Sejak Andini menjadi sekretaris Raihan semua orang menjauhinya. Mereka terang-terangan menatap Andini dengan tatapan permusuhan. Untungnya teman-teman lama Andini di staff marketing masih mau berteman dan menegurnya. Andini masuk kedalam kamar mandi untuk membuang hajatnya. Dari luar kamar mandi dia bisa mendengar dua orang yang membicarakannya.
"Denger-denger Andini jual diri ya ke bos kita"
"Iya gak nyangka ya muka polos begitu jual diri. Kalau dilihat-lihat masih cantik Sonya dan Dewi kan"
"Iya padahal muka Andini biasa aja heran sama bos mungkin Andini pakek pelet super premium. Kita tanya aja yuk sama dia"
"Ayo nanti pulang kerja kita tanyain" setelah itu suara orang-orang yang membicarakannya menghilang. Andini membuka pintu kamar mandi lalu berkaca di cermin di depan wastafel. Ia basuh wajahnya dan menatap lama wajahnya disana. Benar apa kata mereka dia sudah menjual dirinya. Andini berharap Raihan segera cepat bosan lalu membuangnya. Andini kembali ke ruangannya yang sama dengan bos. Raihan sengaja memindahkan dia di dalam ruangannya agar lebih mudah untuk menikmati tubuhnya.
"Darimana kamu? kenapa lama sekali? persiapkan materi untuk meeting siang ini. Sebelum makan siang harus beres semua! " perintah Raihan.
"Baik pak" jawab Andini dengan wajah muram. Andini langsung mengerjakan tugasnya tanpa suara sedikitpun. Dia bekerja dengan sangat cekatan. Suara keyboard terdengar begitu jelas di telinga Raihan. Diam-diam Raihan melihat Andini. Tubuh Andini semakin kurus dan lingkar mata dibawah matanya menghitam. Raihan langsung mengalihkan perhatiannya pada pekerjaannya. Dia tidak boleh luluh dan kasihan pada Andini. Raihan tak ingin jatuh cinta lagi pada wanita itu. Akhirnya pekerjaan Andini sudah selesai. Ia menyerahkannya pada Raihan. Raihan memeriksa pekerjaan Andini. Hasilnya cukup bagus. Mereka langsung mengadakan meeting setelah makan siang. Sepanjang meeting Andini terlihat diam saja dan kebanyakan melamun membuat Raihan menjadi marah.
"Andini apa yang kau pikirkan?! " tegur Raihan.
"Maaf pak" ucap Andini tersadar dari lamunannya. Setelah meeting selesai Andini diberikan banyak pekerjaan oleh Raihan.
"Pak ini sangat banyak sepertinya tidak bisa selesai sampai besok" keluh Andini.
"Emangnya saya pikirin? kamu harus lembur hari ini kalau perlu nginep sekalian di kantor. Sebelum semua ini selesai kamu tidak boleh pulang!! " tegas Raihan.
"Tapi pak... "
"Kalau kamu keberatan silahkan keluar dari sini dan bayar semua hutangmu beserta bunganya"
Andini terdiam lalu mulai mengerjakan tugas-tugasnya. Semua karyawan kantor sudah pulang. Hanya Andini sendirian yang tinggal disana. Andini takut tapi dia menahan semua itu. Dia juga sudah mengabarkan pada Bagas dan Sarah jika dia pulang telat karena lembur.
"Kok merinding ya" Andini menoleh ke kanan dan kekiri takut wewe gombel lewat. Gosip yang beredar di kantor ini ada wewe gombel yang suka berkeliaran dan mengganggu karyawan disini. Andini melafalkan doa-doa di dalam hatinya semoga dia tetap dilindungi oleh Allah. Tiba-tiba listrik mati. Andini kaget dan langsung menyalakan senter hpnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Hihihihihihiiiii" suara kunti terdengar begitu jelas membuat Andini spontan menangis ketakutan.
"Ahkkk takutttt ibu bapak!! tolong Andini hiks hiks hiks hiks" tangis Andini sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
Di apartemennya Raihan tertawa terpingkal-pingkal melihat Andini menangis ketakutan lewat CCTV. Dia sengaja menyuruh Jarwo satpam perusahaannya untuk memadamkan lampu dan menakut-nakuti Andini. Setelah puas menakuti Andini, Raihan menyuruh Jarwo untuk menghidupkan kembali lampunya. Tapi Andini terlihat tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Raihan terkejut melihatnya dan langsung menyambar kunci mobilnya lalu pergi menuju kantornya.
Sesampai disana dia berlarian dan masuk ke dalam ruangannya. Raihan langsung menghampiri Andini yang tergeletak dia atas lantai. Terdengar suara dengkuran halus dari bibir seksi wanita itu. Astaga ternyata Andini ketiduran. Dia kira Andini pingsan karena serangan jantung. Raihan angkat tubuh Andini dan membawanya masuk kedalam kamar rahasia di dalam ruangannya. Ia rebahkan tubuh Andini di atas ranjang. Tubuhnya terasa ringan sekali. Raihan usap rambut yang menutupi wajah cantik Andini. Andai saja dulu Andini mau menunggunya pasti Andini akan hidup nyaman sebagai nyonya di rumahnya. Ia kecup bibir Andini lalu menutupi tubuhnya dengan selimut. Lalu dia keluar dari sana meninggalkan Andini sendirian. Tanpa diduga Andini membuka matanya. Ia sebenarnya sudah sadar saat Raihan menggendongnya. Dia bisa merasakan saat Raihan menciumnya. Ia raba bibirnya itu lalu tersenyum dan kembali tidur.
Esok harinya Andini terbangun. Dia sudah tidak pulang seharian kemarin. Hari ini hari minggu jadi Andini bisa pulang cepat. Saat ia keluar dari kamar rahasia itu, ia melihat Raihan tertidur di atas sofa. Andini mendekat ke arahnya dan melihat wajah damai Raihan yang sedang tertidur. Kalau begini Raihan terlihat tampan dan imut. Kalau terbangun Raihan akan berubah menjadi serigala yang menyeramkan. Andini duduk disampingnya dan menyentuh bulu mata Raihan yang terlihat lentik itu. Tiba-tiba saja mata Raihan terbuka. Andini langsung menarik tangannya.
"Kamu suka menyentuh orang yang tertidur? tidak sopan" singgung Raihan.
"Maaf pak, ehm saya mau permisi pulang dulu" ucap Andini ketakutan.
"Kamu tidak boleh pulang" Raihan menjadikan paha Andini sebagai bantal. Wajahnya menghadap ke perut Andini hingga membuat Andini merasa geli karena nafas Raihan menyentuh perutnya. Ia bergerak tak nyaman karena ulah Raihan. Tiba-tiba saja hp Andini berdering. Itu dari Bagas suaminya. Andini langsung mengangkat telpon dari Bagas.
"Halo mas" sapa Andini.
"Kamu dimana?! masa lembur sampai pagi begini?! kamu bohong ya?! " tanya Bagas bertubi-tubi.
"Iya mas aku gak sengaja ketiduran di kantor ahhh" tangan nakal Raihan meremas dadanya.
"Kamu kenapa? lagi ngapain kamu? " tanya Bagas curiga.
"Anu mas aku kebelet di kamar mandi" jawab Andini sambil mengigit bibirnya saat Raihan mempermainkan dua bongkahan padatnya. Raihan tersenyum licik lalu dia meraup puncak Andini hingga Andini tak sanggup menyembunyikan desahannya.
"Ahhhhh"
"Kamu lagi eek Andini? yasudah nanti mas telepon lagi. Pulang hari ini kita mau ke kondangan tetangga" ucap Bagas sebelum menutup teleponnya.
"Pak saya gak bisa hari ini, saya mau pulang" tolak Andini saat Raihan sudah melucuti pakaiannya.
"Kalau saya gak mau gimana? " Raihan mulai memagut bibir Andini dan mulai melancarkan aksinya. Andini hanya bisa pasrah saat Raihan menghentak-hentakkan miliknya di dalam sana.
"Sebut namaku Andini sebut namaku ahhh" pinta Raihan dengan mata sayu.
"Ra.. Raihan... mmmpphh ahh" desah Andini membuat Raihan tersenyum senang dan mempercepat pompaannya. Akhirnya mereka mendapatkan pelepasan bersama. Nafas mereka terengah-engah sampai kemudian Raihan menggendong Andini dan membawanya masuk kedalam kamar mandi. Raihan dan Andini kembali mengulangi percintaan mereka di kamar mandi. Bagas kembali menelpon Andini karena sudah satu jam lebih Andini belum pulang juga.
"Kemana Andini? apa dia selingkuh? sialan mana aku lapar banget ini!! " keluh Bagas.
"Yaudah kita pergi duluan aja, gak usah isi uang amplopnya. Sayang duitnya gak usah ditulis nama" saran Sarah.
"Andini mau kusuruh ambil lauk di kondangan kalau aku mah malu mau ngantongin makanan" balas Bagas.
"Iya juga ya aku juga malu apa kata temen-temen aku nanti kita tunggu bentar lagi pasti Andini pulang" mereka menunggu Andini pulang selama setengah jam. Andini diantar oleh Raihan pulang kerumah. Bagas melihat mobil yang sama tempo hari mengantar istrinya pulang. Ia langsung menghampiri mereka. Bagas begitu terkejut saat melihat Raihan temannya waktu SMA dulu. Ternyata Andini diantar oleh Raihan.
"Hai Bagas lama tidak bertemu" sapa Raihan sambil menyeringai.