“Pamanmu keren sekali! Sudah tampan, cerdas, mapan lagi. Beruntung sekali wanita yang jadi pendamping hidupnya nanti!” Wajah Joy tak henti-hentinya berbinar takjub usai Nara bercerita tentang Sehun kepada gadis itu. Saat ini mereka sedang makan siang di kafetaria Fakultas Sastra. Kali ini Jennie dan Lisa tak turut serta karena ada presentasi di kelasnya. Nara menghela napas bosan sambil menggelengkan kepala. Lebih memilih untuk menyuapkan sepotong kimbap ke dalam mulut daripada harus menimpali perkataan makhluk cantik yang duduk di seberangnya. Sungguh, mendengar para sahabatnya memuji-muji Sehun secara berlebihan membuat Nara bosan setengah mati. Padahal tadi pagi ia pun sempat bersikap serupa. Tapi tetap saja, kekaguman Nara pada sang paman masih dalam taraf biasa, tidak seperti ketiga