Gafin menatap saudara lelakinya nanar. Hingga saat ini, ia masih tidak mengerti mengapa hubungan darah di antara mereka terasa begitu salah. Yang ia inginkan, hanyalah kakaknya yang dulu begitu mencintai dan menjaganya. Apakah kedewasaan yang merusak semuanya? “Apa yang salah denganmu?” Andrew terkekeh pelan. “Kamu yang salah.” Andrew mendorong tubuh Gafin dan pergi meninggalkan adik kembarnya itu. Gafin menatap punggung Andrew dengan sendu. Ia merindukan masa kecil mereka, masa di mana mereka selalu bersama dan saling mendukung. Masa di mana mereka saling berdiri di hadapan musuh mereka dan saling membela. Gafin tidak mengerti apa yang telah waktu perbuat pada Andrew sehingga ia begitu membenci Gafin. “Hubungan kalian nggak baik?” Christie bertanya dengan ragu. Gafin tersenyum tipis.