Saat tangan hendak menggerakkan tuas, pintu terlebih dahulu terbuka. Nampak kecemburuan di wajah lelaki yang kini berada di hadapan. Sorot matanya seakan berkata-kata, membuat diri tak mampu terjatuh dalam pandangan lebih lama. Helaan napas berembus melepaskan kekesalan, mengapa takdir serumit ini Harus datang kepadanya. "Ngapain lu?" tanya Sally nyolot. "Lu yang ngapain? Pulang jam segini, diantar siapa itu?" Denis tak kalah nyolot dari Sally. Sally pun tak suka dengan cara Denis mengintrogasi. Dia kemudian menarik kerah kemeja lelaki itu dan menariknya keluar, seketika tubuhnya dilempar dengan kesal. Mimik wajah sudah berwarna kemerahan menahan sebuah amarah. Dia pun segera masuk ke dalam rumah menghindari percekcokan. Apalagi dengan suami orang, tak terasa tangan menepuk jidat. "Sal