Clarissa menatap rumah mungil di depannya dengan senyum merekah. Matanya berbinar, menatap rumah yang sekarang sudah menjadi miliknya. Memang tidak sebesar dan sebagus rumah Aiden, tetapi dia cukup merasa bahagia dengan apa yang sudah didapatkannya. “Ini kunci rumahnya, Mbak.” Clarissa mengalihkan pandangan ke asal suara tersebut berasal. “Terima kasih,” sahutnya sembari menerima kunci rumahnya. Tangannya menggenggam erat benda mungil tersebut dan tersenyum lebar. “Baiklah. Kalau begitu saya akan kembali. Kalau ada yang Mbak butuhkan, bisa bicara sama saya.” Clarissa hanya mengangguk pelan dan tersenyum lebar. Matanya menatap pria paruh baya yang sudah menjauh darinya. Hingga bayang tersebut tidak terlihat kembali. Clarissa segera melangkah memasuki halaman dengan gerbang kecil di depa