beach date

1309 Words
Untung saja hari ini hari Minggu. Perjalanan semalam sangat membuat nya capek. Pulang pergi perjalanan nya memakan waktu sekitar enam jam. Itu hanya perjalanan nya saja. Walaupun mereka naik mobil, namun punggung nya terasa capek sekali karena terlalu lama duduk bersandar disana. Ia semalam sampai lupa tak mengirimkan sebuah pesan untuk Sean. Setelah ia selesai mandi ia langsung tertidur. Pagi ini saja ia baru membuka mata nya pukul sepuluh tepat. Bonus yang dijanjikan oleh Sean melebihi dugaan nya. Saat Sean berjanji akan mentransfer uang sebesar sepuluh juta, ternyata ia baru mengecek Sean mentransfer dua kali lipat dari jumlah yang ditentukan. Yaitu dua puluh juta. Ia memberikan sebagian uang nya untuk kedua orang tua Ailane. Hari ini warung nya tutup, mereka ingin beristirahat penuh hari ini Tok! Tok! Tok! "Ailane, sayang. Bangun. Sean sudah berada di depan menunggumu." Terdengar suara ibu nya memanggil nya dari depan kamar. Ia tak salah mendengar atau bagaimana? Sean sedang berada di depan? Mau apalagi? Ia mengecek ponsel dan memang ada beberapa pesan dari Sean namun tak satu pun pesan itu yang mengatakan jika Sean akan ke rumah nya. "Iya Bu, habis ini Ailane keluar." Ailane keluar dari kamar, dan benar Sean sudah berada disana dengan wajah yang tampan dan baju santai namun rapi. Kaos polo dan celana se lutut. Ailane memakai dress berwarna merah mudah se lutut juga. "Ayo," Sean tiba-tiba bangkit dari duduk nya. Ailane terkejut. Ia kira Sean hanya ingin main ke rumah nya dan mengobrol dengan nya dan juga kedua orang tua nya. Tak ada capek nya juga Sean. Apalagi kemarin yang menyetir penuh adalah Sean. "Meeting lagi?" Tanya Ailane dengan menghembuskan nafas nya. "Tidak, saya ingin mengajak kamu ke pantai." Ajak Sean santai. Ailane melirik ke arah sekitar kok sepi hanya ada diri nya dan juga Sean saja di rumah ini. Kemana kedua orang tua nya? Padahal mereka tak pergi ke warung hari ini. Ibu nya juga tadi yang menyuruh nya untuk segera keluar kamar dan mandi. Kemana mereka? "Ayah ibuk?" Ailane duduk di sebelah Sean. Mencomot keripik pisang buatan ibu nya yang tersedia di atas meja. Ibu nya memang suka sekali membuat keripik. Entah itu keripik tempe, keripik pisang, dan keripik-keripik lainnya. Setelah ibu nya membuat keripik itu biasa nya akan di masukan ke dalam sebuah kemasan plastik kecil dengan harga lima ribu rupiah di setiap kemasan nya. Best seller disana adalah keripik tempe, biasa nya pengunjung warung membeli keripik tempe untuk disandingkan dengan makanan yang mereka pesan sebagai pengganti kerupuk. "Mereka keluar sebentar, saya tidak tahu mereka kemana. Saya sudah izin kepada mereka, mereka menyuruh kita langsung pergi saja. Jangan mengunci pintu karena orang tua mu tidak membawa kunci." Jelas Sean secara terperinci. "Ke pantai?" "Kamu suka pantai?" Bukan nya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ailane, Sean malah balik bertanya terhadap gadis itu. Ailane mengangguk, jika dipikir-pikir juga ia sudah tak pernah lagi ke pantai. Bahkan keluarga mereka jarang liburan bersama. Karena kendala biaya dan juga keluarga mereka yang membuka warung. Mungkin terakhir mereka berlibur bersama saat Ailane duduk di bangku SD. Dimana mereka pergi bertamasya bersama sama ke sebuah kebun binatang. Ia masih ingat betul dengan peristiwa itu, peristiwa yang sangat manis di ingatan dan tak mungkin Ailane lupakan. "Sekarang?" Cup! "Tidak usah banyak bicara," Ailane masuk ke dalam mobil Sean. Dari sini ke pantai membutuhkan waktu dua jam. Itu pun jika tidak macet. Apalagi sekarang hari Minggu, besar kemungkinan akan macet di jalan dan pantai menjadi ramai. Selama perjalanan mereka menyanyi bersama. Setelah ditinggal Sharena pergi, Sean sudah tak pernah lagi tertawa sangat lepas dan tidur nyenyak. Hingga ia kembali bertemu dengan Sharena berbeda versi. Sean sadar, yang kini bersama nya adalah Ailane bukan Sharena. Ia ingin sekali berhenti menyamakan kedua orang tersebut. Ia pernah mencoba meyakinkan diri nya sendiri jika itu Ailane bukan Sharena. Alhasil dalam tidur nya ia kembali mimpi buruk. Mimpi buruk yang selalu mebghantui nya selama lima tahun terakhir ini. Jujur, ia mendekati Ailane adalah karena fisik nya yang mirip dengan Sharena. Tak bisa mencari wanita lain yang berbeda dengan Sharena. 'Maafkan saya Ailane,' mungkin itu yang akan di ucapkan oleh Sean saat Ailane menyadari alasan nya mendekati gadis itu. Tapi jangan berfikir buruk semakin jauh, semakin kesini ia juga mencintai setiap inci dari gadis itu. Bahkan mulai menyukai Ailane. Bagaimana tingkah dan juga sifat gadis itu Sean mulai menyukai nya. Sean melirik ke arah Ailane yang sedang asik menggerakkan tubuh nya mengikuti alunan musik yang mengalun dari mobil Sean. Ia ikut tersenyum saat Ailane tersenyum ke arah nya. "Om kenapa?" Tanya Ailane mengehntikan musik yang terputar. Sean merasa dirinya jahat sekali, ia menjadikan kemiripan sebagai sebuah alasan untuk meminta seseorang tinggal ke hidup nya. Memang benar, jangan pernah mau menjalani hubungan dengan seseorang yang masih belum selesai dengan masa lalu nya. Jika belum menyelesaikan masa lalu nya, sampai kapanpun bayangan dari seseorang di masa lalu akan terus menghantuinya. Seperti sekarang, karena bayangan seseorang dari masa lalu Sean membuat Sean menjadi terobsesi untuk memilikik Ailane yang sangat mirip dengan Sharena. Bukan karena sayang atau perasaan tulus dari hari. Hanya karena sebuah KEMIRIPAN saja. Sean kemudian fokus kembali pada jalanan agar ia tak menabrak sesuatu karena tak mengendarai mobil dengan fokus. Mereka sudah berada di parkiran pantai. Ailane turun dari mobil dengan semangat, saat ia turun dari mobil semilir angin pantai langsung menyapa nya. Mengibaskan rambut Ailane yang tergerai. Ia sampai lupa dengan suasa pantai dan juga rasanya di terpa angin pantai. Ia melepas sandal. Membiarkan kaki nya menyentuh pasir pantai. Ailane langsung berlari menuju air pantai yang tak terlalu tinggi. "Ailane jangan berlari seperti itu, nanti jatuh." Teriak Sean kemudian menangkap tubuh Ailane masuk ke dalam pelukan nya. Mereka berpelukan di pinggir pantai sambil melihat ombak dari kejauhan. Ailane heran, kenapa pantai sekarang sepi sekali? Padahal hari Minggu banyak orang yang berlibur. Ailane bersandar pada d**a bidang Sean. "Tumben sepi ya om? Padahal hari ini kan hari Minggu?" Tanya Ailane sambil memainkan telapak tangan Sean yang besar. Dua telapak tangan Ailane sama dengan satu telapak tangan Sean. Tangan Sean banyak sekali bulu nya dan juga berurat. "Saya sudah menyewa pantai ini seharian." Enteng Sean. Ailane dibuat melotot tak percaya mendengar jawaban yang keluar dari mulut Sean. "Maksud nya?" "Ya saya menyewa ini sehari lima belas juta untuk kita berduaan disini." Hebat! Lima belas juta keluar dengan cuma-cuma sehari. Kemarin dua puluh juta. Sean seperti tak ada beban dalam hal mengeluarkan uang nya. Ia sampai tak tahu berapa kekayaan Sean sebenarnya. Seperti tak ada habis nya. Dua hari mengeluarkan uang tiga puluh lima juta. Sama seperti gaji Ailane dalam setahun. Padahal tak harus menyewa nya seharian pun Ailane tak keberatan jika banyak pengunjung pantai disini. "Buat berduaan?" "Iya. Kamu tidak suka Ailane?" "Suka! Ailane suka banget. Tapi sayang om ngeluarin uang lima belas juta buat kita beberapa jam aja disini," "Kamu mau kita menyewa tenda disini semalaman?" Tanya Sean. "Eh engga, maksudnya itu apa engga sayang uangnya?" "Saya tidak masalah mengeluarkan uang sebanyak apapun untuk menyenangkan mu." Sean mendekatkan wajah nya dan mulai mencium bibir Ailane. Ailane membalas ciuman itu. Hingga saat selesai, Sean membeli sebuah kelapa muda yang orang jual. Cocok sekali minum kelapa muda di pantai. Ailane sengaja meminta tambahan madu di dalam kelapa muda nya. "Om mau?" Sean meminum kepala muda Ailane menggunakan sedotan yang sedari tadi Ailane gunakan. "Saya berfikir, saya kurang apa lagi agar kamu mau menikah dengan saya?" Ailane menghentikan minum nya sejenak, "Ailane bukan nya gak mau om----" "Berati mau?" Sean menyela ucapan Ailane yang belum terselesaikan. "Bukan mau Ailane masih belum siap aja buat mulai hubungan yang serius. Ailane gak pernah pacaran, sekali nya deket masa iya langsung nikah. Ailane gak punya pengalaman." "Itu bisa kita bangun bersama-sama. Kita bisa sama-sama belajar untuk membangun rumah tangga yang dewasa." "Iya tau, tapi Ailane masih---" "Jadi kamu mau atau tidak menikah dengan saya?" Sela Sean sekali lagi. "Engga kalau buat sekarang, gatau buat kedepan nya nanti gimana."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD