagi adalah mimpi bagi kebanyakan lelaki di dunia ini. Adzan isya berkumandang, dirinya telah siap menunaikan pertemuan dengan pemilik alam dan seluruh isinya termasuk jiwa raganya. Seluruh doa Bagas panjatkan pada Sang Pencipta dengan harapan bahwa seluruh doanya akan dikabulkan. Esok hari tanggal enam bulan enam pernikahan antara dirinya dan Raisa akan diresmikan. Babak baru dalam kehidupannya bakal terjadi. Malam semakin larut ketika Arum sibuk bercengkrama dengan anak-anak di beranda. Bagas pun turut serta diantara mereka. Sambil mengerjakan pekerjaan kantor Bagas ikut dalam tawa ceria anak-anak dan Arum nya. Saling melempar celoteh dan candaan kecil adalah kebiasaan keluarga ini sejak lama. Tiba-tiba, inbox facebooknya menyala. Bagas menutup sedikit laptopnya agar layarnya tak nampak saat nanti inbox nya ia buka. Bagas khawatir Arum tersinggung membaca pesan yang masuk. Meski Bagas belum tahu dari siapa. "Assalamualaikum mas, mohon maaf mengganggu kalau mas gak sibuk mohon menghubungi saya ya mas. Tapi tolong jangan sampai mbak Arum tahu." Pesan dari Raisa masuk di facebooknya. Bagas sangat gelisah namun ia berusaha untuk tenang agar tak ada kecurigaan. Bagas berdiri, menuju ke kamar mandi setelah lebih dahulu menekan tombol keluar dan menutup akunnya. "Kamu kenapa ?" begitu bunyi pesan yang Bagas kirimkan. "Kakak tubuhnya makin panas, aku takut mas." "Ya Allah. Oke kamu tenang ya, aku kesana. Jangan panik sebaiknya kamu tenang." "Iya mas, mohon maafkan aku." Begitu tulis Raisa yang sering membuat Bagas iba. "Iya ga pa. Oke aku cari cara menuju kesana, kamu jangan khawatir. Aku pasti datang." Tulis Bagas pada Raisa melalui pesan singkatnya. Bagas hanya ingin berbagi kekuatan. Bagas tidak mau Raisa menjadi lemah karena kenyataan yang menimpanya. Bagas kembali berbincang dengan Arum dan anak-anak. Membuat seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal tanpa Bagas ketahui Arum telah mengikutinya sejak ia menuju kamar mandi tadi. Bukan mengikuti secara fisik tapi mengikuti secara naluri. Arum tahu sedang terjadi sesuatu dan Arum tahu sebentar lagi Bagas pasti pamit pergi. Arum menangkap gelagat itu meskipun Bagas tidak menyadari. "Ummi," Bagas berbisik di telinga Arum. "Iya ada apa ?" "Aku ijin keluar sebentar ya." "Iya silahkan." Hanya itu yang Arum sampaikan. Arum enggan bertanya kemana karena itu justru akan menyakiti hatinya. Bagas pergi dengan motornya, melaju kencang menuju rumah Raisa. Di rumah Raisa, sorot lampu masuk melalui tirai jendela kamarnya. Pasti Bagas yang datang. Raisa memakai kerudung nya kemudian bergegas menuju pintu hendak menemui Bagas nya. Lampu tempel yang cahayanya tidak sempurna membuat Raisa tidak dapat menangkap dengan jelas siapa yang datang. Di rumah Raisa yang berada di tengah kebun, listrik belum bisa masuk itu sebabnya bila malam tiba gelap menjadi santapan mereka. "Bu cantik apa kabar." Seorang lelaki menyapanya. Jelas itu bukan Bagas. Perkenalkan saya perangkat desa sebelah bu cantik, kalau bu cantik perlu apa-apa ibu bisa menghubungi saya." Suara itu terdengar nakal sekali. "Iya pak." Suara Raisa tegas. "Bu Cantik malam begini sedang apa, bu ?" "Maaf pak silahkan bapak pulang ini sudah malam tidak baik bila bapak disini." Lelaki itu pun tertawa terbahak-bahak. Perut buncitnya ikut bergerak-gerak karena tawanya. Laki-laki itu mendekati Raisa. "Rumah mu gelap bu cantik pasti enak gelap-gelapan begini." Raisa makin mundur mendekati pintu. Ia sangat ketakutan, bau alkohol dari bibir lelaki itu sangat kuat tercium. Dengan sangat kurang ajar lelaki tadi menyentuh pundak Raisa. Raisa memberi tamparan keras pada pipinya. Ia sudah muak dan tidak tahan menghadapi ini semua. Ia ingin sekali meludahi wajah lelaki tadi. Lelaki yang nafsunya bergejolak karena melihat Raisa. Beruntung, sebuah sorot lampu mendekati mereka. Bagas kaget melihat Raisa berada dalam pelukan lelaki lain. Lelaki itu pun kaget mengetahui ada yang datang. Raisa mengarahkan ujung lututnya pada kemaluan si lelaki perangkat desa tadi. Ia mengaduh sangat keras karena kesakitan. Bagas turun dari motornya, melindungi tubuh Raisa. Lelaki itu ia dorong hingga terjatuh. Dan lari tunggang langgang. Raisa menangis dalam pelukan Bagas, hatinya terluka. Anaknya sedang sakit namun masih ada saja lelaki yang ingin memanfaatkannya. Bagas menarik nafas panjang. "Rumah ini tidak aman untuk, mu." Suaranya penuh kekhawatiran. Sambil memapah Raisa melihat kondisi anak pertamanya dan segera membawanya ke dokter. Tamu tengah malam demikian membuat Raisa ketakutan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD