Di malam hari ketika seluruh keluarga setelah makan malam Ibu Maria mengerutkan dahinya, ketika melihat anak gadisnya Itu tampak dengan wajah bahagianya. Ia terlihat selalu tersenyum sedari tadi Ibu Maria merasa heran ketika melihat perubahan wajah Maria yang sedari pulang sekolah tadi, Maria tampak seperti sedang dalam hati yang kesal. Namun lain dengan saat ini, Maria terlihat sangat bahagia, bahkan sama sekali tidak terlihat acuh kepada ibunya masih seperti itu.
Ibu Maria mengabaikannya tanpa ingin bertanya kepada anak gadisnya itu. Ia tetap makan, meski sesekali ia memperhatikan Maria yang masih saja senyum-senyum sendiri tanpa berbicara kepada 4 adiknya.
Yang seperti biasa ia lakukan jika dengan bersama dengan adik-adiknya Maria selalu menceritakan hal apapun yang membuatnya jauh lebih baik seperti sebelumnya. Maria biasa menceritakan hal-hal baik atau bahagia kepada 4 adiknya terutama adik perempuannya.
Meski seperti itu, Ibu Maria yang tengah penasaran kepada anak gadisnya itu, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada Maria, bahkan untuk kali ini dia sama sekali tidak bertanya ataupun bersikap acuh cetus kepada Maria.
Mengingat hal seperti itu Maria tersenyum lalu ia kini merebahkan tubuhnya nya diatas tempat tidurnya, ia sangat bahagia sembari melihat langit-langit kamarnya. Ia mengingat tentang dirinya, yang kini sudah terbilang dewasa karena sudah mengalami menstruasi hal yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan wanita.
Meski terbilang telat, namun Maria sangat bahagia ketika melihat dirinya kini juga merasakan apa yang mesti dirasakan oleh seorang wanita.
"Siapa dulu ya yang harus aku kasih tahu tetang ini? Tapi Anisa bilang aku tidak boleh membicarakan hal seperti itu kepada siapapun termasuk kakakku," gumam Maria tersenyum.
Setelah bergumam tidak seperti biasanya dia yang tidak tidur, Maria kini memejamkan kedua matanya mencoba untuk tertidur dan tidak bergadang seperti biasanya.
Namun di tengah malam ia seperti mengalami tidur yang tidak nyenyak, saat mendapati dirinya yang tidak baik dalam posisi tidurnya lalu Maria terbangun di sepertiga malam. Dan ia terkejut ketika melihat diatas tempat tidurnya begitu banyak bercak darah yang tertinggal disana.
"Astagfirullooh, apa yang harus aku lakukan ini? Kenapa bisa kalian keluar dari sana? Bahkan sampai menodai sprei tidurku," ucap Maria.
Maria terbangun dari tidurnya lalu ia membereskan tempat tidurnya dan sesegera mungkin ia keluar dari kamarnya. Memasuki kamar mandi, iapun mencuci sprei dan juga pakaiannya di kamar mandi. Ibu Maria kini berdiri tepat di pintu kamar mandinya.
"Apa yang sedang kamu lakukan malam-malam begini tanya?" tanya Ibu Maria.
Maria sangat terkejut ketika mendengar suara ibunya yang membuatnya terkejut hingga terbentur ke dinding kamar mandi. Membuat Ibu Maria mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Maria terkejut dengan pertanyaannya, hingga membuat gadis itu terbentur ke dinding. Meski seperti itu ia tidak memperdulikan Maria yang telah mengaduh karena dirinya terbentur dengan dinding.
"Eh Ibu, Maria hanya sedang mencuci sprei yang yang kotor Bu," jawab Maria sedikit ragu-ragu.
"Memangnya kenapa dengan sprei kamu? tanya Ibu Maria.
"Tudak ada Bu! Hanya kotor saja," jawab Maria.
"Lalu kenapa malam-malam kamu mencucinya? Kenapa tidak besok saja lagi pulang malam-malam itu kamu menyalakan air. Itu hanya akan menambah biaya air bulanan saja!" ucap Ibu Maria.
lalu Ibu Maria pergi dari kamar mandi itu meninggalkan Maria, namun gadis itu kini melanjutkan kerjaannya mencuci sprei dan juga pakaiannya yang bernoda darah. Saat pagi hari keluarga Maria kini duduk di teras depan, ada kedua orang tuanya, nenek ada juga tante Maria yang kini berada di depan rumah orang tua Maria.
Namun saat tante Maria melihat Maria yang tengah menjemurkan pakaianya, Ia mengerutkan dahinya ketika melihat pakaian atau noda di sprei Maria yang masih terlihat karena Maria memang mencucinya tidak mengenakan pemutih pakaian.
"Kenapa itu? Kenapa seperti ada darah?" tanya Tante Maria.
"Benarkah? noda apa yang kamu maksud?" balas Ibu Maria.
"Iya Mba ini noda darah!" ucap Tante Maria.
Tante Maria menghampiri jemuran milik Maria dan melihat langsung ada yang tertinggal di pakaian Maria begitupun dengan sprei yang dijemur oleh gadis itu. Tante Maria mengerutkan dahinya ketika memandangi Maria yang pergi mengabaikan tantenya dan pergi memasuki rumah tanpa menghiraukan ucapan dari tantenya itu.
"Mba, sepertinya Maria terjadi sesuatu pada dirinya. Apa Mbak tidak bertanya pada dia? Zaman sekarang tuh harus hati-hati lho Mbak dengan anak gadis," ucap Tante Maria.
"Memangnya ada apa?" tanya Ibu Maria.
"Apanya yang ada apa? Mba gak tahu jika anak gadis itu harus di jaga biar gak buat malu keluarga, masa mba gak tahu sih?" jawab Tante Maria.
Ibu Maria terdiam ia mengerutkan dahinya ketika mendengar penuturan adik perempuannya itu yang tak lain adalah Tante Maria. Ia sedikit menduga-duga ketika apa yang dikatakan oleh adiknya itu apalagi mengingat Maria yang sejak dari kemarin.
Dia sedikit mencurigakan bahkan sikap Maria yang berubah-ubah, kadang dia seperti kesal kepada seseorang. Namun dengan cepatnya di malam harinya Maria kembali bahagia, bahkan dia berseri-seri meski sedang makan tadi malam.
"Memangnya menurutmu apa yang terjadi?" tanya Ibu Maria pelan.
"Mbak, anak gadis itu takutnya pergaulannya salah apalagi sudah dekat dengan banyak pria yang seperti Maria punya teman kebanyakan pria," jelas Tante Maria yang bernama Aya.
"Hmmm, anak gadis itu kan gak cantik! Memang siapa yang mau sama dia?" ucap Ibu Maria.
Meski berbicara seperti itu, Ibu Maria pun terdiam sejenak, Ia juga merasa cemas dengan apa yang dimaksud oleh adiknya itu. Apalagi menyangkut sebuah kehormatan yang takutnya membuat nama baik keluarga menjadi buruk hanya gara-gara anak gadisnya.
Masih seperti itu saat ia mencoba untuk berbicara lagi, tiba-tiba Maria keluar dari rumahnya hendak pergi ke sebuah toko, namun saat melihat Maria.Ibu Maria mengerutkan dahinya dan memanggilnya. Maria menghampiri ibu dan juga tantenya yang masih duduk di teras rumah.
Maria tidak menjawabnya, namun ia menghampiri keduanya dan berdiri tepat di hadapan ibu dan tantenya, yang tengah memperhatikannya dari atas sampai ke bawah. Meski seperti itu Maria tidak menghiraukan tentang tantenya tanya yang memang selalu banyak berbicara hal buruk.
Adapun hal yang tidak pernah terjadi yang bisa membuat orang lain salah paham, akan apa yang ia ucapkan dan itu pun yang saat ini tengah terjadi kepada Ibu Maria yang menduga-duga tentang Maria.
"Maria, apa yang telah terjadi sama kamu? Apa ada sesuatu yang terjadi padamu jangan membuat keluarga malu!" tanya Ibu Maria.
Maria mengerutkan dahinya ketika mendengar penuturan ibunya, yang membuatnya semakin tidak mengerti apa yang di bicarakan oleh ibunya itu. Masih seperti itu Maria tidak langsung menjawab ibunya, namun Tante Maria menyela dirinya saat hendak menjawab pertanyaan ibunya.
"Jika sudah terjadi! Katakanlah biar tidak membuat malu keluarga!" tambah Aya.
Maria mengerutkan dahinya, ketika melihat raut wajah ibunya yang mulai tampak kesal, ketika mendapati Maria yang masih saja terdiam saja. Apalagi ditambah dengan tantenya yang berbicara hal yang tidak masuk akal. Bahkan tidak dapat dimengerti oleh Maria.
"Sebenarnya apa yang mau Ibu tanyakan?" tanya Maria.
Dia masih belum mengerti tentang apa yang dibicarakan ibu Maria saat ini.
"Kamu tinggal jawab saja, apa yang terjadi pada diri kamu!" ucap Tante Maria.
"Iya Maria tidak mengerti bahasa Tante, jadi bicarakan dengan bahasa yang jelas saja!" jawab Maria.
"Kamu sudah mulai ngeyel ya? Di tanya malah berputar berbalik bertanya!" balas Tante Maria dengan kesal.
"Noda apa yang ada di sprei itu?" tanya Ibu Maria.
"Oh jadi itu, yang mau dipertanyakan? Lalu apa hubungannya dengan memalukan nama baik keluarga?" jawab Maria.
"Jawab saja dengan benar, dan jelas apa yang terjadi dengan tubuh kamu?" cetus Ibu Maria.
"Sprei itu terkena noda darah Maria, makanya Maria cuci," jelas Maria.
"Noda darah apa? Apa memangnya yang terjadi dengan kamu?" tanya Tante Maria.
"Tidak terjadi apa-apa! Aku hanya sedang datang bulan saja!" jawab Maria.
"Datang bulan? Kamu datang bulan?" tanya Ibu Maria.
"Iya, memang apa yang salah dengan datang bulan? Apa memalukan keluarga?" jawab Maria.
Ibu Maria dan tantenya kini terdiam ketika mendengar penuturan Maria, yang bahkan membuat keduanya terdiam tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Apalagi setelah melihat Maria berjalan pergi meninggalkan keduanya, tanpa menghiraukan mereka yang tengah terkejut dan terdiam melihat Maria pergi meninggalkan mereka dan pergi ke sebuah toko untuk membeli keperluanya saat Maria tengah datang bulan.
"Apa kamu tidak tahu? Jika datang bulan itu darah bisa berserakan di mana-mana, termasuk di sebuah sprei apalagi pakaian?" ucap Ibu Maria.
"Lagian Mbak, sampai gak tahu kalau Maria sudah PMS," ucap Aya.
"Aku juga baru tahu barusan! Jika dia tidak bicara mungkin aku sudah kesal pada dia, karena kamu bilang tentang kehormatan keluarga segala," cetus Ibu Maria.
"Iya Mba maaf aku gak tahu, hehe," ucap Aya cengengesan.
"Huh, hampir saja aku di diamkan oleh Maria. Kalo aku sampai memarahinya hanya karena kamu yang mengatakan tentang memalukan keluarga," cetus Ibu Maria.
"Eh, sejak kapan dia PMS Mbak?" tanya Aya.
"Tidak tahu!" jawab Ibu Maria.
"Lama juga ya dia datang bulannya padahal sudah kelas 2 SMA dia," ucap Aya.
Ibu Maria terdiam ketika mendengar ucapan Aya yang memang cukup telat ketika Maria yang baru mengalami datang bulan, ketika kebanyakan gadis selalu mengalami datang bulan di usia mereka yang baru menginjak remaja.
Namun tidak dengan Maria yang justru ia saking polosnya baru mengalami datang bulan di usianya yang menginjak kelas 2 SMA. Meski seperti itu, ibu Maria sangat enggan mencari tahu tentang diri putrinya itu, meski hanya sekedar bertanya tentang diri anak gadisnya itu.
Saat Maria kini tengah duduk sembari selonjoran di tengah rumahnya dengan adik-adiknya nonton tv, tiba-tiba Ibu Maria datang dengan bingkisan di tangannya yang berwarna hitam dan melemparkannya pada Maria. Maria terkejut namun melihat isi bingkisan yang di berikan ibunya itu. Saat melihat isi dari bingkisan itu, Maria mengerutkan dahinya dan tersenyum melihat isi bingkisannya.
"Ini apa Bu?" tanya Maria.
"Tidak mungkin kamu tidak tahu!" jawab Ibu Maria perhi membawa anaknya yang paling kecil keluar dari rumahnya.
Maria terdiam ketika mendengar penuturan ibunya, namun ia bahagia ketika mendapatkan apa yang di berikan ibunya itu. Meski ibunya memberikan bingkisan itu dengan caranya yang acuh, namun dia bermaksud untuk membetikan Maria keperluan Maria selama menjalani datang bulan seperti yang saat ini ia rasakan.
Maria tersenyum dan bahkan sangat bahagia sekali ketika mendapati ibunya tengah peduli pada dirinya yang saat ini sedang membutuhkan barang-barang saat menjalani datang bulan saat ini.
Meski seperti itu, Ibu Maria ada mementingkan tentang keperluan Maria yang saat ini untuk pertama kalinya Maria datang bulan. Maria tersenyum di dalam kamarnya ia menata rapih, beberapa pembalut yang diberikan oleh ibunya, beserta dengan obat nyeri datang bulan untuk Maria minum.
Meski seperti itu Maria memang tidak merasakan hal apapun ketika dirinya tengah merasakan datang bulan seperti saat ini. Namun ia mengetahui tentang arti dari sebuah datang bulan yang bisa memberikan perubahan kepada ibunya yang seperti biasanya ibunya selalu acuh padanya, namun untuk kali ini, Ibu Maria justru malah memberikan keperluan Maria saat datang bulan seperti saat ini ia membalikkan buah pembalut untuknya.
"Aku bersyukur bisa datang bulan ternyata di perdulikan ibu sangat menyenangkan ya!" guman Maria.
"Ada apa Dek?" tanya Amran tersenyum menghampiri Maria.
"Tidak ada Kak," jawab Maria.
"Hmm, apa itu? Kamu untuk apa? Sedang sakit Dek?" tanya Amran.
"Tidak ada, Adek hanya sedang datang bulan saja!" balas Maria.
"Hmm, syukurlah kamu sudah mulai dewasa sekarang Dek," ucap Amran.
"Iya Kak," ucap Maria.
"Oh iya Kak? Louis itu pacar Kakak yah?" tanya Maria.
"Eh, kamu tahu darimana?" jawab Amran.
"Hmm, dia satu kelas dengan temanku loh Kak," jawab Maria.
"Ish kamu ini ya mata-matain kakak yah?" balas Amran.
"Hmm, nggak kok, Adek hanya tahu saja ketika dia memperhatikan Kakak saat Kakak ekskul," ucap Maria.
"Benarkah? Lalu bagaiman menurutmu?" tanya Amran.
"Hmm, Maria belum tahu sih, tapi akan cari tahu ketika Maria di traktir olehnya," jawab Maria tersenyum.
"Huh, dia gak akan seperti itu pastinya, kan kamu gak akrab sama dia," balas Amran tersenyum.
"Cih, siapa yang tahu, besok akan Maria buktikan dan jika dia tidak traktir Maria berarti tidak cocok buat Kakak!" ucap Maria.
"Hahaha, dasar kamu ini nakal!" ucap Amran tersenyum dan menepuk dahi Maria.
Maria mengangguk dan tersenyum ketika mendapati kakaknya yang tengah jatuh cinta terlihat bahagia dengan kakaknya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Maria. Ia melihat ke arah Maria lalu menepuk jidat Maria yang sedang menertawakan kakaknya yang sedang tampak bahagia ketika membicarakan pacar pertamanya yang bernama Louis Sarimanah.
Seorang gadis tinggi berkulit putih dan cantik mengenakan hijab dengan rapihnya bahkan bersikap ayu membuat kakaknya jatuh cinta. Apalagi mengingat Maria satu angkatan dengan kekasih kakaknya itu.