Hari ini hari pertama Falisha kerja di angkringan BAYAR DHEWE DHEWE
“Halo, aku harus panggil kamu tuh siapa?” tanya Zuhdi.
“Terserah saja sih. Aku biasa dipanggil Lyssa Tapi ada satu atau dua orang temanku yang memanggil Vally. Tergantung sih yang mana saja, yang Mas enak menyebutnya. Kalau yang umum ya Lyssa kok Mas,” kata Falisha dengan ramah. Hari ini dia bertemu dengan Zuhdi dulu baru akan memulai pekerjaan pertamanya sehabis magrib nanti.
“Oke kamu bersiap saja ya. Namanya perkenalan kita juga nggak tahu hasil perolehanmu nanti. Lagi ini kan malam Selasa, mungkin pengunjungnya tak seramai malam Minggu dan malam libur lainnya. Pokoknya sukses saja buat kamu. Mungkin nanti saya nggak sampai akhir ya. Tapi ya nggak tahu juga lah,” jelas Zuhdi.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Senajan kowe ngilang, ra biso ta’ sawang,” ( meski pun kamu menghilang, tidak bisa aku pandang ),
“Nanging neng ati tansah kelingan.”
“Manise janji … janjimu kuwi, nglarani ati, ( tapi di hati masih teringat
manisnya janji. Janjimu itu menyakiti hati.)”
“Ayo, Mbaknya ikut nyanyi dong. Request lagu sedih begini bikin yang lain jadi ikutan sedih nih.”
“Habis ini minta lagu yang gembira ya biar malam ini kita semakin gembira. Tapi enggak apa-apa sih lagu sedih juga, asal cuma untuk mengingatkan kita jangan ikut terlarut dalam kesedihan.”
“Kita lanjut ya lagunya,” kata Falisha. Dia pun terus menyanyikan lagu yang diminta oleh pengunjung malam itu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Ternyata dia itu suaranya bagus banget ya?” kata Banyu. Dia kebetulan memang janjian sama dengan Zuhdi.
“Iya, aku juga baru tahu, saat datang dulu tak aku test. Ini malam pertama dia nyanyi di sini. Walaupun bukan malam libur tapi kan pengunjung rame, dan antusias pengunjung juga bagus kok malah. Pada request padahal ini malam pertama dia loh. Tapi interaksi dia ke pengunjung bagus, jadi pengunjung berasa akrab saja.”
”Semoga saja income hariannya banyak, sehingga dia bisa memenuhi semua kebutuhannya lagi,” ucap Banyu.
“Memang selama ini dia kerja apa?” tanya Zuhdi.
“Dia kasir di Swalayan. Lalu rntah mengapa ada fitnah yang mengatakan dia mengambil uang setoran. Padahal setiap hari setoran nggak pernah ada kurangnya. Tiba-tiba di akhir bulan dia dituduh mengambil uang setoran sekitar dua.300.000. Kan aneh. Harusnya kan kalau ada akumulatif dua juta tiga ratus tiap hari pasti berkurang jumlahnya.”
“Setiap hari ada kekurangan kan? Entah 100 entah 1000 pokoknya bisa menjadi akumulatif sebanyak itu. Ini tiba-tiba di akhir bulan dilaporkan begitu. Falisha tentu saja nggak enak. Dia langsung jual motornya dan kembalikan uang tersebut, lalu dia resign.”
“Satu minggu setelah resign Falisha dipanggil sama manajemen swalayan tersebut dan disuruh kerja lagi. Katanya itu bukan kesalahan dia, tapi kesalahan adik ipar pemilik Swalayan.”
“Akhirnya ketahuan bahwa yang mengambil uang adalah adik ipar pemilik Swalayan. Tapi Falisha sudah tidak mau kembali lagi, bahkan uangnya dikembalikan pun dia tidak mau. Falisha bilang kembalikan saja ke masjid. Uang tersebut sudah dikeluarkan untuk buang sial. Tentu saja Falisha tak mau uang dikembalikan.”
“Pemilik Swalayan malu, akhirnya menyuruh beberapa orang karyawan memasukkan uang tersebut di kotak masjid atas nama Falisha, karena memang Falishanya tidak mau terima lagi.”
“Itu sebabnya dia nggak ada motor hari-hari terakhir ini. Uang Rp dua.300.000 kan juga lumayan besar untuknya. Walau motornya harganya nggak mahal kan ya mengertilah kamu.”
“Dia juga belum mau ambil kredit motor baru katanya karena belum ada penghasilan tetap. Kalau dia langsung ambil motor baru memang dia pakai motor tapi kan kalau belum punya penghasilan tetap. Dia nggak berani. Itu yang diceritakan sama ibunya, dan ibunya cerita ke aku kenapa dia berhenti kerja serta ‘kehilangan’ motornya.”
“Wong edan sing nduwe Swalayan,” katanya Zuhdi kesal. Zuhdi bilang pemilik swalayan adalah orang gila.
“Dia sudah menuduh karyawannya mencuri tanpa menyelidiki dulu. Setelah hasil penyelidikan keluar baru mereka minta maaf dan minta pegawainya bekerja kembali.”
“Dan dia semakin malu terlebih saat uang rp dua.300.000 tidak mau diterima lagi oleh Falisha. Itu benar-benar memukul muka si pemilik Swalayan. Benar-benar dia merasa sangat malu.”
“Kamu katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Ada apa sih?” tanya Zuhdi setelah kemarahannya reda akibat mendengar seorang boss bertindak grasa grusu tanpa menyelidiki terlebih dulu.
“Aku lagi kejepit,” ucap Banyu.
“Maksudnya kenapa?”
“Bagaimana tindak kejepit bila aku baru pacaran dua minggu tiba-tiba Nadia bilang orang tuanya bertanya keseriusan kami. Kan aneh?” adu Banyu.
“Dulu dia hampir dua tahun pacaran sama Damar orang tuanya nggak menuntut keseriusan. Padahal kan Damar sudah bekerja, aku masih kuliah, malah ditanya kapan wong tuaku nembung.”
“Yo kowe tanyakan sama Nadia mengapa hal itu terjadi.”
“Dia belum mau jujur sama aku, kenapa ditekan oleh orang tuanya. Tapi aku yakin pasti orang tuanya punya alasan tertentu,” jelas Banyu.
“Kalau kamu yakin ya sudah minta sama orang tuamu buat nembung nadia.”
“Kamu sebagai laki-laki tentu tak ingin menikah tanpa alasan kan?”
“Maksudku kamu tahu kan, aku masih terlalu jauh untuk terikat serius dalam pernikahan. Aku nggak mau main-main menikah, karena kesiapan ku belum sampai sana.”
“Kalau untuk menikah saat ini rasanya aku belum siap, dalam artian kalau ekonomi oke sudah, Insya Allah aku sudah punya penghasilan untuk memberi nafkah yang cukup bagi anak dan istriku.”
“Tapi kalau perhatian sebagai kepala keluarga, perhatian nanti sebagai orang tua misalnya kami langsung punya anak, itu aku belum mampu sepenuhnya. Saat ini aku masih konsentrasi untuk mengembangkan usaha. Aku masih konsentrasi untuk kuliah. Bagaimana aku harus membagi konsentrasiku untuk rumah tangga terutama untuk konsentrasi memberi attensi pada istri.”
“Itu yang aku lihat aku kurang siap. Justru pacaran saja sebenarnya mengganggu konsentrasiku, karena pacaran ini ternyata menutup aku jadi suka ogah-ogahan dan segala macamnya. Beda banget sama waktu aku masih sendiri, aku sendiri aku selalu ingat semua kegiatan positif, kegiatan baik dan segala macam. Pacaran malah tak membuat aku semangat melakukannya.”
“Jadi kamu menyesal pacaran?” tanya Zuhdi.
“Bukan menyesal dalam tanda petik, melainkan, bagaimana merincinya ya? Aku sedih karena pacaran membuat aku jadi tak kreatif berbuat positif.”