TDH 04

1031 Words
Hari ini merupakan hari di mana Felicia Emily akan melangsungkan pernikahan dengan Edward Lucas. Putra pertama dari keluarga besar Lucas. Felicia sengaja dipertaruhkan oleh kedua orang tuanya demi menjalin hubungan bisnis. Tak hanya itu, bahkan mereka juga menikahnya putri kedua mereka-Eloise Helary dengan putra ke-2 keluarga Lucas, yang bernama Erzard Lucas. Dan jelas-jelas pria itu tengah menjalin kasih dengan Felicia. Pernikahan Erzard dan Eloise sudah dilaksanakan terlebih dahulu. Sekarang giliran Edward dan Felicia. Suasana altar pernikahan begitu terlihat riuh. Seluruh pelosok wilayah tersebut hingga pelosok wilayah terkecil, semua menghadiri acara pernikahan keluarga besar Lucas. Keluarga yang memang dikenal dengan kedermawanannya. Kini Felicia terduduk di depan cermin dengan berbalut gaun pengantin berwarna putih, berhiaskan berlian di seluruh bagian gaun tersebut. Sang calon mertua, nyonya besar Lucas. Kini sudah berdiri di belakang gadis tersebut. Menyematkan mahkota berbahankan emas dan permata. Wanita paruh baya, yang terlihat begitu elegan tersebut, tersenyum manis. Dari awal beliau memang sudah menyukai Felicia. "Kamu terlihat sangat cantik, pasti Edward akan terpana pada kecantikanmu." puji sang calon ibu mertua. Kini sudah waktunya acara inti dilaksanakan. Ucap janji suci sudah terucap dari bibir kedua mempelai. Dan inilah saat dimana momen yang ditunggu-tunggu. Detik-detik dimana sang mempelai menyatukan bibir keduanya, sebagai tanda bahwa mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri. Felicia terdiam, kedua netra coklatnya tak sanggup menatap tatapan tajam pria di hadapannya. Pria itu begitu menakutkan, ia takut. Edward yang memang dasarnya pria bersifat dingin, kaku, tak punya perasaan. Menjalani pernikahan hanya karena formalitas antar bisnis. Demi keluarga besarnya, pria itu terpaksa melakukan hal ini. Felicia menitikkan air mata, ia masih belum percaya jika nasibnya akan berakhir di atas altar bersama pria yang tidak ia cintai. Ekor mata indahnya melirik ke arah Erzard di kejauhan sana. Yang kini menatapnya dengan tatapan sendu. Sungguh, Felicia tak sanggup rasanya. Hingga kepalanya mendadak pening, wanita itu pun terjatuh tak sadarkan diri. Semua orang panik, kecuali Edward yang justru berdiri tegak bak patung. Menatap tak suka wanita yang kini menjadi kerumunan, terlalu dramatis menurutnya dan ia pun tak suka dengan wanita lemah seperti wanita ini, yang sayangnya adalah istrinya. Hingga beberapa saat kemudian, wanita itu terbangun dengan tatapan mata yang berbeda. "Aku kenapa?" tanyanya, dengan tatapan linglung. Dan kemudian ia tersadar, jika dirinya tengah berpakaian gaun pengantin. Yang artinya dia sudah menikah. Dan apa?! Berlian di sekujur gaun yang ia kenakan. Membuat kedua mata wanita itu berbinar terang. Aku akan mengambil berlian-berlian ini nantinya. Gumamnya girang. Tak menyadari tatapan aneh dari sosok pria tampan di hadapannya. Felicia yang kini berganti dengan Callista akhirnya tersadar dari kegilaan otaknya. Dan buru-buru ia menetralkan ekspresinya. Menatap penuh puja pada sosok pria di hadapannya. Ia tak menyangka, jika sosok tokoh idamannya di dalam n****+ akan setampan ini jika menjadi kenyataan. Dengan tak tau malu, Callista mendekatkan dirinya di hadapan pria yang menyandang sebagai suaminya tersebut. "Apa kamu suamiku?" tanyanya bodoh. Pria itu mengerjabkan kedua bola matanya beberapa kali. Jujur, ia merasa aneh dengan Felicia. Apa wanita memiliki kelainan? Kenapa sifatnya sangat berbanding terbalik dengan wanita yang tadi?. Batin Edward bertanya-tanya. Callista tersenyum lebar. Berbisik pada pria di hadapannya. "Apa kita sudah berciumman?" Sontak membuat sang pria memelototkan kedua bola matanya tajam. Hingga tiba-tiba terdengar suara seseorang tamu undangan. "Lanjutkan ciuman kalian kami ingin mengabadikannya!" teriaknya, sembari bersiap memasang lensa kamera. Callista tersenyum evil dan langsung menarik krah kemeja yang dipakai sang suami. Mencium bibir sang suami paksa, yang mana membuat Edward membolakan kedua bola matanya tak percaya. Apa-apaan wanita ini? Ia tau betul, jika istrinya mencintai sang adik-Erzard. Tapi kenapa tiba-tiba bersikap seperti ini?. Edward meragukan kewarasan sang wanita. Erzard yang melihat adegan itu hanya menunduk, terlalu sakit saat melihat sosok yang ia cintai tengah berciuman mesra dengan pria lain. Eloise menyunggingkan senyum evilnya, ia bahagia melihat sang kakak bermesraan dengan sang kakak ipar. Artinya, wanita itu tak lagi mendekati suaminya. Callista tersenyum, menatap penuh puja pada sosok pria di hadapannya. "Aku pengagum beratmu!" ungkapnya. Yang mana semakin membuat Edward tak bisa berpikir jernih. Semua tamu undangan telah pulang ke kediaman masing-masing. Menyisakan sepasang mempelai baru di sana. "Di mana kamar pengantin kita?" tanya sang wanita antusias. Sang pria enggon menjawab. Ia justru melenggang pergi menaiki tangga, menuju ke kamarnya. Callista hanya mengekor, terlihat begitu kesusahan dengan gaun pengantin yang ia kenakan. Sesampainya di kamar mereka berdua. Tanpa basa-basi, Callista langsung melepaskan mahkota di atas kepalanya. Dan berlanjut gaun yang ia kenakan. Tanpa tau malu, menyisakan underwear tipis yang menutupi privasinya. Mengabaikan tatapan syok lelaki di pojokan ruangan tersebut. Edward memegang d**a kirinya, yang terasa terpacu. Di dalam satu ruangan yang sama. Bersama seorang wanita cantik, dan bahkan wanita itu kini berani membuka penutup tubuhnya. Lelaki mana yang akan sanggup menahan hasratnya?. Berbeda dengan Callista yang justru terlampau biasa. Otaknya hanya terisi dengan berlian dan emas permata di hadapannya. Ia kebingungan mencari wadah untuk benda tersebut. Hingga akhirnya wanita berinisiatif untuk mengambil seprei tipisnya. Menaruh mahkota tersebut di atas kain itu. Dan selanjutnya ia mengambil pisau kecil, untuk mencongkel permata yang menempel di gaunnya. Edward tak berkedip, menatap bingung ke arah wanita ajaib di hadapannya. "Apa yang kamu lakukan?" tanya pria itu, saking penasarannya. Callista tersenyum, dan melambaikan tangannya ke arah Edward. Dengan bodohnya, Edward menurut begitu saja. Ia pun mendudukkan tubuhnya di hadapan Callista. "Bantu aku mengambil permata ini." pintanya. "Untuk apa?" Callista menghentikan pergerakannya. "Untuk ku bawa pulang!" serunya. "Pulang?" tanya pria itu dengan raut kebingungan. Callista mengangguk brutal. "Bantu aku pulang dari tempat ini." Edward semakin berpikir negatif pada wanita di ini. Sesuai dugaannya, dia dan keluarganya hanya ingin menghabiskan hartanya saja. Terlihat dari sifat wanita ini, yang terlihat begitu gila harta. "Berapa yang kamu inginkan?" tanya Edward dengan seringaian tajamnya. Callista berbinar, benarkah pria ini akan memberikan apapun yang ia inginkan? Batinnya. "Harta yang melimpah!" sahut wanita itu tanpa basa-basi. "Aku bisa memberikan apapun yang kamu inginkan, dengan satu syarat." titahnya. "Apa?" Callista mendengarkan dengan seksama. "Layani aku malam ini," bisiknya, karena Edward tau, jika Felicia tipe wanita yang menjunjung tinggi kehormatannya. Dia tak akan berani melakukan hal itu. Dan menghianati kekasihnya. Callista sedikit berpikir. Hanya melakukan hal itu? Lagipula ini bukan tubuhnya. Tak masalah jika ia menggunakan tubuh ini. Yang penting ia mendapatkan banyak harta. "Baiklah!" Satu kata yang membuat Edward terkejut bukan main.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD