Clarissa menatap ruangan mencekam di depannya dengan tatapan cemas. Beberapa jam yang lalu, putrinya sudah dibawa masuk dan siap menjalani operasi. Ada tasa takut yang sejak tadi hinggap di dalam kepalanya. Bagaimana kalau sampai operasinya gagal dan nyawan Oliv tidak terselamatkan? Namun, dengan cepat dia menangkis pikiran buruknya. Dia yakin, putrinya akan sehat kembali dan bisa tertawa bersama dengannya. “Berjuanglah, Sayang,” gumam Clarissa dengan mata terpejam. Kedua tangannya masih saling meremas, berusaha menghilangkan perasaan yang tidak tenang sama sekali. Tuhan, jika benar engkau adil, jangan biarkan anakku menderita. Biarkan dia hidup tenang denganku. Jangan ambil dia dan sembuhkan dia, Tuhan. Biarkan aku merasakan bahagia meski hanya sekali, batin Clarissa dengan air mata men