Katakan, siapa yang kamu pilih?

1242 Words
“ Shireen, buka pintunya nak " Bu Rahmi mengetuk pintu kamar anak gadisnya. Dinda menyenyumi seorang gadis seumuran adiknya Mita yang membukakan pintu kamar, Gadis itu mempersilahkan Dinda masuk. “ Shireen kuliah dimana ? ” tanya Dinda mencoba menghilangkan kekakuannya dengan adik dua orang yang sedang menunggu jawabannya. “ Ilmu keperawatan kak, satu angkatan sama adik kakak. Mita, tapi maaf kak akhir akhir ini dia kelihatan ganjen sama bang Jodi " Dinda hanya menyenyumi ucapan Shiren, ada getir yang berusaha ia sembunyikan, ibu dan anak itu sekarang membencinya gara gara terlalu dekat dengan Jo. Dua bunyi pesan datang beruntun. [ Jangan sungkan, anggap rumah sendiri, kan bakal jadi anggota keluarga ] dari Reyhan. [ Kalau perlu apa-apa bilang saja sama Shireen, anggap dia adik sendiri ] dari Jodi Dinda merebahkan diri di kasur. Ia tak bisa membendung perasaannya pada Jodi, bagaimanapun ia berusaha melupakan dokter muda itu, bayangan mereka selama delapan tahun silam, masih melekat kuat dalam ingatannya. Hari ini begitu banyak persimpangan yang membuatnya bingung. Jika ia menerima lamaran Jodi sementara adik tirinya itu begitu mencintai sang dokter begitupun dengan ibu sambungnya yang menganggapnya telah berbuat licik pada adik sambungnya padahal ia dan Jodi sudah punya hubungan jauh sebelum Mita mengenal Jodi. Sementara mantan bosnya, yang ibarat makan karma karena berbuat arogan pada Dinda saat Dinda bekerja di perusahaannya masih berupaya meminta maaf dan mendekatinya dari segala penjuru. Jawaban, maaf aku tidak bisa pak, belum bisa membuat Reyhan mundur. Dua tahun ia mengundurkan diri dari perusahaan itu, ternyata keberadaannya terus dicari. Mulai besok ia harus bertemu dengan Reyhan setiap hari, sang mantan bos yang juga pesona yang sama seperti adiknya. Gombalan garing yang setiap hari ia dengar kadang membuatnya luluh juga. Jodi mengetuk kamar adiknya ketika Dinda sudah tertidur. Ia memberikan paper bag berisikan obat. Shireen yang selalu jadi teman curhat abangnya mulai memahami situasi, wanita yang selalu diceritakan abangnya ternyata sedang ada di depannya. " Jadi kak Dinda orangnya bang? " tanya Shireen pelan. Jodi mengangguk lalu menggusar rambut adiknya. " Bilang, obatnya jangan lupa di minum " *********** Dinda bangun saat semua masih tidur, Ia melihat Shireen tidur disampingnya. ia beranjak dari tempat tidur, sayup sayup ia dengar suara orang sedang membaca Alqurán. Suara Jodi. Tidak lama ia juga dengar suara lain ikut mengaji. khas suara Reyhan. Dua orang calon imam yang diharapkan kaum hawa. Shireen bangun dan melihat Dinda sedang duduk di meja belajarnya. Shireen bangun dan berjalan ke lemari tempat ia menyimpan yang dititipkan abangnya tadi malam. W “ Kak, tadi malam bang Jodi ngasih ini ” Shireen menyerahkan paperbag kecil ke tangan Dinda. “ Kata bang Jodi, kakak jangan puasa dulu ” tambah Shireen seraya berjalan keluar. Dinda juga ikut keluar, di depan pintu ia berhadap hadapan dengan Jodi. “ Shireen, sudah kasih obatnya ?” tanya Jodi pelan. Dinda mengangguk. Dinda berusaha menghindar ketika Jodi mencari tatapan matanya. “ Jangan puasa dulu ya, kondisi kamu masih lemah ” Belum sempat Dinda menanggapi, ia dikejutkan oleh deheman seseorang begitupun Jodi. Ia terlihat kesal dengan orang yang berdiri dibelakangnya termasuk dengan ocehannya. “ Pak dokter, dipanggil mama tuh…suruh bantu bantu di dapur " Dinda buru buru meninggalkan adik kakak yang sedang adu argumen siapa yang harus bantu ibu mereka di dapur. Ia berjalan bersama Shireen ke dapur. bu Rahmi menyambutnya dengan senyum ramah. “ Nyenyak tidurnya Din ? ” “ Ya tante…” jawab Dinda pendek sambil ikut membantu membawa makanan ke meja seperti yang dilakukan Shireen. Saat kembali ia mendengar keluhan bu Rahmi tentang dua anaknya yang sudah mau jadi bapak-bapak tapi masih pada manja. “ Ni…anak, udah sarjana masih nyuruh mamanya bikin kopi ” keluh bu Rahmi sambil mengeluarkan dua mug dari dalam lemari. “ Biar Dinda yang bikin tante ” tawar Dinda sambil mengambil alih mug dari tangan bu Rahmi. Bu Rahmi tertegun sejenak lalu mengangguk. “ Kalau Jodi gulanya setengah sendok saja dan kalau Reyhan …” Dinda memotong kalimat bu Rahmi, membuat ibu tiga anak itu melebarkan senyumnya, ia menatap Dinda penuh arti. “ Dinda sudah tahu tante, sering buatkan kopi untuk pak Reyhan waktu di kantor dulu ” Dinda membawa dua gelas kopi itu ke meja bersama bu Rahmi membawakan kopi untuk suaminya. Meja masih kosong, Dinda meletakkan dua gelas itu sesuai petunjuk Shireen dimana abangnya akan duduk. dia akan duduk disebelah mantan bosnya. dan berhadap-hadapan dengan Jodi. Shireen berteriak memanggil kedua kakaknya. “ Woi…cowok cowok terganteng sedunia, makanannya sudah siap..cusss sahur ! ” Pak Hermawan telah berada di belakang Shireen menepuk kepala anaknya. Dinda mengira kepala keluarga di rumah itu akan memarahi anak gadisnya yang sudah jadi tarrzan. Dinda jadi tahu sifat konyol Reyhan diturunkan dari siapa. “ Papa masih masuk daftar nggak ? ” “ Udah enggak. listnya udah penuh, udah diisi dua anak papa ” Dua adik kakak itu berbarengan mendatangi meja, saling melempar tatapan sinis. Tapi ketika sudah di dekat meja, Reyhan tersenyum lebar. ia lihat posisinya ia berada di samping Dinda karena mug kopinya dengan tulisan Reyhan anak mama berada tak jauh di depan Dinda. Sementara Jodi ada di sebrangnya. Jodi menambahkan sungutnya. Setelah berdoa, acara makan sahurpun di mulai. Dinda makan dengan pelan. ia salah tingkah ketika mata Jodi tak lepas darinya. Dua orang adik kakak itu sama sama mengangkat gelas kopinya dan menyeruputnya. Jodi terbatuk ketika mendengar komen ibunya. “ Itu Dinda yang bikin lo Rey…” “ Pantes…agak beda dari bikinan mama. lebih terasa manisnya. udah mau belajar jadi calon mantu mama ” “ Kamu jangan kegeeran, belum tentu juga Dinda suka sama kamu. sok ganteng, tu kemarin siapa yang nangis nangis sama papa minta tanggung jawab kamu, jangan ikuti jejak papa lah Rey, Playboy cap Cicak ” Shireen tertawa lepas mendengar komen ayahnya pada abang sulungnya. Jodi tersenyum, kali ini abangnya dapat nilai minus soal jadi cowok setia. “ Bener tuh pa, dua bulan lalu Anggita, kemarin Cindy, besok besok ntah siapa lagi yang datang nyariin bang Rey dengan alasan mau minta dibuatkan rumah dengan hastag, jadikan aku penghuni hatimu ” “ Kamu kenapa senyum senyum Jo, kamu juga suka Pe Ha Pe in anak orang. Dokter Karin terus nanyain papa tuh, kapan kamu ngasih kepastian ” Mendengar itu entah kenapa Dinda menegakkan kepalanya menatap lurus ke arah mata Jodi, dokter muda itu gelagapan. “ Dokter Karin yang mana ?, Dokter Karin yang sudah punya tujuh belas cucu itu ” Pak Hermawan mengangguk diikuti tawa Reyhan dan Shireen. “ Hebat lo bang, ampe nenek nenek lo pe ha pe kan ” Muka Dinda bersemu merah mendengar candaan keluarga itu, ia tadi memang menyangka ucapan pak Hermawan itu sungguhan. Ada cemburu mengusik hatinya. Tiba-tiba Dinda dikejutkan oleh pertanyaan ayah dari Jo dan Reyhan. Ia tersudut. “ Diantara dua anak papa yang ganteng ini, kamu pilih siapa Din. soal setia, genetiknya sudah papa turunkan pada mereka berdua, ya kan mama tersayang ” Pak Hermawan menatap istri yang duduk disebelahnya, bu Rahmi hanya menyikut suaminya. tapi ia seperti menunggu jawaban Dinda. begitupun dengan dua adik kakak yang keduanya sama sama melipatkan tangan di d**a menunggu kata apa yang keluar dari Dinda. Dinda merasa apa yang ditelannya disertai tulang, ia tercekat. Tapi ia punya jawaban yang membuat penghuni meja makan gubrak. “ Bang Reyhan atau bang Jodi ?” ujar Shireen memperjelas pertanyaan. semua orang menunggu jawabannya. Dinda melihat dua orang yang disuruh pilih itu bergantian dan berkata lugas. “ Atau !” Tawa Shireen dan papanya pecah tapi tidak dengan dua orang yang mau dipilih. Mereka menatap Dinda serius. kemudian sibuk dengan pikiran masing masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD