PEREMPUAN IDAMAN

1028 Words
“Bener banget. Aku tertarik bukan main-main. Itu sebabnya aku menyelidiki latar belakang hidupnya. Aku ingin serius sama dia, walau untuk kejenjang pernikahan ya masih lama. Tapi setidaknya aku nggak main-main. Aku ingin serius sama dia,” kata Agung lagi. “Oke kalau seperti itu. Aku terima tantanganmu. Kita berarti bersaing secara jantan. Secara fair. Kita benar-benar bersaing yang sehat, tidak boleh saling sikut,” kata Utoro. “Aku setuju. Sangat setuju. Kita bersaing secara sehat. Jangan main sikut-sikutan karena nggak baik. Juga belum tentu setelah kita sikut-sikutan salah satu dari kita dapat Falisha kan?” “Ternyata malah nggak dapat semua, kan payah. Sudah kita bertengkar, berantem, ternyata dua-duanya enggak dapat Falisha. Akhirnya bubrah kita berdua,” jawab Agung. “Itu maksudku. Pokoknya siapa yang dapat ya legowo saja lah yang kalahnya. Kita nggak berebut apa pun, tapi kita tetap bersahabat,” kata Utoro. Sungguh mereka sangat berpikir dewasa, tidak mau saling menjatuhkan hanya karena persoalan yang belum ada kepastian. Kalau sudah ada kepastian itu lain cerita. Ini kan dua-duanya belum diterima jadi aneh saja kalau mereka sudah berkelahi duluan. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Selamat malam Kak Agung, Kak Utoro dan Kak Ali, wah senior-senior di kampusku nongol nih. Semoga berkenan dengan lagunya. Kalau mau request silakan dan pasti ditunggu sawerannya ya,” kata Falisha tanpa malu. “Mbak e kuliah po?” tanya seorang ibu muda dekat panggung Falisha menyanyi. “Inggih Ibu saya kuliah baru semester dua, saya cari rezeki buat sekolahin adik saya. Adik saya masih kelas dua SMP, karena ayah kami sudah nggak ada,” kata Falisha tanpa malu. “Sukses terus yo Mbak, sukses terus. Moga-moga anakku ya koyo ngono. Selalu mau mandiri. Enggak perlu minta-minta dikasihani orang. Bener Mbak, semangat Mbak. Aku kagum sama kowe,” rupanya ibu muda itu sedang hamil tapi belum kelihatan. Perutnya masih rata tapi dia mengusap-ngusap perutnya. Suaminya menepuk-nepuk pundak istrinya lembut dan tersenyum manis. Rini tentu saja tak percaya ternyata penyanyi yang sedang perform, yang sejak tadi dia perhatikan adalah adik kelas Mas Agung dan teman-temannya. “Siapa Mbak Falisha itu Mas Agung eh Mas Ali?” tanya Rini. “Dia bintang di angkatannya. Bahkan bintang di kampus. Dia pernah berapa bulan lalu, dua bulan atau tiga bulan lalu bermasalah karena kerja di swalayan. Dia dituduh mencuri uang karena dia kan kasir. Lalu dia kembalikan uang itu dengan menjual motornya. Ternyata yang mencuri bukan dia tapi adik ipar si pemilik swalayan,” jelas Ali. “Lalu pemilik swalayan minta maaf setelah tahu fakta sebenarnya, dan mengembalikan uang tersebut. Tapi Falisha tidak mau menerima uang itu. Dia bilang sumbangin saja ke masjid atas nama orang-orang duafa. Tapi pemilik swalayan menyuruh pegawainya menyumbang atas nama Falisha. Jadi uang dua juta lebih berapa begitu aku juga lupa dikembalikan ke kotak infak masjid.” “Masya Allah, itu perempuan idaman. Wah kalau ibu tahu pasti ibu menjodohkan sama Mas Agung. Hebat banget. Wah itu hebat,” kata Rini. Dia benar-benar kagum pada Falisha, sampai dia lupa dia tidak boleh cerita tentang Falisha dan nongkrong di cafe kalau nggak mau kebohongannya ketahuan ibunya. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Desas-desus tentang Falisha penyanyi café Bayar Dhewe-Dhewe yang ternyata seorang mahasiswi berprestasi berikut kasusnya dengan swalayan tempat bekerjanya dulu membuat daya tarik pengunjung mendatangi café tersebut. Makin lama pengunjung makin ramai di hari Falisha menyanyi. Di hari lain tidak begitu ramai. Hanya mereka ingin tahu tentang café tersebut. Tapi kalau yang ingin mendatangi Falisha pasti datang saat jam tayangnya Falisha atau jam ngamennya atau apalah orang mengatakan. Pokoknya malam Selasa, malam Kamis, malam Sabtu, dan malam Minggu itu yang membuat pengunjung tambah rame. Tentu saja Zuhdi mendengar itu makin suka, karena ada nilai jual tersendiri dari penyanyi café miliknya. Tentu dia akan pertahankan Falisha mati-matian agar tidak direbut orang. Pasti banyak yang ingin menarik Falisha karena sudah dua orang pemilik café minta Falisha nyanyi di hari lain selain hari tempat Zuhdi. Jadi kan masih ada tiga hari lain, tapi Falisha belum menerima tawaran tersebut. Dia masih memikirkan apakah masih perlu ngoyo untuk cari duit. Masalahnya dia tidak mau nilai semesternya nanti rusak kalau tiap malam menyanyi. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kalau aku sih nggak bisa ngelarang. Itu kan hak kamu, aku hanya memberi pertimbangan. Kalau soal melarang nggaklah,” jawab Eni ketika sahabatnya bertanya soal menerima menyanyi di 3 hari yang saat ini masih free. “Kalau memang sekarang sudah cukup, kamu mau ngoyo ngapain?” “Sedangkan yang kamu targetkan adalah kuliahmu kan? Kamu bilang tiga tahun selesai dan sekarang kamu mau lebih fokus cari duit? Lalu nanti nilaimu turun, nilaimu turun beasiswamu dicabut. Kalau beasiswmu dicabut kamu harus lebih ngoyo cari duitnya karena kuliah harus bayar, sudahlah sekarang yang penting bisa buat nabung dan buat bayar kredit motor. Itu saja sudah cukup,” saran Eni. Mereka memang seperti tumbu ketemu tutup. Sangat klop. Tak ada persaingain buruk. Mereka sangat bersaing dalam nilai prestasi. Itu yang membuat mereka makin gigih belajar. “Tabungan kamu kan akan digunakan untuk satu tahun ke depan. Berarti kan untuk saat Bondan SMA. Target itu dulu lah, enggak perlu ngoyo mengejar yang lain. Nanti mungkin kamu bisa tambah job sesudah kita lulus atau ya mungkin kamu kerja kantor atau gimana. Tapi kalau tambah job nyanyo janganlah. Kalau menurut aku jangan. Tapi ya semua tergantung kamu.” “Aku juga berpikir seperti itu En. Aku juga sudah tanya ibu. Kata ibu sebaiknya cukup dengan yang ada sekarang saja. Karena sifat dasar manusia itu tak pernah merasa cukup kata ibu.” “Nanti malah aku yang pontang-panting nggak genah. Jadi memang aku belum memutuskan. Cuma ragu saja. Maka aku butuh tambahan masukan darimu.” “Sudahlah. Yang penting kamu fokus kuliah dan satu saja tempat nyanyimu. “Iya terima kasih ya. Pertimbanganmu sangat bagus. Aku akan benar-benar hanya satu saja.” Eni senang masih dihargai oleh Falisha, benar-benar sahabatnya itu sangat baik. Walau Falisha seperti itu dan Eni anak kaya raya, tapi sejak awal tiap jajan mereka bayar sendiri-sendiri. Sejak awal Falisha tak mau jadi parasit. Itu yang membuat Eni sangat kagum. Karena sejak SD, Eni biasa didomplengi teman yang sering jadi parasit dirinya. Berita tentang Falisha juga didengar oleh Banyu. Tentu saja dia senang karena secara tak langsung dia sudah membantu Falisha menemukan jalannya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD