Make a choice

1096 Words
Tak ada yang menarik untuk keluar hari ini bersama dengan Sean. Mereka hanya menghabiskan beberapa jam dari waktu nya untuk berdiam di dalam mobil sambari melihat ke arah luar jendela. Mood Ailane tak bagus, Sean mengajak nya ke beberapa tempat makanan yang baru saja dibuka untuk makan disana namun Ailane menolaknya. Ia beralasan jika pinggang nya sakit dan tidak kuat jika harus berjalan-jalan atau berdiri dengan waktu yang lama. Sean sempat heran, ia sudah tak memikirkan kejengkelan Ailane terhadap dirinya selama beberapa hari ini. Ailane pun tidak jengkel lagi dengan Sean. Sean merasakan seperti ada sesuatu yang sangat mengganjal di pikiran Ailane, saat Sean menanyakan kenapa Ailane menjadi pendiam dan seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat Ailane hanya menjawab jika ia tak kenapa-napa. Mendesak nya pun tak bisa, walaupun ia baru mengenal Ailane ia tau gadis itu seperti apa. Ailane tidak suka didesak untuk menceritakan apa yang ia rasakan, karena jika ia ingin ia akan menceritakan nya dengan sendiri nya tanpa ada desakan dari orang lain. Flashback on. Cuaca hari ini sangat-sangat panas hingga peluh membasahi dahi nya. Ia sudah memakai topi dan juga jaket namun karena terlalu panas, sinar matahari masih bisa menembus kulit nya. Jika bukan karena mengantar pesanan kedua orang tua nya ia tak akan keluar saat cuaca sangat terik. Bukan karena ia takut hitam, tidak ia sama sekali tidak takut. Ia hanya tak suka saat kepala nya tiba-tiba pening saat berada di bawah sinar matahari. Ia berhenti dengan tujuan untuk mampir sebentar di sebuah warung yang tak jauh dari warung itu ada sebuah restoran merah, dan rata-rata orang yang makan disana berpakaian rapi serta kebanyakan dari mereka menggunakan mobil. Ia menikmati es teh nya dari warung sederhana dan melihat ke arah sebrang jalan. Sangat beda status sosial antara dirinya dan mereka. Ia berandai-andai jika suatu saat nanti ia menjadi orang kaya ia pasti akan mengajak kedua orang tua makan di tempat mewah dan membelikan mereka rumah. Sampai-sampai jika ia ingin meneraktir makan kedua orang tua nya saat gajian tak pernah selalu jadi. Kedua orang tua nya menolak karena mereka juga membuka sebuah warung sederhana dan lebih baik untuk tersebut Ailane gunakan untuk mencukupi kebutuhan nya jika sewaktu-waktu ada kebutuhan yang sangat mendadak. Padahal bukan itu, ia banyak ingin sesekali mengajak keluarga nya merasakan seperti keluarga normal lainnya yang makan bersama diluar bersama keluarga. Ia tak bilang jika keluarga nya tak normal, namun apa salah jika ia memiliki keinginan seperti itu? Rasanya juga tidak salah. Melihat orang-orang kaya makan di restoran itu membuat pemikiran Ailane sedikit terbuka. Mereka datang secara individu kebanyakan dan tak banyak yang berkelompok. Ia juga melihat teman-teman nya sewaktu SMA yang kaya namun tidak bahagia. Mereka sampai tidak ingin menjadi kaya raya karena tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga. Mereka terlalu fokus mengejar duniawi seperti mencari uang yang banyak untuk mencukupi kebutuhan nya dan memperhatikan orang-orang yang berada di sekitar mereka. Pekerjaan Ailane hanya seperti itu tak mungkin bisa ia menjadi seperti mereka. Saat ia asik melihat orang-orang kaya itu mata nya tak sengaja melihat seseorang yang ia kenal. Ia melihat Sean sedang seperti menangkan wanita canti di depan nya. Sean melakukan hal yang sama persis seperti apa yang dilakukan nya saat menenangkan Ailane. Sean menyandarkan kepala wanita cantik itu pada bahu nya dan mengusap kepala wanita itu dengan lembut. Ternyata ini alasan nya kenapa Sean benar-benar mengabaikan nya dan sama sekali belum membalas pesan yang ia kirimkan. Rencana awal nya ia akan segera pulang setelah menikmati teh ini. Teh nya sudah habis, bukannya segera pergi dan pulang kerumah ailane malah memesan satu gelas lagi teh dan meminumnya. Ia memperhatikan mereka berdua yang tampak sedang asyik dengan kegiatan mereka tanpa menyadari tak jauh dari Sean ada Ailane yang menyaksikan aksi Sean di setiap detik nya. Salah besar saat mengira ia adalah wanita satu-satunya yang diperlakukan secara lembut oleh Sean. Ternyata masih ada wanita lain. Dari pengamatan nya dari jauh, saat melihat wanita itu seperti nya sekelas dengan Sean. Sama sama berpenampilan elegan dan mencerminkan orang kaya. Berbeda dengan dirinya. Ia membandingkan wanita itu dengan dirinya sendiri, sama sekali tak ada persamaan selain rambut mereka yang sama-sama hitam. Ia melihat kulit wajah dan badan wanita itu putih bersih tidak seperti kulit nya yang gosong akibat sering terkena paparan sinar matahari. Karena restoran di sebrang nya itu termasuk outdoor sehingga ia bisa dengan leluasa melihat Sean dan wanita barunya. Atau jangan-jangan selama ini dirinya hanya wanita simpanan Sean? Bagaimana jika iya? Tapi tak lama setelah itu tiba-tiba mereka berdiri, jas Sean kini berada di pundak wanita itu. Ailane sedikit tak suka wanita itu terus mendekatkan dirinya kepada Sean. Ia tak cemburu, hanya saja ia kesal wanita itu sangat gatal bagi nya. "Inget ya pak tua tunggu aja sampai Ailane udah punya pacar!" Decih Ailane. Mereka naik ke mobil Sean, Ailane menunduk dibawah meja bersembunyi saat mobil Sean lewat di depannya. Setelah sudah hilang dari pandangan nya Ailane membayar dua gelas teh nya dan pulang. Flashback off. Mobil Sean sudah berhenti kini di depan rumah nya jam sudah pukul sepuluh malam. Sesuai perintah kedua orang tua nya, Sean harus memulangkan Ailane sebelum tengah malam. "Om," "Kenapa Ailane?" "Om engga perlu maksa buat suka sama Ailane. Ailane tau, Ailane bukan satu-satunya wanita bagi om Sean. Ailane juga bukan siapa-siapa bagi om, tapi hati Ailane engga buat bercandaan aja." Ucapnya. Sean terlihat bingung dengan ucapan Ailane. "Ailane udah ada laki-laki yang Ailane suka, dan itu bukan om Sean." Deg! Jantung Sean berhenti berdetak beberapa detik rasanya. Jadi seharian ini Ailane seperti tidak memiliki minat berbicara dengan nya dan mendiamkan nya ternyata ia sudah memilki lelaki lain? "Maksud kamu mengucapkan itu apa?" "Om jelas paham maksud perkataan Ailane kaya giman. Stop buat datang ke Ailane lagi, Ailane udah gak bisa paksain Ailane buat Nerima om Sean." Ailane hanya berusaha mengungkap apa yang ia rasakan. Semakin kesini ia terganggu dengan kehadiran Sean, namun ada saatnya dimana ia akan dibuat salah tingkah. Lebih baik ia fokus saja terhadap Rayhan. Ailane bukan tipe seseorang yang menyembunyikan sesuatu di hadapan orang lain. Seperti saat bersama Sean, Ailane akan melupakan Rayhan. Dan juga sebaliknya, saat ia bersama Rayhan ia akan bersikap seolah-olah tidak ada Sean dalam hidupnya. "Saya tidak bisa...." Balas Sean lemah, cukup satu Minggu saja hari terasa berat dan menyiksa. Ia tak mau seterusnya merasakan hal menyiksa itu seperti apa yang ia lalui lima tahun terakhir. Lima tahun ini Sean selalu dihantui rasa bersalah, gelisah, dan mimpi buruk atas kepergian mantan kekasihnya. Hingga Ailane datang menarik nya keluar dari semua itu. Haruskah ia merasakan lagi? Merasakan bagaimana sakitnya saat ditinggal orang yang ia sayang untuk kedua kalinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD