Daftar

2123 Words
Pagi ini, Maria sudah bersiap untuk pergi ke sekolah barunya di SMA. Ia sudah tahu bahwa wali kelasnya sudah mendaftarkannya ke sekolah barunya. Meski Maria tidak yakin akan kedua orang tuanya yang akan datang ke sekolah barunya, untuk mendaftarkannya masuk ke sekolah. Tapi Maria terlihat bahagia ketika mendengar jawaban ibunya, yang menyetujui untuk pergi ke sekolah barunya. Saat berjalan ia berpapasan dengan Atika sahabat baiknya itu, ia tampak bahagia dengan senyum merekah dan merangkul pundak sahabatnya itu. "Kamu tahu nggak ibu akan pergi ke sekolah untuk mendaftarkan aku," ucap Maria dengan gembira. "Benarkah? Kenapa ibumu mau mendaftarkanmu?" tanya Atika mengerutkan dahinya. "Aku tidak tahu! Tapi yang pasti Ibuku bilang tunggu saja di sekolah, nanti Ibu akan datang menemui wali kelasmu, itu yang dia katakan padaku kalimat," jawab Maria. Maria menjelaskan kepada Atika, tapi Maria tampak bahagia ketika ia berjalan bersama sahabatnya menuju ke sekolah barunya. Saat mereka sampai di gerbang sekolah menengah atasnya dan Atikah tertegun melihat luasnya sekolah barunya itu. Maria berdiri di depan sekolah, dia melihat begitu banyak, siswi baru bersama kedua orangtua mereka. Begitu pun Atika yang kini orang tuanya sudah ada di sekolah mendaftarkannya. "Kedua orang tuaku sudah ada di sini kamu tidak apa-apa kan aku tinggal?" tanya Atika. "Pergilah, aku tidak apa-apa! Nanti kedua orang tuaku juga akan datang," jawab Maria. Meski sebenarnya Maria, tidak terlalu berharap kedua orangtuanya datang. Namun ia hanya meyakinkan temannya untuk percaya akan dirinya. "Aku tidak yakin kalau Ibu sama Bapak akan datang. Tapi ya sudahlah lagi pula tidak ada yang harus aku lakukan juga di sekolah ini," gumam Maria. Maria berjalan memasuki Aula sekolah yang di mana sudah ada wali kelasnya saat di sekolah Menengah Pertama. "Maria kemarilah!" panggil Pak Nasum. Pak Nasuk sekaligus wali kelas Maria, yang ternyata sedang mendaftarkannya. Maria menghampiri wali kelasnya itu dengan hati yang sangat bahagia dan penuh syukur, akan dirinya yang memiliki wali kelas yang sangat baik kepada dirinya. Setelah itu Maria mengikuti prosedur persyaratan untuk siswa baru di sekolah itu. Setelah selesai melakukan pendaftaran bersama dengan wali kelasnya, Maria kini duduk di teras sekolah di dekat gerbang. Ia duduk sendirian saja, setelah mendapatkan izin untuk pulang lebih dulu darinya. Meski acara belajar mengajar belum dimulai. Namun Maria tidak segera untuk pulang. Ia Mencoba untuk menunggu antara Ayah dan Ibunya datang atau tidaknya. Saat Maria asik dengan tingkahnya, ia duduk di teras sekolah. Maria melihat orang yang ia kenali yaitu itu Ayahnya Maria berada jauh darinya. Namun ia mengenali sosok ayahnya itu. Saat Maria mencoba untuk menghampiri Ayahnya. Tiba-tiba Ayahnya itu sudah masuk kedalam aula di mana di sana terdapat kumpulan orang tua murid kelas 12, yang dimana adalah kelas kakaknya Maria. Dia terdiam dan tidak menghampiri ayahnya namun duduk kembali di teras sebelumnya. "Iya yah, kan kak Amran juga ada kumpulankan dia mau kelulusan," gumam Maria. "Bagaimana dengan kedua orang tuamu? Apakah mereka datang ke sana?" tanya Atikah dari arah belakang menghampiri Maria. "Aku tidak tahu, tapi aku melihat bapakku tadi. Tapi masuk ke aula dimana orang ketua kelas 12 hadir," jawab Maria. Maria tersenyum bahagiaketika sahabatnya Atikah datang menghampirinya. "Apanya yang dia akan datang mendaftarkanmu? Buktinya kamu malah sudah didaftarkan oleh Wali kelasmu kan? Memang orang tuamu itu terlalu tidak adil kepada dirimu," gerutu Atikah. "Ternyata kamu semakin pintar ya berbicara semakin kesini Atika," ucap Maria tersenyum. Maria tersenyum memperhatikan Atika yang sedang kesal kepada kedua orang tua Maria. "Tidak ada! Kamu tuh ya kalau misalkan aku berbicara apa adanya. Malah seperti tidak terima aku mengatakan hal buruk tentang kedua orang tuamu, yang memang seperti itu," balas Atika. "Memangnya ada seorang anak yang akan terima, ketika kedua orang tua mereka dibicarakan oleh orang lain? Apalagi itu temannya sendiri?" tanya Maria. "Baiklah, aku tidak akan kesal lagi kepada kedua orang tua kamu tapi gimana sekarang kamu mau pulang atau mau kemana?" jawab Atikah sembari bertanya kepada Maria. "Aku akan pergi setelah bapaku memang benar-benar pulang aku takut dia mencari kelasku nanti," jawab Maria. "Baiklah, aku akan menemanimu," jawab Atika. Maria mengangguk dan tersenyum, Ia sangat bahagia ketika mendapati seorang sahabat yang pengertian kepada dirinya. Meski mereka tahu bahwa hal yang tidak mungkin ketika ayahnya menghampirinya. Bahkan hanya untuk mendaftarkan nya ke sekolah. Mereka berdua berbincang dan berjalan bersama sehingga tidak terasa dalam perbincangan. Mereka ternyata seisi sekolah ini sudah ah tidak ada di sekolah lagi. Bahkan mereka sudah pulang. "Nah kan! Sudah kubilang itu hal yang tidak mungkin ketika bapak kamu harus ingat akan pendaftaran mu," ucap Atika kesal. "Ya baiklah. Ayo kita pulang! Lagi pula aku sudah didaftarkan oleh Wali kelasku tadi," jawab Maria. Atika mengangguk lalu mereka berjalan meninggalkan sekolah, berdua saja untuk pulang dalam perjalanan. Atikah mengerutkan dahinya ketika melihat sebuah cincin di jari manis Maria. "Apa kamu beneran jadian dengan Nana?" tanya Atikah mengerutkan dahinya. "Entah! Aku juga tidak tahu, tapi dia selalu mengatakan bahwa aku adalah pacarnya," jawab Maria polos. "Itu tandanya kalian sudah jadian. Tapi apa tidak aneh, saat kamu berada di sekolah yang berbeda dengannya?" tanya Atika mengerutkan dahinya. "Aku juga tidak tahu dia bilang aku harus menunggunya. Tapi aku tidak tahu apa maksud dia," jawab Maria. "Kau yakin akan menunggu dia?" tanya Atika. "Aku tidak tahu, tapi yang pasti cuman dia yang untuk pertama kalinya mengatakan hal itu dan memintaku untuk menunggunya," jawab Maria. Mereka kini sudah sampai di di depan rumah Atikah. Kini mereka dan berpisah dengan Atikah. Maria juga berjalan meninggalkan rumah Atikah dan menuju rumahnya. Saat sampai di depan rumahnya, kedua orang tuanya berada di depan rumah bahkan mereka hanya menjawab ucapan salam dari Maria saja. Maria terdiam, namun dia pergi masuk kedalam rumahnya dan mengganti pakaian melakukan kegiatan tugas rumahnya. Memasak mencuci membereskan rumah meski di dalam rumaj Maria ingin bertanya kepada kedua orang tuanya. Kenapa masih tidak datang ke sekolah untuk mendaftarkannya ke sekolah barunya. Namun dia urungkan ketika adiknya datang menghampirinya. "Kak, bantu Lia mengerjakan tugas rumah!" ucap Lia. "Baiklah, sini kakak lihat tugas rumahmu seperti apa," jawab Maria. Ia melihat tugas rumah milik adiknya dan membantunya menyelesaikan tugas rumahnya hingga selesai. Di malam hari, Maria bahkan masih menunggu kedua orang tuanya berbicara kepadanya. Namun sampai ia tertidur hingga pagi pun, tidak ada yang berbicara sama sekali. Apalagi mengungkit tentang pendaftaran sekolahnya. Maria kini sudah siap dengan pakaian sekolahnya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah menengah atasnya dengan segala sesuatu yang tersedia. Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya dan juga beberapa adiknya. Mariw berjalan menghampiri sahabatnya yang sudah menunggu di pinggir jalan dengan wajah yang tidak bersemangat. "Ada apa denganmu? Kenapa sangat lesu seperti itu?" tanya Atika. "Entahlah, aku juga tidak tahu mungkin aku sudah mulai lelah," jawab Maria. "Apa-apaan ini? Sepertinya kamu bukan Maria?" tanya Atikah. "Apa maksudmu? Aku tetap saja aku. Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Maria. "Aku tidak yakin, kamu Maria? Maria aku itu tidak pernah selemah ini. Apalagi dia sampai merasa lelah," jawab Atikah. "Aku sedang serius Atika. Aku sedang tidak bersemangat saat melihat kedua orang tuaku bahkan tidak mengatakan hal apapun saat aku sudah mulai sekolah saat ini," jawab Maria. "Maria, kamu ini anak gadis yang selalu bersemangat jadi jangan patah semangat hanya karena sikap kedua orang tuamu yang seperti itu, lagipula bukan hanya sekarang saja mereka seperti itu kamu kan sudah hapal," ucap Atika. "Hmm, iya Atika makasih kamu sahabatku yang paling pengertian," jawab Maria bersemangat kembali. Mereka kini sudah sampai di sekolahnya dan bersama menghampiri Kapan pengumuman tentang pembagian kelas untuk kelas baru mereka. Namun saat mereka melihat papan pengumuman. Maria melihat pengumuman itu, tentang acara mos yang akan dilaksanakan selama 2 hari kedepan. Maria mengerutkan dahinya dan melihat ke arah Atika yang juga terdiam membaca papan pengumuman itu. Setelah melihat papan pengumuman itu Maria dan Atika kini berjalan kembali, hingga duduk di taman sekolah. "Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan besok? Apa mos itu mengerikan, seperti yang banyak orang bilang, bahwa acara MOS pembukaan pemasukan anak baru sangat mengerikan, " ucap Atika memikirkan kan kan acara yang akan dilakukan besok. "Aku lebih memikirkan bagaimana tampangmu saat mengenakan ikat rambut yang banyak di rambutmu itu!" ucap Maria tertawa. Atika mengerutkan dahinya dan mendorong Maria yang menggodanya. "Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak akan mengatakan melakukan hal itu," cetus Atika. "Tapi itu memang benar adanya kamu kok, memang aku ingin melihat kamu seperti itu hahaha," Maria tertawa melihat Atika yang tampak kesal padanya. "Kamu menyebalkan," cetus Atika. Maria tersenyum melihat sahabatnya itu kesal kepada dirinya. Setelah itu mereka bercanda dan berbincang merencanakan apa yang harus dilakukan besok hari di acara pembukaan siswa-siswi baru. Atika pergi ke kelasnya, Maria terdiam bangun dari duduknya, saat ia berjalan beberapa langkah, ia membentur tubuh seseorang membuatnya terpental hampir terjatuh. Namun tangannya ditahan oleh seseorang yang memegangnya, saat Maria melihat orang yang memegang tangannya ia mebulatkan kedua matanya. Seorang pria yang bertubuh tinggi dengan warna kulit sawo matang. Namun memiliki paras yang sangat manis untuk dilihat, setelah sadar Maria membenarkan posisi tubuhnya dan meminta maaf kepada pria itu yang ada dihadapannya. "Maaf saya tidak sengaja," ucap Maria. "Bukan kamu yang salah, tapi saya yang salah tadi berjalan tanpa melihat kamu yang akan berdiri," balas pria itu. "Bukan, bukan kamu tidak salah. Memang saya yang tiba-tiba langsung berdiri saja tanpa memperhatikan orang yang mau lewat," sela Maria. "Baiklah, kita sama-sama minta maaf," ucap Topan mengulurkan tangannya. "Aku murid baru disini, maaf ya" ucap Maria. Maria bergegas pergi namun sebuah tangan menahannya. Topan menahan tangan Maria yang hendak pergi. "Ada apa?" tanya Maria melihat tangan yang memegangnya. "Aku juga murid baru, aku Topan," jawab pria yang bernama Topan. "Oooh, aku Maria. Ayo ke Aula unyuk pengarahan!" Ajak Maria. Maria memasuki Aula dengan Topan di belakangnya. "Eeh, kamu sama siapa?" tanya Atikah. "Itu Topan teman baruku," jawab Maria. "Kenapa nambahnya teman cowok terus sih?" tanya Atikah. "Hehe, gak tau, mungkin stok cewek cuman kamu saja," jawab Maria. "Huh, kamu samateman cewek pilih-pilih tapi sama teman cowok langsung sambet saja," gerutu Atikah. "Eeh, gadisku ini udah pintar bicara ya!" ucap Maria tertawa bercanda dengan Atikah. Topan memperhatikan teman barunya Maria yang ada di hadapannya dengan senyum tipisnya. "Gadis itu bertindak apa adanya, tidak salah jika aku berteman dengannya," gumam Topan. Kakak-kakak senior memasuki Aula dan mengumumkan bahwa 2 hari kedepan akan dilaksanakan Mos. Semua siswa kini telah bubar setelah di perintahkan oleh para kakak seniornya. "Maria kamu akan langsung pulang?" tanya Atikah. "Hmm, pulang gadisku," jawab Maria. Topan yang memperhatikan Maria dari belakang mereka dia tersenyum mendengar berlawanan kedua sahabat itu. Apalagi mengingat kini Maria adalah teman baru Topan. "Eeh, Topan kita pulang ya, by Topan," teriak Maria berjalan ke arah yang berbeda dengan Topan. Topan tersenyum dan ia menganggukan kepala, sebagai tanda jawaban kepada temannya Maria. Ia bahkan melihat gadis itu sudah berlari meninggalkannya bersama dengan sahabatnya Atika. "Sepertinya hari-hariku akan mulai cerah," gumam Topan. Maria kini sudah berada di dekat rumah ya dia berjalan memasuki rumahnya dan mengucapkan salam. Namun tidak ada sahutan dari orang-orang yang ada di dalam rumah itu. Ia membuka sepatu dan memasuki kamarnya berganti pakaian dan bergegas untuk pergi ke dapur mencari makan Iya di segera mungkin makan siang, namun saat ia sedang makan tiba-tiba suara adiknya memanggil dirinya. "Kakak," tanya Lia. "Iya ada apa? Kakak di dapur," jawab Maria. "Maria kamu sedang apa? Cepetan nyuci," suara ibu Maria datang menghampiri Maria dan Lia yang sedang makan bersama. "Iya Bu," jawab Maria. "Kamu nyuci gih!" seri ibu Maria. "Iya sebentar ya Bu," ja2ab Maria. "Makan saja lama sekali kamu ini," cetus ibu Maria. Maria bertugas menyelesaikan makannya dan meminta adiknya untuk pergi bermain. Setelah itu, ia pergi ke dapur jangan ke kamar mandi mencuci pakaian dan melakukan tugas rumah yang memang setiap hari ia lakukan. Setelah itu, Maria pergi keluar dan duduk di teras rumahnya untuk sore ini tidak ada siapa-siapa di rumahnya. "Mungkin Ibu sedang pergi bermain di rumah Tante," ucap Maria. Maria ingat hal yang akan dilakukan besok dan ia segera bangun dari duduknya mempersiapkan keperluan untuk esok hari itu. Acara Mosnya setelah siap, Maria menyimpannya dan mempersiapkannya di dalam kamar dan menyimpannya di pinggir meja. Di malam hari, Maria terdiam di teras depan rumahnya dengan buku di tangannya ia membaca buku di depan rumahnya dinginnya angin malam Saat ia melihat ke tangannya dia teringat akan senyuman dari kekasihnya itu. "Apa kabar dia ya?" gumam Maria. Setelah larut malam, ia baru masuk ke dalam rumahnya dan tidur. Setelah mempersiapkan alat sekolah untuk esok hari. Maria terlentang di atas kasurnya melihat langit-langit kamarnya dan teringat akan kekasihnya itu yang harus ditunggu selama 1 tahun. "Aku tidak tahu, aku bisa menunggumu atau tidak! Tapi aku akan berusaha," gumam Maria. Setelah mengatakan hal itu. Maria kini tertidur hingga fajar tiba, ia terbangun di sepertiga pagi, melakukan sembahyang di sepertiga pagi itu juga.Setelah itu Ia melakukan kegiatannya seperti biasa dan pergi ke sekolah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD