Chapter 5

1340 Words
Keringat dingin memenuhi tubuh Lidia. Nafasnya sesak seperti orang yang baru selesai berlari kencang. Bayangan itu memperlihatkan banyak kejadian. Kecelakaan beruntun, mobil terbalik, lampu merah, ambulance dan seseorang yang digotong tandu memasuki Ambulance. Secara bergantian potongan-potongan gambar itu menghantui Lidia. Sampai akhirnya ia terbangun dan langsung terduduk dari tidurnya. Nafasnya semakin sesak. Ia melihat ke sekelilingnya. Teman-temannya yang satu tenda masih tertidur. Ia menghela nafas panjang. "Cuma mimpi.." ucap Lidia lega. Ia mencari ponselnya dan melirik jam yang ada di ponsel tersebut. Ia meletakkannya kembali. Lidia mengusap wajahnya sedikit kasar. Pukul tiga pagi, ditengah hutan, ia terbangun karena mimpi buruk. Lengkap sudah. Lidia melirik dari kain tendanya, ada beberapa yang terlihat lalu lalang. Dan ia yakin jika itu bukan manusia. Lidia kembali membaringkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya secara tiba-tiba saat ia mendengar ada yang melangkah mendekat. Ia tak mau diganggu jam tiga pagi. Dalam pikirannya, ia merasa cukup lelah. Tidak! Tapi sangat lelah. Mungkin sebagian anak Indigo lainnya mengatakan jika punya kemampuan seperti ini sangatlah menyenangkan. Tapi tidak untuknya. Lidia bahkan sangat ingin kemampuannya itu menghilang. Ia sudah lelah. Ia ingin berteman dengan manusia. Namun yang ia dapatkan selalu makhluk tak kasat mata. Bahkan terakhir ia dekat dengan Arya. Dan lagi-lagi, Arya juga makhluk tak kasat mata. Lidia terlonjak saat ia merasa ada yang meniup lehernya. Hembusan yang dingin dan bau. "Bangun gadis kecil.." ucapnya dengan suara berat. Lidia jengah dengan keadaannya. Namun ia tetap tak mau bangun. "Saya tahu kamu sudah bangun. Bantu saya.." ucap makhluk tersebut. Mati aja lo lagi. Jangan ganggu gue!!! Clara berteriak dalam hatinya. Namun ia bersyukur selain Arya, tak ada lagi yang bisa mendengar suara hatinya. "Bangun anak manis. Bantu saya.." suara serak itu masih terdengar. Ingin rasanya Lidia bangun dan memukulnya ,namun tak bisa ia lakukan. Pasalnya ia pasti akan demam setelah itu. Lidia kembali meremang. Kali ini ia merasakan jika tubuhnya disentuh. Setan sialaan. Gue mau tidur..!!! Lagi-lagi Lidia hanya bisa berteriak dalam hati. Karena jika ia berteriak dengan suaranya, sudah pasti akan membangunkan teman-temannya. "Bangun a....AAAAAA..." Lidia merapatkan matanya serapat-rapatnya saat ia mendengar teriakan keras dari makhluk yang menganggunya tadi. "Sudah jam tiga pagi. Semua tidur, kenapa kau bangunkan dia.." Lidia membuka matanya. Ia mendengar suara Arya yang sangat ia kenal. Dengan cepat Lidia membalikkan tubuhnya ke belakang. Ia melihat kain tenda tersebut. "Urusanmu bukan dengannya. Di tenda itu, ada gadis yang juga bisa melihatmu. Siapa tahu dia bisa membantumu. Pergilah!!" Lidia bisa mendengar dengan jelas kalimat yang Arya ucapkan. Tak lama kemudian, suasana mendadak hening. Tak ada lagi suara-suara berisik bahkan dari makhluk tak kasat mata lainnya. "Tidurlah! Besok kamu harus bangun pagi untuk acara lanjutan." Arya berbicara dari balik tenda. Lidia tertegun. Ia lalu tersenyum dan mengangguk. Tak butuh waktu lama, Lidia pun akhirnya tertidur. Sedangkan Arya, pria itu duduk di tanah sambil bersandar pada sebuah pohon besar. Ia terdiam dalam sandarannya tersebut. Dalam benaknya, kenapa ia merasa Lidia seperti punya daya tarik pada dirinya. Bahkan saat ia melangkah jauh pun, suara Lidia masih bisa ia dengar. Ada apa sebenarnya? Dia pun bingung. Apalagi saat ia mendengar pernyataan Lidia padanya kalau hanya dirinya yang tak memberikan reaksi apapun pada Lidia saat ia menyentuh gadis tersebut. Arya menatap tenda yang di dalamnya ada Lidia. Ada hubungan apa ia dengan Lidia? Dia seolah diberi kontak batin dengan gadis tersebut, padahal Ia mengenali Lidia baru dua hari yang lalu saat Gadis itu datang ke tempat ini. Apa ia harus mencari tahunya, Kenapa ia seolah terikat dengan gadis itu. Dan Sepertinya ia memang harus mencari tahu agar keraguan dalam dirinya bisa hilang. ***** pagi ini semua peserta diminta untuk berkumpul. Hari ini akan menjadi hari terakhir mereka berkegiatan di perkemahan ini, dan seperti acara-acara perkemahan yang sudah ada, hari terakhir pasti akan diisi oleh jurit malam. "Baiklah semuanya! kalian semua pasti tahu ini menjadi hari terakhir kita disini sebelum kita bersiap-siap untuk pulang esok hari,---" "---Sebagai penutup acara, kalian semua pasti sudah tahu kalau kita akan mengadakan jurit malam dan ditutup dengan api unggun." Mendengar kata jurit malam, peserta pun bersorak senang karena memang sebagian dari mereka selalu menunggu acara seperti ini. butuh tantangan dan adrenalin sendiri saat mereka Menyusuri hutan untuk mencari petunjuk petunjuk yang ditinggalkan. dan lebih gilanya lagi mereka melakukannya saat malam hari. "Baiklah! semua diharapkan tenang terlebih dahulu. di tangan saya ini, sudah ada selembar kertas yang bertuliskan nama-nama kelompok dan anggotanya. Jadi, bagi kalian yang terpilih di kelompok masing-masing, tidak ada istilah yang namanya kerja sendiri-sendiri. terlepas dari kalian punya masalah satu sama lain atau tidak, yang saya minta kalian harus kerja sama untuk hal seperti ini,---" "---karena kalian tahu kan, di sini hutan. Dan kita akan beraktifitas malam hari. Jika kalian salah selangkah saja atau salah bicara apalagi saat itu Kalian sedang tidak berbaikan dengan tim kelompok kalian, Saya takut akan terjadi sesuatu. karena itu, untuk acara Nanti malam, kalian semua harus buang ego kalian terlebih dahulu dan harus menjaga teman-teman satu tim kalian. kalian semua paham!!?" semua peserta bersorak paham. Selanjutnya Pembina pun membacakan satu persatu nama yang ada di kelompok yang sudah ditentukan. Lidia berada di kelompok MAWAR dan ia beruntung teman-teman kelompoknya berada di Satu Frekuensi dengannya. "Baiklah! kelompok sudah dibagikan. Panitia sudah menyembunyikan sekitar 20 bendera yang mana masing-masing kalian harus mendapatkan 5 bendera. karena kita ada 4 kelompok, jadi Kalian harus menemukan 5 bendera perkelompok. tapi ini tidak menutup kemungkinan ya, ada kelompok yang mendapatkan lebih. bagi mereka yang mendapatkan lebih, kami dari panitia sudah menyiapkan hadiah menarik." Mendengar kata hadiah, Mereka pun kembali bersorak dan kebanyakan dari sorakan mereka adalah kata-kata semangat. Setelah memberi instruksi tambahan, para peserta pun akhirnya dibubarkan. ada sebagian dari mereka yang diminta untuk mencari kayu bakar yang akan mereka pakai nanti untuk api unggun. Dan ada juga dari sebagian Mereka yang memilih untuk menyiapkan makanan yang akan mereka santap di siang hari nanti. Dan untuk kali ini Lidia memilih membantu teman-temannya mencari kayu bakar. Dan seperti biasanya, kehidupannya tak akan pernah lepas dari yang namanya makhluk tak kasat mata. saat dia memilih satu persatu kayu tersebut, ia dibuat risih dengan gangguan yang datang dari seorang anak kecil yang berlarian mengelilinginya. Ingin rasanya ia memberhentikan anak tersebut, Namun ia takut akan dikatakan gila oleh teman-temannya nanti. pasalnya di sekelilingnya, sedang banyak peserta lain. Alhasil, Lidia hanya bisa menahan emosinya pada bocah tersebut. "Apakah butuh bantuan? aku bisa membantumu.." ucap anak tersebut memberikan tawaran pada Lidia. Lidia tersenyum manis, lalu menggeleng seolah memberi isyarat pada anak tersebut jika ia menolak tawaran yang anak itu berikan. Menerima tolakan dari Lidia, anak itu pun berhenti berlari. Ia kali ini berdiri tepat di hadapan gadis tersebut. "Wah! sama sekali tidak cantik!" ucapnya membuatnya Lidia seketika menyipitkan matanya, "Kurasa kak Virgo butuh pemeriksaan mata kembali.." ucapnya lagi. "Virgo? Virgo siapa? siapa itu Virgo?" Lidia bertanya dalam hatinya dan sebenarnya siapa bocah kecil ini. Lidya berjongkok seolah ia sedang mengambil ranting yang ada di kakinya. ia menatap anak tersebut dengan seksama, "Sebenarnya kamu siapa? dan siapa Virgo?" tanya Lidia, namun pertanyaan itu hanya dijawab dengan gelengan dengan sedikit cibiran dari anak tersebut. "Sudahlah tak cantik! kepo lagi!" Lidia seketika dibuat kesal. Ingin rasanya ia menjambak bocah tersebut. ia tak peduli dengan efek yang akan terjadi pada tubuhnya nanti, yang jelas ia sangat ingin melampiaskan kekesalannya terlebih dahulu. namun saat ia ingin meraih anak tersebut, Lidia semakin dibuat geram karena bocah itu menghilang dari hadapannya. "Iiiiiii, dasar bocah sialan!" Lidia berteriak kencang membuat orang-orang yang ada di sana langsung menatapnya. "Woi!! kenapa sih lo di tengah hutan teriak-teriak.? bocah mana? mana bocah?" teriak Joni pada Lidya. Lidia memejamkan matanya kuat dan untuk kesekian kalinya ia terbawa emosi oleh makhluk tak kasat mata tersebut. Suara tawa yang cukup keras Terdengar tak jauh dari telinganya. Lidya seketika memutar kepalanya untuk mencari sumber suara tersebut dan kekesalannya semakin menjadi saat ia melihat Arya sedang bersandar di sandaran pohon sambil menatapnya, dan jangan lupakan jika pria itu sedang tertawa puas. "Ngapain lo pake acara ketawa? ada yang lucu apa? " teriak Lidia dalam hatinya. Bukannya menjawab, tawa Arya justru semakin kencang membuat Lidia kesel bukan main. **** *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD