Suasana kantor terasa lebih semarak dengan nuansa merah putih mendominasi setiap sudut ruangan. Balon-balon tersusun rapi di dinding, ada juga yang berbaris di bawah langit-langit ruangan.
Kantor tempat Alin bekerja sedang merayakan ulang tahun kemerdekaan. Tidak hanya ruangan, para karyawan juga mengenakan berbagai atribut dengan tema merah putih.
Mereka menggunakan ikat kepala layaknya para pejuang, dan menempelkan stiker bendera pada wajah mereka.
Tidak ada perlombaan, karena mereka harus tetap bekerja. Dua hari setelah tutup buku banyak sekali laporan yang harus diselesaikan.
Mereka hanya akan menggelar acara live music setelah jam makan siang. Masing-masing divisi harus mengirimkan perwakilan untuk menyumbangkan sebuah lagu. Divisi service mempercayakan Alin dan Sela sebagai perwakilan mereka.
"Sel, kita mau nyanyi lagu apa?" tanya Alin pada wanita mungil berambut pirang.
"Mmm ... gimana kalau flashlight-nya Jessie J?" usul Sela.
" Latihan dulu deh, kita bagi part-nya."
"Oke."
***
Hari ini Icha berbaik hati mengambil alih pekerjaan Alin, dan membiarkan Alin latihan bernyanyi.
"Cha, Alin kemana?" tanya seorang pria yang sering memberikan tumpukan pekerjaan pada Alin. Siapa lagi kalau bukan Billy Davidson versi KW.
"Hari ini jangan ganggu Alin. Dia lagi latihan nyanyi sama Sela," ujar Icha memperingatkan.
"Memang dia bisa nyanyi? Kok aku enggak percaya," kata Randi.
"Cidada anu menyuru kau percaya."
(Enggak ada yang nyuruh kamu percaya).
"Bujur cada dapay di gaggai, kah?" tanya Randi dengan bahas yang sama. (Beneran enggak bisa diganggu nih?)
"Awu! Aliapa jua kau mencari didia?
(Iya! Kenapa juga kamu nyari dia?)
"Cadapapa," jawab Randi, kemudian berlalu. (Enggak apa-apa.)
***
Acara live music sedang berlangsung, sebentar lagi giliran Alin dan Sela untuk menyumbangkan suaranya.
Ruangan kantor menjadi sangat ramai, tidak hanya staf, beberapa karyawan yang bertugas di lapangan pun menyempatkan diri untuk hadir menyaksikan acara ini.
Alin dan Sela sedang bersiap-siap untuk tampil. Alin menghembuskan napas berkali-kali untuk menetralkan degup jantungnya.
Gugup!
Jantung Alin seperti ingin locat keluar. Meskipun dia sering bernyanyi di hadapan banyak orang, perasan gugup tetap saja menghampiri. Apalagi dia harus bernyanyi di depan orang-orang yang baru dikenalnya.
"Santai aja, Lin." Sela menepuk pundak Alin, berusaha membuat Alin tenang.
"Huft ...," Alin mengembuskan napas sebelum maju.
Alin dan Sela mulai bernyanyi. Tidak ada satu pun penonton yang bersuara, mereka tepukau dengan penampilan Alin dan Sela.
Sorakan dan tepuk tangan dari penonton terdengar riuh di ruangan itu saat Alin dan Sela mengakhiri penampilannya.
Alin merasa sangat lega karena bisa menyelesaikan nyanyiannya dengan baik.
"Enggak sia-sia aku ambil alih kerjaanmu. Kalau tadi kamu bikin malu, aku berencana untuk minta ganti rugi," ujar Icha.
"Untung aja bagus. Selamat lagi isi dompetku," ujar Alin bersyukur.
Mereka berdua terkekeh.
"Lin!" Panggil seseorang.
Alin pun menoleh.
"Enggak nyangka ternyata suara kamu bagus banget," ucap Yudha salah satu Pengawas divisi IT.
"Makasih," ucap Alin malu.
"Alin! Yudha! Kalian duet dulu sana!" pinta seorang section head.
"Enggak ah, Pak. Saya malu," tolak Alin.
"Ayo dong, Lin," bujuk teman-teman kantornya.
"Ayo, Lin. Kita akustikan aja," ajak Yudha.
"Nanti kalau bagus saya sawer," ujar Pak Yono manager keuangan.
"Bener ya, Pak."
"Iya, tapi kalau bagus loh ya."
Alin dan Yudha mulai bernyanyi diiringi dengan petikan gitar dari Yudha.
Kolaborasi apik yang disuguhkan Alin dan Yudha, membuat semua penghuni kantor lupa waktu. Acara yang seharusnya hanya berlangsung selama satu jam, molor sampai pukul empat sore. Alin dan Yudha menutup acara dengan mempersembahkan lagu Love yourself.
Dibalik keseruan dan euforia para karyawan, ada seseorang yang sedang terbakar cemburu. Memperhatikan dari jauh interaksi antara pasangan duet yang hari ini menjadi idola.
Randi, menatap tidak suka pada Alin dan Yudha. Dadanya terasa panas melihat kedekatan keduanya.
Dalam hitungan jam, video duet Alin dan Yudha menjadi viral. Randi semakin kesal saat membaca beberapa komentar pada video duet yang diunggah oleh akun i********: perusahaan.
Banyak yang menjodohkan pasangan duet itu. Mereka menyebut Alin dan Yudha sebagai couple goal.
***
Banyak yang salah mengartikan kedekatan Alin dan Yudha. Banyak yang mengira jika Alin dan Yudha menjalin hubungan spesial. Padahal, mereka hanya berteman bisa.
"Lin, mau ikut enggak?" tawar Randi
"Ke mana?"
"Ke mess, ngambil oleh-oleh."
"Kok cuma Alin yang diajak?" protes Icha.
"Kamu udah sering main ke mess. Alinkan belum Pernah," kata Randi.
"Ikut yuk, Cha," ajak Alin.
Randi menatap Icha penuh arti. Icha pun mengerti kalau Randi hanya ingin pergi berdua dengan Alin.
"Enggak usah deh, Lin."
"Loh, kenapa? kerjaan kita udah selesai, 'kan?"
"Enggak apa-apa, nanti ada yang keganggu." Icha melirik Randi.
"Ya sudah, kalau gitu biar kami aja yang pergi," kata Randi senang.
Alin mengambil helm dan ponselnya. Alin dan Randi berjalan beriringan menuju Mobil.
Perjalanan dari Office menuju mess memakan waktu 15 menit jika menggunakan Mobil.
"Beneran ini mess?" tanya Alin saat sampai di parkiran.
"Iya,"
"Ini sih lebih mirip kompleks perumahan. Aku kira messnya kayak barak tentara gitu."
"Setiap gedung ada nama dan Rt-nya, Lin. Fasilitas olahraganya juga lengkap, ada tempat fitness, lapangan futsal, basket, bulu tangkis dan volly
"Ada juga ruangan musik, dan tempat main bilyard," jelas Randi
"Wah, beneran ada?," tanya Alin sedikit tidak percaya.
"Enggak percaya? Ayok aku tunjukin."
" Perusahaan menyediakan fasilitas ini, supaya mereka yang tinggal di mess tetap bisa menyalurkan hobi dan enggak bosan. Mereka juga punya komunitas masing-masing.
"Ini juga memudahkan perusahaan setiap akan mengikuti berbagai perlombaan."
Randi membawa Alin melihat-lihat berbagai fasilitas yang ada di mess. Alin di buat kagum saat masuk ke ruangan fitnes.
"Gimana ngatur jadwal fitnesnya, karyawan yang tinggal di messkan banyak banget?" tanya Alin penasaran.
Mengingat akan jumlah karyawan sangat banyak, apa mungkin ruangan ini cukup? Meskipun ruangan ini cukup luas.
"Enggak semuanya suka fitnes, Lin. Kamu tau enggak kalau tiap bulan anak-anak mess punya acara khusus?"
Alin menggelengkan kepala.
"Tiap bulan, anak-anak mess bikin panggung hiburan, yang ngisi acara mereka sendiri."
Randi mengeluarkan ponselnya, menunjukkan video acara bulanan yang rutin diadakan di mess.
"Seru banget," ucap Alin saat melihat video yang ditunjukkan Randi.
Berbeda dengan Alin yang fokus menonton video, Randi malah fokus memperhatikan Alin.
Dari jarak sedekat ini, Randi dapat mencium aroma tubuh Alin, yang membuat dadanya berdebar-debar. Walapun dia sering berganti-ganti pacar, tapi dia tidak pernah merasakan hal seperti ini.
"Jadi enggak ambil oleh-olehnya?" tanya Alin saat mengembalikan ponsel Randi.
"Eh? Jadi. Ayok!"
Meraka sampai di mess teman Randi.
"Kamu tunggu di sini aja." Randi menyuruh Alin untuk menunggu di ruang tamu.
Bangunan ini lebih mirip dengan rumah yang memiliki banyak kamar. Ruang tamu sekaligus ruang nonton TV yang lumayan luas, berada di bagian tengah bangunan ini.
Randi keluar dari kamar temannya dengan menenteng beberapa kantong plastik.
"Udah?" tanya Alin
"Sudah, Ayok balik ke office!"
"Cewek baru, Bro?" tanya teman Randi yang tiba-tiba muncul di belakang Randi.
"Soon, doain aja," ujar Randi lirih, tapi masih mampu di dengar oleh Alin.
"Mantaplah," ujar temannya.
Di dalam mobil mereka hanya diam, hanya ada suara pekerja lapangan yang terdengar dari handy talky. Dari HT yang terpasang di mobil ini, Alin jadi tau bagaimana sibuknya karyawan yang bertugas di lapangan.
"Sudah pernah liat tambang?" tanya Randi menyudahi kebisuan diantara mereka.
"Belum,"
"Nanti kalau ada waktu aku ajak jalan-jalan ke tambang. Mau?"
"Mau."
"Lin, kamu pacaran sama Yudha? Soalnya kalian berdua akrab banget." Akhirnya Randi memberanikan diri untuk menanyakan hal ini.
"Enggak. Kami berdua cuma teman."
Rasa lega mejalar di d**a Randi, saat mendengar jawaban dari Alin. Artinya dia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan wanita cantik ini.
***
Jam kerja sisa 30 menit lagi, Alin dan karyawan lainnya sudah bersiap untuk pulang.
Alin mengobrol dengan beberapa staf, sambil menunggu bus jemputan datang.
"Lin, nanti jadikan temani aku cari tas?" tanya Yudha.
"Jadi, tapi kamu harus traktir aku makan."
"Oke."
Randi tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Dia tidak suka Alin terlalu akrab dengan Yudha. Dia memikirkan cara untuk menggagalkan rencana keduanya.
Kebetulan hari ini Randi harus lembur, karena ada beberapa pekerjaannya yang belum selesai. Dia memanfaat itu untuk menahan Alina, agar wanita itu tidak jadi jalan dengan Yudha.
Alina, sempat menolak perintah Randi, tetapi karena Randi terus memaksa, akhirnya Alina bersedia untuk lembur.
"Tolong input ini!" perintah Randi sambil menyerahkan beberapa berkas.
Alin mengambil berkas-berkas itu. Sebelum mengerjakan itu, Alin menyempatkan diri untuk menelepon Ibu kostnya.
"Bu, Alin pulang telat hari ini."
"Iya, Alin lembur nanti pulangnya sama atasan Alin."
"Iya, Bu."
Alin menutup teleponnya.
"Nelpon siapa?"tanya Randi
"Ibu kost,"
Alin dan Randi sibuk dengan komputer masing-masing. Sesekali Randi memperhatikan Alin yang sedang serius menatap layar komputer.
Randi sangat suka dengan wajah serius Alin. Alin akan menggigit bibir bawahnya dan menautkan alisnya, jika sedang bingung. Hal itu selalu mampu membuat Randi tersenyum.
Diam-diam Randi memotret Alin dengan poselnya. Hal yang sudah menjadi kebiasaannya sejak pertama kali berkenalan dengan Alin.