Deja vu

1150 Words
Tanggal merah ini Ailane libur. Karena memang penitipan anak itu libur pada hari Minggu dan juga tanggal merah. Hari libur nya ini atau hari libur libur biasanya selalu ia gunakan untuk membantu kedua orang tua nya di warung. Entah membantu mencuci piring atau melayani pembeli yang jelas ia selalu membantu kedua orang tua nya itu. Seperti sekarang ia baru saja kembali dari mengantarkan pesanan nasi kotak kepada salah satu panti asuhan karena memang ibu nya selain membuka warung juga menerima pesanan catering seperti nasi kotak dan acara-acara lainnya. Bagi ibunya saat dapat pesanan catering dapat uang bisa lebih banyak dan cepat. Jika mengandalkan pendapatan dari warung saja memang cukup, tapi jika sepi pembeli bia tak mendapat kan uang sama sekali. Pernah dulu sehari itu hujan lebat tak henti-hentinya, tapi keluarga Ailane nekat membuka warung dan alhasil warung menjadi sepi pembeli karena tak ada orang yang berani keluar saat hujan lebat. Mungkin waktu itu hanya sekitar Dua orang pembeli saja. Makanan tentu bersisa banyak, alhasil mereka membagikan makanan kepada para tetangga agar tidak mubadzir dan mengikhlaskan nya. Ini sudah ketiga kali nya ia harus bolak-balik untuk mengantarkan nasi kotak dan ini sudah terakhir tak mengantar kan nya lagi. Perasaan nya mendadak aneh. Ada sebuah jalan yang saat ia melewati jalan tersebut ia merasakan sesuatu yang berbeda. Tiba-tiba ia merasakan seperti de Javu, dan tiba-tiba perasaan nya tak enak namun ia tak tahu perasaan atau pertanda seperti apa ini. Dan ditambah lagi, ia seperti merasakan ada sesuatu kejadian yang menimpa dirinya. Ia sampai berhenti di jalanan itu dan meminggirkan motornya. Astaga semakin bertambah tak karuan ini perasaan nya. Ada apa sebenarnya? Ada apa dengan jalanan ini? Ailane..... Ailane.... Dua bisikan seseorang yang memanggil nama nya. Ia menoleh kebelakang tak ada seseorang, siapa yang memanggil nya? Bahkan suara nya itu terdengar sangat jelas dan seperti nya dekat sekali dengan nya. Tolong........ Tolong aku..... "Aaaaaaaaa!" Teriak Ailane histeris saat tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundak nya. Orang itu juga ikutan kaget saat Ailane tiba-tiba berteriak histeris seperti itu. "Tolong tenang, saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja nak." Ternyata itu adalah seorang laki-laki paruh baya. "Saya liat dari ujung jalan kamu seperti gelisah memikirkan sesuatu, saya takut kamu kenapa-napa, lalu istri saya menyuruh saya untuk melihat keadaan kamu." Ucap bapak itu ramah. "Mari mampir ke warung saya dulu." Ailane tak menolak, ia juga haus. Untuk saat ini tidak mungkin jika ia harus mengendarai motornya langsung saat perasaan nya tak karuan. Takut dan penasaran. Ailane menuntut motornya mengikuti bapak itu, terasa tidak sopan jika ia menaiki motornya sedangkan bapak itu jalan kaki di depan nya. Ternyata tak begitu jauh saat menuju warung. Warung nya sederhana, hanya berjualan minuman dan beberapa makanan ringan. Dan di luaran warung tampak nya bapak itu juga membuka tambal ban karena menang ada peralatan untuk menambal ban di depan warung. Ailane memarkirkan motor nya dan masuk ke dalam sana. "Nduk, kamu gapapa toh? Ini diminum dulu." Seorang wanita paruh baya menyodorkan teh hangat kepadanya. Mungkin itu istri dari bapak baik itu. "Saya engga apa-apa Bu. Cuma gatau kenapa perasaan saya saat lewat jalan itu tiba-tiba gelisah begitu saja, padahal ini pertama kali saya melewati jalanan ini." Jelas Ailane menceritakan apa yang ia rasakan. "Oala nduk, emang beberapa tahun yang lalu ada kecelakaan ibu lupa namanya siapa. Orang e cantik banget, langsung meninggal ketabrak truk." "Iyo kan pak?" Tanya ibu itu kepada suami nya. Suara nya kental sekali dengan aksen Jawa. Memang benar orang-orang Jawa yang Ailane temui semuanya ramah kepada nya dan tutur kata nya pun halus. "Iya nak, semenjak kejadian itu jalanan ini jadi sepi. Bapak tidak tahu kenapa, tapi yang jelas pejalan kaki takut sekali lewat sini apalagi malam hari. Katanya ada seseorang yang melihat korban kecelakaan itu arwah nya tidak tenang dan mencari-cari organ tubuh yang berceceran akibat kecelakaan itu." Jelas bapak Andi. Ailane mendengar cerita yang diceritakan pak Andi sukses membuat bulu kuduk nya berdiri. Atau jangan-jangan yang suara bisikan itu adalah suara orang korban kecelakaan yang dimaksud oleh pak Andi? Tidak Ailane! Gaboleh mikir gitu! Pamali percaya begituan. Batin Ailane agar dirinya tidak mengkaitkan apa yang tadi terjadi dengan korban kecelakaan yang dibicarakan saat ini. Tapi kenapa ia lebih mendominasi perasaan sedih sekali dan merasakan seperti kehilangan yang sangat mendalam saat berada di sana? Padahal ia saja tak mengenal siapa korban kecelakaan itu. Rasanya ia mengenal dekat seperti ada sebuah ikatan batin. Dan perihal bisikan itu? Bisikan itu terdengar sangat jelas tapi tak ada siapa-siapa disana. Ia sudah menghabiskan teh hangat nya dan perasaan nya kini sudah mulai membaik. Lebih baik ia pulang, takut orang tua nya khawatir karena ia tak pulang-pulang. "Kalau begitu saya pamit ya pak, Bu." Ailane berpamitan kepada mereka berdua. Ia kemudian menyodorkan selembar uang dua puluh ribuan. "Ndak usah nduk, sering sering mampir kesini yo?" Ibu itu menolak yang pemberian Ailane. Ailane hanya mengangguk dan tersenyum, mungkin suatu saat ia harus mampir kesini dan bertemu dengan orang-orang baik seperti mereka. "Hati-hati ya nak dijalan." Bapak itu giliran berbicara kepada ailane. Selesai berpamitan Ailane kembali melanjutkan perjalanan nya untuk pulang. Aneh nya saat jalanan itu sudah terlewati, kini perasaan nya biasa saja. Tidak ada sesuatu yang mengganjal atau semacamnya. Benar-benar tak merasakan apa-apa saat melintasi jalanan lain. Ia mencoba untuk tetap fokus agar tidak membahayakan keselamatan nya. Mungkin nanti atau suatu saat ia harus mempertanyakan hal ganjal ini kepada seseorang. Ia sudah sampai di warung dan menyerahkan uang sisa dp pemesanan nasi kotak. Kedua orang tua nya tidak memperbolehkan nya untuk membantu di warung karena mereka tahu Ailane pasti capek setelah bolak-balik mengantar kan pesanan dengan jarak yang lumayan jauh. Awal nya Ailane kekeh ingin membantu tapi ia juga capek. Orang tua nya hanya menyuruh Ailane membersihkan rumah saat Ailane selesai beristirahat. Dengan begitu Ailane bisa pulang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangan nya. Lega sekali, setelah berpanas-panasan kini ia kini bisa menikmati angin yang berasal dari kipas angin yang berada di kamar nya. Sedari tadi ia tak mengecek ponsel sama sekali, ia membuka sebuah situs pencarian dan mengetik kan apa yang ingin ia cari. Ia mengetik kecelakaan seorang wanita beberapa tahun yang lalu dan beberapa artikel muncul. Ternyata korban nya bernama Sharena. Sebentar, ini bukannya mantan tunangan Sean yang wajah nya mirip dengan dirinya? Benar! Itu adalah mantan tunangan Sean yang pernah Sean ceritakan. Awalnya mereka bertemu adalah karena Sean mengira ia adalah mantan dari tunangannya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Wajah nya mereka sama persis bahkan seperti kembar identik, tapi kenapa ini? Kenapa mereka bisa mirip? Perasaan nya tak karuan kembali saat membaca artikel-artikel itu. Bulu kuduk nya berdiri, ia merinding sekali saat tiba-tiba ada hembusan angin kencang yang menerpa tubuhnya. Bukan dari kipas angin karena jauh lebih dingin. Dan juga jendela nya tertutup angin dari mana ini? Izinkan aku masuk Ailane...... Suara itu lagi! Kenapa ini? Ailane tak tahan dan juga takut ia memilih untuk keluar dari kamar dan menyusul kedua orang tua nya di warung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD