Gantung

1932 Words
“ Kak, sudah sampai mana ? “ “ Buruan kak, sebentar lagi orang mau buka ! “ “ Ya, kakak sudah dekat kok “ Jawab Dinda yang berada diatas ojol. Sudah dua kali adiknya, Mita menghubunginya minta segera sampai di tempat bukber dua keluarga di sebuah kafe. Dinda memasukkan hpnya ke dalam tas. Beberapa menit kemudian, ia sudah sampai di Kafe yang di maksud adiknya, Kafe Kinara. Dinda merapikan jilbabnya melalui kaca mobil yang terparkir di halaman Kafe. Ia tidak tahu kalau di dalam mobil, orang yang duduk di belakang kemudi terkejut melihat kehadirannya, seseorang yang baru saja menanggalkan jas putihnya. “ Kak Dinda “ ujarnya lirih. Ia kemudian turun dari mobil. Mencoba mengikuti Langkah Dinda tapi gadis itu seperti berjalan cepat menuju toilet kafe. Laki-laki muda itu disambut oleh seorang gadis dengan hijab berwarna jingga. “ Mari bang Jodi, di situ mama dan papa sudah menunggu “ gadis itu menunjuk sudut kafe, sebuah meja lesehan yang telah di isi oleh dua pasang suami istri yang berusia enam puluhan. Laki-laki yang dipanggil Jodi itu seulas mengukir senyum lalu melirik ke arah jalan menuju toilet. Ia menunggu wanita yang ia yakini adalah adalah seseorang yang ia kenal. Wanita yang ia cari keberadaannya selama ini. Dinda keluar dari toilet dengan lega, sejak dari kantor tadi ia menahan pipis. Hari ini mama dan papa mengajak sahabat lama mereka buka bersama. Katanya, sahabat papa itu punya dua anak laki-laki yang masih bujangan dan punya profesi mentereng. Seorang arsitek dan satu lagi seorang dokter. Dinda pernah mendengar perbincangan kedua orangtuanya yang ingin menjodohkan Mita dengan salah seorang anak sahabat papa itu. Padahal ia yang seharusnya yang harus memikirkan masalah pernikahan karena umurnya sudah mencapai 34 tahun. Tapi, ia selalu beralasan pada ayahnya kalau ia masih memikirkan biaya sekolah dua adiknya lagi. Sejak pak Santoso mengalami stroke separuh, Dinda yang menggantikan tugas papanya untuk menjadi tulang punggung keluarga. Ibu Hana yang ia panggil mama sebenarnya bukanlah ibu kandungnya. Sejak ibunya meninggal papanya menikah lagi dan membawa adik sambungnya Mita. Lalu lahirlah dua adiknya lagi, Ibrahim dan Tyas. Dinda berjalan menunduk mendekati meja lesehan yang ditunjuk Mita saat dia datang tadi. Ia tersenyum pada dua orang tamu papanya yang telah mengenalnya sejak kecil. Ketika telah dekat, ia menyalami pak Hermawan dan istrinya dan seseorang yang sejak tadi memperhatikannya. Keduanya tampak terkejut dengan pertemuan tak terduga itu. “ Ini Dinda, anak pertama pak Santoso Jo. Kamu mungkin belum pernah ketemu “ ucap istri pak Hermawan. Dinda berusaha menarik tangannya yang masih digenggam oleh laki-laki bernama Jodi itu. Tangannya tiba-tiba menjadi dingin. Jodi Hermawan, adik angkatannya di sebuah organisasi. Setelah empat tahun ia menghindar dari laki-laki itu ternyata takdir mempertemukan mereka Kembali. Terakhir kali mereka bertemu ketika Dinda menghadiri wisuda Jodi. Setelah kebersamaan mereka lebih dari empat tahun sebagai pasangan kekasih. saat ia memberikan buket bunga di taman kampus. Jo mengajaknya bicara serius. hari itu ia sudah yakin dengan keputusannya. Hari itu ia melamar Dinda. Meski mereka terpaut usia lima tahun lebih, t tapi Jodi tidak memperdulikan itu. Ia meyakini Dinda bahwa ia siap menerima perbedaan usia mereka. Flash Back on " Din, Sekian lama kita bersama, aku sudah yakin kamulah wanita yang kuinginkan, Would you marry me ? " Jo mengulurkan sebuah kotak cincin ke hadapan Dinda. Gadis dalam balutan pakaian kantor itu hanya mematung, tak terlihat ekspresi seperti gadis gadis yang dilamar kekasihnya. Sumringah dan tersenyum bahagia. Ia malah menghela nafas panjang. Dinda ingin bicara sesuatu tapi bibirnya kelu, ia meremas tangannya yang gemetaran. Jo mengira itu sebagai bentuk kegugupan seorang Gadis ketika dilamar. Beberapa saat Dinda belum bicara. “ Bagaimana Jawabanmu Din ? “ Saat itu Dinda hanya diam, tak memberi jawaban ya atau tidak. Jodi sudah menanggalkan kata kak dari sebutan Nama Dinda seperti sebelumnya, meski mereka sepakat berpacaran, Jodi tetap memanggil Dinda, Kak Dinda. Hari itu ia bersikap sebagai laki-laki dewasa yang melamar wanita yang dicintainya. Beberapa saat mereka saling diam, Dinda belum memberikan tanggapan apapun baik ya atau tidak. lama Dinda memainkan ujung bajunya. Ada dua hal yang bertentangan yang terjadi dalam hatinya jika ia akan memberikan jawaban ya ataupun tidak. Karena tak sanggup untuk memilih. Ketika ada yang memanggil Jo, Dinda menghilang dari hadapan Jo. Meski perasaannya hancur Dinda yakin, ini adalah keputusan yang tepat buat Jo. Dinda memutuskan pergi dari kehidupan Jodi, hingga dokter muda itu tak mengetahui keberadaannya. Jika mereka tak pernah bertemu lagi, Jo pasti akan mencari tambatan hati lain. Bukan dirinya yang hanya akan jadi beban hidup Jo. Flash Back off Jo melepaskan genggamannya, ia hanya memandang dua bola mata Dinda, seperti sebuah tanya yang ingin di jawab. Dinda menarik nafasnya berusaha bersikap sewajarnya. Ia melihat jam dipergelangan tangann. Hampir buka. Masih ada tempat kosong di samping Dinda. Rupanya masih ada satu orang lagi yang akan ditunggu. “ Sudah lama nunggunya “ ujar sebuah suara yang datang dari belakang Dinda. Dinda menoleh, ia ingin menepuk kepalanya. Kenapa ia harus bertemu dengan dua orang yang selama ini ia hindari. Betul teori ketakutan itu, semakin kita menghindar seseorang, semakin dekat orang itu menghampiri kita. “ Belum bang Rey silahkan duduk disamping kakakku yang cantik “ jawab Mita mempersilahkan seorang laki-laki berjas casual duduk disamping Dinda. Ia menaikkan alis matanya pada laki-laki yang ia panggil bang Rey. Laki-laki pemilik suara itu juga seterkejut Dinda. Tapi ia terlihat lebih berani mengatakan kalau ia mengenal Dinda. “ Wooww…jodoh tak akan lari kemana ? pa kabar Din ? “ Reyhan, kakak jodi mengulurkan tangannya. Dinda menjabat tangan itu. Sama seperti adiknya, tangan Dinda digenggam erat. “ Kamu sudah kenal Dinda Rey ? “ tanya ibu Hana sambil membantu pelayan Menyusun makanan. “ Bukan kenal lagi tante, bahkan sudah di lamar “ Dinda melihat Jodi terbatuk. Mita yang duduk disampingnya menyodorkan minuman. Jodi hanya mengurut dadanya, ada gemuruh kuat sedang berhembus disana. Ia menatap tajam ke arah Dinda. “ Becanda pa, ini mantan bos aku. Di Cempaka Property dulu “ Dinda berusaha menetralkan suasana hatinya yang tak karuan senja itu. Ia bertemu dengan dua orang laki-laki yang pernah melamarnya, laki-laki yang kecewa atas jawabannya. Tapi lebih tepatnya, ia telah membuat Jodi menunggu sebuah jawaban selama empat tahun. “ Ya…kalau jodoh juga nggak apa apa “ sambut bu Rahmi, ibu Reyhan dan Jodi. ia tersenyum pada Dinda. Batuk Jodi semakin menjadi. Untung terdengar suara Adzan hingga ia bisa meneguk air. Mita membantu mengurut urut punggung Jodi. “ Sholat dulu yuk “ ajak bu Hana setelah mereka makan takjil. Jodi hanya meminum seteguk air, selebihnya matanya tak lepas dari kakak angkatannya itu. Dinda berusaha tak terpengaruh dengan tatapan itu. Ia menikmati takjil seperti yang lain. Dinda tak ikut sholat karna ia sedang halangan. Ia menatap punggung dua kakak beradik itu, dua orang yang tak ingin ia temui karna ia tak bisa memenuhi permintaan keduanya untuk menjadikan dia sebagai istri. Ia ingin pergi saja dari tempat itu, tapi ia harus menghormati kedua rangtuanya. Jodi dan Mita sampai di meja selesai sholat magrib. Tak ada yang tahu kalau Jodi dan Dinda saling kenal bahkan pernah punya hubungan istimewa. Kalau dibilang mantan. Kata putus itu tidak pernah ada. “ Kak, katanya mau cari dokter spesialis penyakit dalam untuk teman kakak, ni ada orangnya. Boleh minta nomornya kan bang “ ujar Mita minta persetujuan Jodi untuk memberikan nomornya pada Dinda. “ Boleh “ jawab Jodi sembari mengeluarkan hpnya. Ini yang tak diinginkan Dinda, ia tak ingin berkomunikasi lagi dengan dokter muda itu. Ia ingin membunuh harapan dan cinta yang pernah tumbuh di hatinya untuk Jodi. adik angkatannya itu. untuk sebuah alasan yang tak bisa ia ceritakan pada siapapun. Dinda terpaksa mengeluarkan hpnya. Ia bersiap mencatat nomor Jodi dan berniat tak mengirim pesan apapun. “ Biar aku yang catat nomornya “ ujar Jodi seraya tersenyum pada Dinda. Dinda akhirnya menyebutkan nomornya karna tak ingin dibilang tidak sopan oleh keluarga Jodi nanti kalau ia mengatakan ia tak ingin tahu dengan nomor dokter muda itu. “ Yap, aku sudah kirim pesan, nanti kalau perlu apa-apa hubungi saja aku Din “ “ Songong kamu, dia ini lebih tua dari kamu dokter “ Reyhan yang barusan muncul menepuk kepala adiknya. “ Terserah aku lah “ bantah Jodi, ia Kembali melihat hpnya dan membuat pesan. Terdengar nada dering pesan dari hp Dinda. Ia melihat layar wa. Ada pesan dari Jodi. [ Aku masih menunggu dan selamanya akan menunggu ] “ Oke Din, kapan kita kawin, orangtuaku dan orangtuamu sudah setuju “ ujar Reyhan sambil menepuk bahu Dinda. Malam ini Dinda serasa menelan biji salak. Ia tak mampu mengeluarkan kata-kata pada hal yang tidak ia duga. Dua orang yang pernah melamarnya saling berhadapan. Dua kakak adik. “ Kak, kok diam saja Kak. Ditanya tuh “ Mita yang sedang duduk disamping Dinda menyenggol bahu kakaknya yang tiba-tiba sariawan malam ini. Kedua orangtua mereka datang menghampiri dan menimbrungi pembicaraan perjodohan dadakan itu, awalnya Dinda tahu kalau acara bukber ini untuk membicarakan perjodohan Mita dengan seorang dokter muda yang ternyata adalah mantan kekasihnya. Kenapa malah dia yang dijodohkan dengan mantan bosnya yang pernah melamarnya dan ia tolak. Bukannya berhenti sang bos malah semakin penasaran padanya. Dinda hanya geleng geleng kepala sambil tersenyum. Senyum yang sedang ditangkap iris dokter muda. “ Makan dulu yuk, Dinda sudah lapar “ ujar Dinda mengalihkan perhatian orang-orang pada dirinya. Acara makan malam selesai berbuka itu diisi oleh cerita Reyhan bagaimana kerasnya ia merayu Dinda waktu masih jadi karyawannya. Mita memperhatikan wajah Jodi yang tak seramah biasanya malam ini. Dokter muda itu, terlihat gusar. Berkali kali minum air putih. Bukan karena ia seorang dokter harus menganjurkan banyak minum air putih. Ia hanya ingin meredam rasa panas di dadanya karna aksi kakaknya yang terus merayu mantan kekasihnya. “ Maaf om tante, Dinda harus ke rumah sakit malam ini. Ada teman yang baru melahirkan, ia minta ditemani malam ini karena suaminya sedang bekerja “ Dinda berusaha mencari jalan keluar agar cepat pergi dari pertemuan dua keluarga itu. apalagi ia ingin segera pergi dari pandangan Jodi. Tapi harapanya berbalik dari realita kalau ia harus diantar oleh Jodi ke rumah sakit. “ Naik apa ke sana Din ? “ tanya papa Dinda. “ Naik ojol saja pa, motor Dinda masih rusak “ “ Rumah sakit mana Din, o..ya Jodi juga akan pergi dinas malam, siapa tahu rumah sakitnya sama “ Bu Rahmi menimpali, ia melihat Jodi yang juga tengah bersiap untuk pergi. Dinda menyebut nama rumah sakit tempat sahabatnya Maudi melahirkan. Senyum mengembang di bibir Jodi. hal yang sudah lama ia tunggu akhirnya terwujud juga. Empat tahun ia masih menunggu jawaban, jawaban Dinda akan cinta dihatinya. Dinda tak bisa menolak ajakan itu. Mita membantu Jodi merapikan bajunya yang terlihat basah oleh air. Terlihat sekali di mata Dinda kalau Mita menyukai dokter muda itu. dokter muda yang masih menunggu jawaban darinya. Ada gurat cemburu di matanya saat Dinda menjejeri Langkah Dinda. Tapi ia berusaha tersenyum karna ocehan Reyhan membuatnya agak nyaman. Kakak Jodi sang arsitek seperti sangat menyukai Dinda, kakaknya. “ Jaga baik baik calon istriku Jo, jangan kau rebut “ Jodi melempar kertas tisu ke muka abangnya. Dari tadi hatinya panas akan candaan abangnya pada Dinda. Rasa itu masih besar di hatinya, pada orang yang telah menemaninya selama empat tahun kuliah kedokteran sebagai teman dekat. Meski usia mereka berbeda. Jodi membuka pintu untuk Dinda dan Dinda masuk ke dalam mobil dengan hati penuh deg degan. Setelah empat tahun ia menghilang ternyata Dokter itu masih menunggu jawabannya tentang lamaran itu. Tak ada yang buka suara. Jodi memutar kemudi dengan tenang. Dinda lebih sering melihat ke jendela. Setengah jam mobil sampai di parkiran rumah sakit. Dinda hendak membuka pintu tapi kendali kunci ada ditangan Jodi. Dokter muda itu belum mau membukakan pintu. “ Kenapa belum dijawab Din ? “ Tanya Jodi setelah tarikan nafas Panjang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD