Kiss

1022 Words
Maria memang tidak terlalu berharap orangtuanya datang mengambil kelulusanya,karna memang dari dulu tidak pernah ada yang mau datang karnanya. Maria menghampiri wali kelasnya. "Niiih, punyamu nanti lusa kamu bawa ini ya dan temui bapak di sana besok, bapak sudah mendaftarkanmu disana," ucap pak Nasum. "Baik Pak, makasih ya Pak, bapak memang yang terbaik," ucap Maria. Maria keluar dengan membawa surat kelulusan di tangannya, sudah ada Atikah yang menunggunya di halaman sekolah ia memeluk temanya itu dan tersenyum bahagia. Nana menghampiri Maria dan tersenyum, Maria mempunyai sahabat yang baik. "Ini sudah waktunya pulang, boleh aku pinjam Maria?" ucap Nana. "Untuk apa?" tanya Maria. "Aku pulang duluan ya ingat harus cepat pulang kalau tidak akan ada badai nanti," ucap Atikah berdiri dan pergi meninggalkan Maria dan Nana. Nana menarik tangan Maria ke belakang sekolah mereka duduk berdua, sekolah sudah bubar jadi tidaak akan ada yang mengganggu mereka. "Ada apa?" tanya Maria. "Ini untukmu pakailah," ucap Nana memberikan dan memasangkan cincin di jari manis Maria. "Ini," ucapan Maria terhenti karna Nana menggenggam tangan Maria erat. "Aku tidak tau bagaimana hariku tanpamu Maria," ucap Nana. "Aku," Maria masih tidak menyelesaikan perkataanya. "Tapi aku akan segera padamu nanti, jadi tunggulah aku," ucap Nana tersenyum pada Maria. "Dasar bodoh! Sekolah tidak jauh kalau mau bertemu ya tinggal bertemu," ucap Maria "Apa kamu akan menungguku?" tanya Nana. "Kalaupun aku tidak menunggu, nanti juga kamu akan kesanakan," ucap Maria. "Apa kamu suka aku?" tanya Nana. "Hah?" Maria terkejut. "Aku suka kamu," ucap Nana. "Aku ....," Maria terbata. "Aku akan menemuimu nanti bila aku kesana," ucap Nana. Maria terdiam dan Nana mencium pipi Maria, hingga membuat Maria terkejut, Nana menarik tangan Maria. "Ayo pulang katanya takut ada badai," ucap Nana tersenyum. Maria berjalan dengan Nana menuntunya, jantungnya bahkan berdetak lebih kencan,Mereka berhenti di prapatan jalan. "Sana pulang aku pasti rindu kamu yang galak," ucap Nana tersenyum. Maria menganggukan kepalanya dan tersenyum, ia berjalan dengan Nanamelihatnya,Maria menghentikan langkahnya ia berbalik dan berteriak. "Nana ... aku suka," teriak Maria tersenyum menunjukan cincin yang Nana berikan untuknya. Nana tersenyum melihat tingkah Maria yang menggemaskan juga melambaikan tanganya. Maria berjalan pulang dengan wajah tersenyum sepanjang jalan,mengingat Nana yang memasangkan cincin di jarinya. "Walau ini palsu tapi aku tau kamu tidak palsu Nana," gumam Maria tersenyum. Maria memasak di dapur dengan bersenandung,ia tampak bahagia membersihkan sayuran. "Jangan nyanyi-nyanyi, kalo lagi masak," ucap Nenek Maria menghampiri Maria. Maria mengangguk dan terdiam melanjutkan aktivitas masaknya. "Kalo sudah selesai ke dapur Nenek nanti masak di rumah nenek sekalian lauknya," pinta nenek Maria. "Iya," jawab Maria. "Cepetan nenek sudah lapar," ucapnya kembali. Sebenarnya ada dua cucu perempuan di rumah Neneknya Maria, tapi mereka sangat di manja olehnya, tidak boleh masak ataupun bersih-bersih, mereka khusus sekolah makan main saja. Dari ketiga Cucu perempuanya Maria paling muda di usianya, tapi paling di pergunakan tenaganya, rumah Nenek Maria hanya berjarak beberapa langkah dari rumah Maria. Maria membawa Suhwan si bungsu ke rumah Neneknya, ia duduk di teras tengah dan Maria masak di dapur. "Ya ampun Maria, kamu ini sialan nih si bungsumu ngompol ini! Tuh baru saja di pel kamu harus pel lagi," teriak Nenek Maria. Maria yang melihat itu ia mengangguk dan membersihkanya, Maria juga mengepel teras rumah Nenek yang cucu nenek bernama Imas sedang duduk di sofa cuek. "Hmmm, si bungsuku. Kamu ya berani sekali ngompol di tempat ini hah. Nanti kakak cium kamu yaa," ucap Maria pada si bungsu yang tertawa di cium dan di glitik kakaknya. Setelah beres di rumah neneknya, Maria kembali dengan membawa uang 5rb dari neneknya tadi. "Kamu mau apa Dek? Jajan yu!" ajak Maria pada si bungsu. Maria membeli makanan anak-anak yang banyak, ia membawanya dan memakanya dengan semua adik-adiknya. "Hmmm, karena sudah habis jajananya. Yuk kita mandi nanti kakak yang mandikan yaa," ajak Maria. Mereka mengangguk dan ke empat adiknya ikut ke sumur umum yang biasa Maria datangi. Saat Maria datang ke sumur umum, sudah banyak orang yang mengantri disana. "Diiih, anak gadis kucel banget jelek item lagi banyak debunya," ucap seorang pria anak tetangga Maria. "Hati-hati, entar kamu suka lagi itu masih bocah biasanya kalo udah gede suka berubah jadi cantik, Bro," ucap temanya. "Huh, gak bakalan kalo gedenya cantikpun udah pasti keliatan dari sekarang," tambah pria itu. "Kualat Lu," ucap temanya. Maria yang mendengar itu, ia tak menghiraukanyaia menghampirinya karna sudah giliranya menimba air. "Cih, jangan dekat-dekat," ucap pria itu lagi. "Kamu tahu aku anak siapa?" tanya Maria. "Emang anak siapa?" tanya pria itu. "Ingat ya aku anaknya bapak Budi, jika kamu datang ke rumahnya dan mencoba mendekati anak gadisnya kamu sudah pasti di tolak mentah-mentah," tegas Maria. "Mimpi Lu," ucap pria itu. "Minggir," bentak Maria. "Udah jelek galak lagi," cetus pria itu. "Aku juga gak berselera cowok sekampung, norak," timbal Maria. "Hahahaha, makan tuh lu di semprot ma bocah," ucap temanya. Mereka pulang duluan dengan kesal karna Maria. Maria yang sedang menimba air sampai penuh,ia melihat ka Amran datang dengan maksud mau mandi sambil membawa air. "Kak udah pulang?" tanya Maria. "Iya ,udah mandi belum?" tanya Amran. "Belum Kak," jawab Maria. "Sana mandi nanti kakak tambah kalo kurang airnya," ucap Amran. Maria masuk ke kamar mandi ia mandi duluan baru memandikan adik-adiknya. Maria melihat kakaknya sudah lelah menimba airnya, ia tidak jadi pulang, Maria menghampiri kakaknya. "Sana! Kakak mandi, biar Maria yang nimba airnya giliran," ucap Maria. "Gak usah, tuh lihat adik-adik kedinginan belum di baju sana pulang!" tegas Amran. "Baiklah, Kakak cepetan pulang ya nanti makan," ucap Maria tersenyum. Amran tersenyum, Maria membawa ke empat adiknya pulang dan memakaikan pakaian mereka. "Nanti kakak juga sama kaya kakak Amran sekolah SMA donk," ucap Maria. "Terus Lia gak akan di antar lagi donk" tanya Lia. "Yang nganter Lia tetap ka Amran, Lia emang siapa?" ucap Maria . Maria bermain dan bercanda dengan ke empat adiknya di sore hari. ***** Nana teringat akan surat yang sempat Maria tulis untiknya, namun dia tersenyum tipis saat dia kini sudah menjadi kekasih Maria. Dia ternyata jatuh cinta pada Maria. Gadis yang selalu mengatainya bodoh. Bahkan surat cinta yang dia juga tidak tahu darimana. Dia anggap sebagai pernyataan cinta Maria. "Dia sangat manis," ucap Nana tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD