Jealous

802 Words
Ailane sedang menunggu makanan yang mereka pesan. Ia ingin makan ayam saos mentega dan udang asam manis. Sedangkan Sean laki-laki itu hanya memesan ayam saos tiram tanpa nasi karena katanya Sean sedang mengurangi nasi. Teknik pemasakan di restoran ini adalah saat ada yang memesan baru mereka akan membuat kan nya jadi setiap makanan yang akan di sajikan dalam keadaan fresh baru diangkat dari penggorengan. "Ailane," panggil Sean. Ailane menoleh dengan muka cemberut, sudah setengah jam semenjak mereka memesan makanan mereka namun masih belum juga diantar kan. "Apa?" "Kamu memiliki hubungan dengan dia?" "Dia siapa?" Balas Ailane bertanya. "Saya tidak tahu nama nya. Namun dia bekerja di perusahaan saya," Pikiran Ailane langsung tertuju dengan Rayhan. Ia di kantor Sean hanya mengenal Rayhan, mereka sering bertemu dengan Sean saat posisi sedang jalan berdua dengan Rayhan. "Oh Rayhan, dia cuma temen SMA aku sih." Memang teman, namun perasaan nya sedikit terlibat dalam pertemanan ini. "Ya sudah," jawab Sean. Jika Ailane menjawab mereka hanya teman, Sean langsung percaya. Tidak mungkin Ailane membohongi nya, jika memang Ailane berbohong tugas nya hanya percaya selama ia tak tahu jika Ailane sedang berbohong. "Om cemburu?" Ailane melontarkan pertanyaan yang jelas-jelas ia sudah tahu jawaban nya akan seperti apa. "Tidak," "Masa?" Ulang Ailane tak percaya. Muka Sean masam sskali, apalagi saat ia menanyakan soal Rayhan, raut muka nya langsung berubah menjadi tak suka. "Saya hanya tidak suka kamu berdekatan dengan pria itu." "Hahahaha-" tawa Ailane keluar begitu saja. Tidak suka dengan cemburu tak ada beda nya. Ia langsung menutup mulut nya sendiri karena suara tawa nya ternyata menarik perhatian orang-orang yang duduk di sekita meja nya. Yang mereka tunggu-tunggu datang, pelayan restoran mengantar kan pesanan mereka. Mata Ailane langsung berbinar-binar karena meja mereka yang semula kosong kini telah penuh dengan makanan yang mereka pesan. Smoothies strawbery pesanan nya sangat terlihat menggoda apalagi di atas nya diberi dengan sedikit topping es krim yang malah membuat Ailane tak sabar untuk mencoba nya. Ailane menyedot smoothies nya dengan cepat, tenggorakan nya segar sekali berbeda dengan sebelum nya yang terasa sangat kering dan haus. Tanpa banyak berbicara ia memakan makanan itu dengan lahap. Sean ikut senang saat melihat Ailane melahap makanan nya itu. Ailane menghabiskan semua makan yang mereka pesan tanpa tersisa. Ia juga sudah selesai mencuci tangan, ia sama sekali tidak menjaga image nya saat makan di depan Sean. Wanita lain akan berusaha mati-matian untuk menjaga sikap nya agar selalu tampak terlihat anggun saat di dekat Sean. Sean sama sekali tidak menggubris mereka, kelakuan mereka sangat terlihat palsu di mata Sean. Ailane mengelus perutnya yang terasa buncit ketimbang tadi, perut nya kenyang hati nya pun bahagia. Begitulah prinsip hidup Ailane. Namun saat ia memiliki beberapa masalah nafsu makan nya akan otomatis menghilang dan ia tak berselera untuk makan apapun meskipun itu adalah makanan kesukaan nya. Dulu pernah saat SMA dulu, ia gelisah karena nilai rapot nya menurun. Alhasil ia terus kepikiran dengan nilai rapot nya itu dan membuat nafsu makan nya hilang. Akibat insiden itu ia juga harus kehilangan empat kilogram dari berat badan nya. Untung lah hanya sekali saja ia mengalami seperti itu sehingga tubuh nya sekarang juga tak terlalu kurus. "Udah om, ayo jalan-jalan." Ailane berdiri. Sean menatap Ailane heran, baru saja selesai makan Ailane tak mau bernafas terlebih dahulu malah langsung mengajak Sean untuk pergi dari sini. "Sekarang?" "Iya om, cepet ah!" Sean menggapai tangan Ailane dan menggandeng nya. Semua orang yang berada disitu menaruh fokus mereka kepada Sean. Memang Sean sangat tampan dan berwibawa. Ailane yang tak suka Sean menjadi pusat perhatian bagi wanita yang sedang berada di restoran ini lantas merapat kan tubuh nya pada Sean. Sean paham, ia merengkuh pinggang Ailane dan membisikan sesuatu. "Saya hanya milik kamu." Akhirnya sudah keluar dari sini tak ada lagi yang menaruh pandangan nakal kepada Sean. "Kenapa Ailane?" Sean menyadari perubahan raut muka Ailane yang kini menekuk wajah nya. "Kenapa si mereka ngelihatin om Sean sampai segitunya?" "Saya tampan," balas Sean penuh percaya diri. Ailane tak menyangkal nya. Sean memang tampan, dilihat dari sudut manapun Sean masih terlihat tampan tak pernah berubah. "Ya tapi harus banget ngeliatin sampe segitu nya?" Rancau Ailane masih kesal. "Saya harus apa Ailane?" Sean bingung sekali harus menenangkan Ailane seperti apa jika gadis itu sudah mulai kesal dan mengomel seperti sekarang. "Gatau!" Ailane masuk ke dalam mobil dan menutup pintu kencang. Sean menyusul nya, ia melajukan mobil nya namun sampai sekarang Ailane masih belum mengeluarkan suara nya. "Kenapa hmm?" Sean mencolek dagu Ailane, namun Ailane menepis nya langsung. "Pikir aja sendiri," "Kamu cemburu?" "Cemburu? Gak!" "Nada berbicara kamu seperti cemburu Ailane. Tak usah mengelak nya." Sean tertawa. Ailane semakin bertambah kesal karena Sean menertawakan nya seperti ini. Sean meminggirkan mobil nya. Ia memberikan kecupan bertubi-tubi pada dahi dan pipi Ailane. "Saya sudah bilang, saya hanya milik kamu. Tidak usah terlalu memikirkan hal-hal yang tak seharusnya kamu pikirkan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD