Arum terlihat sibuk merapikan beberapa bunga yang terpasang di etalase. Ia mulai mensortir bunga yang masih bagus dan yang sudah layu, kemudian mengganti bunga yang layu dengan bunga yang masih segar.
"Arum, udah mau jam lima sore nih. Tolong langsung masukin bunga-bunga yang di luar ya."
Arum segera berpaling ke arah meja kasir kemudian tersenyum pada wanita muda yang meminta tolong padanya, "Oke Kak Dewi," ujar Arum ramah.
Dewi adalah pemilik toko bunga tempat Arum bekerja, sudah empat tahun semenjak Arum bekerja di toko bunga milik wanita berusia dua puluh sembilan tahun ini.
Setelah selesai merapikan bunga-bunga di etalase, Arum langsung berjalan keluar toko untuk merapikan beberapa bunga yang di pajang di depan pintu toko. Ia mulai memasukkan satu persatu bunga-bunga itu ke dalam toko karena sebentar lagi toko akan tutup.
Tinggal satu pot bunga lagi yang harus dimasukkan Arum ke dalam toko. Saat akan mengangkat bunga tersebut, ia dikejutkan dengan bunyi dering handphone dari saku bajunya. Arum segera meletakkan kembali pot bunga itu lalu merogoh saku bajunya untuk menemukan handphone miliknya.
Tulisan panggilan masuk dari Editor Rara muncul di layar handphone milik Arum. Ia segera menekan tombol terima lalu menempelkan handphone ke telinganya.
"Hallo Mba Rara," ujar Arum.
"Hallo Arum, aku ada kabar bahagia buat kamu," ujar wanita bernama Rara dari sebrang telpon.
Selain bekerja sebagai penjaga toko bunga, Arum juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai penulis n****+ di salah satu platfrom online yang cukup populer di Indonesia. Orang yang meneleponnya saat ini adalah editornya Mba Rara.
"Kabar bahagia apa mba?" Tanya Arum penasaran.
"n****+ pertama kamu akhirnya dilirik oleh produser. Bentar lagi n****+ kamu bakal bisa difilmkan," jelas Rara dengan antusias.
"Ini beneran mba?" Tanya Arum dengan nada senang.
"Bener dong, ya masa aku bohong sama Kamu."
Arum langsung melompat kegirangan mendengar kabar yang diberikan oleh editornya ini. Setelah dua tahun menggeluti dunia tulis menulis, akhirnya mimpi Arum agar hasil karyanya bisa muncul di layar lebar akan menjadi kenyataan.
Pendapatan Arum sebagai penjaga toko dan penulis n****+ cukup pas-pasan, tentu saja bayaran royalti jika novelnya muncul di layar lebar akan lebih besar lagi, makanya itu menjadi salah satu alasan kebahagian Arum saat ini.
"Besok kamu ke kantor ya, kita bahas masalah kontrak. Kalo kamu setuju besok bisa langsung tanda tangan," ujar Rara pada Arum.
"Oke mba. Besok saya bakal langsung ke kantor."
Setelah mengatakan itu Arum mematikan sambungan telponnya dengan Rara. Ia memasukkan kembali handphonenya di saku baju dan kembali mengangkat pot bunga di depannya untuk dimasukkan ke dalam toko.
"Kak Dewi," teriak Arum sambil masuk ke dalam toko dengan membawa pot bunga terakhir yang dipajang di luar toko.
"Kenapa sih Arum? Kok teriak-teriak?" Tanya Dewi yang sedang duduk di balik meja kasir.
Arum segera meletakkan pot bunga terakhir lalu berlari ke arah meja kasir. Ia menatap Dewi dengan wajah sumringah, "n****+ pertama aku akhirnya bakal di filmkan," ujar Arum dengan penuh semangat.
Dewi yang tadi duduk seketika berdiri, ia menatap Arum dengan pandangan terkejut dan bahagia secara bersamaan.
"Ini beneran?" Tanya Dewi memastikan sekali lagi yang langsung dibalas anggukan oleh Arum.
Dewi langsung mengitari meja kasir dan memeluk Arum dengan senang. Keduanya berpelukan sambil melompat kegirangan.
"Setelah dua tahun akhirnya mimpi kamu terwujud juga ya Rum," ujar Dewi dengan bahagia.
"Iya Kak."
Mengingat sesuatu Arum segera melepaskan pelukannya pada Dewi dan menatap wanita di hadapannya, "By the way besok aku boleh izin kan mba? Aku harus ke kantor buat bahas kontrak novelku, kalau cocok bisa langsung tanda tangan kontrak," ungkap Arum.
Dewi tentu saja mengangguk mantap, "Boleh banget dong. Besok kamu aku khususkan untuk libur seharian". Dewi kemudian menatap Arum menggoda, "Asalkan aku dapet dikit dong dari royalti film nanti".
Arum langsung tertawa mendengar perkataan Dewi yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Selama lima tahun mengenal Dewi dan empat tahun bekerja dengan wanita ini, ia selalu bersikap baik pada Arum dan menganggap Arum seperti adik kandungnya.
"Tenang aja, aku sumbangin tambahan modal buat toko ini nanti," ujar Arum semangat.
"Ya ampun, makin sayang deh aku sama adikku yang cantik ini," puji Dewi sambil memeluk Arum.
Arum hanya tertawa geli mendengar pujian Dewi padanya.
***
Arum menarik nafas dalam lalu membuangnya secara perlahan, ia berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdegup kencang.
Saat ini Arum sedang berdiri di depan gedung kantor Media Wardi, ini merupakan perusahan yang bergerak di bidang media dan seni. Dalam perusahaan ini ada berbagai macam divisi, salah satunya adalah divisi platfrom aplikasi n****+ paling populer di Indonesia saat ini yaitu MWnovel, tempat Arum mempublikasikan n****+-n****+ buatannya yang tentu saja dikontrak oleh perusahaan ini.
Arum segera berjalan memasuki gedung perusahaan setelah merasa dirinya siap. Sampai di dalam gedung gadis itu langsung menuju resepsionis.
"Halo mba, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang wanita di balik meja resepsionis yang tersenyum dan menyapa Arum dengan ramah.
"Saya salah satu penulis di MWnovel mba, editor saya yang bernama Rara menyuruh saya datang hari ini," ujar Arum.
"Baik, nama mba siapa? Biar saya konfirmasi dahulu dengan divisi MWnovel," balas petugas resepsionis dengan ramah.
"Nama saya Arumi Naswa."
"Baik, ditunggu sebentar ya Mba Arumi," ujar petugas resepsionis. Setelah itu ia segera meraih telpon untuk menelpon pihak divisi MWnovel.
Setelah beberapa menit menelpon petugas resepsionis menutup telepon lalu kembali menatap Arum.
"Mba Arumi bisa langsung menuju lantai lima ya, lalu belok ke arah kiri, disitu ruangan bagian divisi MWnovel. Ini kartu akses lift," ujar resepsionis sambil menyerahkan sebuah kartu pada Arum.
Arum tersenyum dan mengangguk pada wanita tersebut, "Makasih mba," ucap Arum. Setelah itu ia berbalik dan berjalan menuju ke arah lift.
Arum segera masuk ke dalam lift dan menekan tombol lima untuk menuju ke lantai lima. Hanya butuh beberapa detik hingga akhirnya ia tiba di lantai tujuannya.
Arum keluar dari lift kemudian berbelok ke arah kiri, ia harus melalui lorong yang tidak terlalu panjang, kemudian menemukan sebuah papan bertulis MWnovel, Arum terus maju lalu melihat sebuah pintu kaca besar. Saat masuk ke dalam pintu kaca tersebut sebuah ruangan luas masuk ke dalam penglihatannya. Banyak meja berjejeran di ruangan besar itu dengan komputer masing-masing, terlihat juga orang yang sedang bekerja di depan komputer dan ada yang berlalu lalang.
"Arum kan?" Tanya seorang wanita sambil berjalan mendekati Arum.
Arum segera mengangguk yang langsung membuat wanita yang bertanya tadi tersenyum senang.
"Kenalin, aku Rara editor kamu," ujar wanita di depannya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Ya ampun mba Rara ya? Nggak nyangka akhirnya bisa ketemu. Biasanya cuma komunikasi lewat chat dan telepon," ujar Arum sambil membalas jabat tangan Rara.
"Iya Rum. Kamu ternyata dilihat langsung cantik juga," puji Rara. "Ayo langsung masuk ke ruang meeting aja. Beberapa orang udah nunggu di dalam," ujar Rara dengan semangat.
Arum mengangguk lalu mengikuti langkah mba Rara. Wanita itu membawa Arum menuju sebuah ruangan yang terhalang kaca, di dalam terlihat sudah ada beberapa orang.
"Halo semuanya, kenalin ini Arumi Naswa penulis n****+ Cahaya Senja," ujar Rara pada semua orang di dalam ruangan meeting setelah masuk bersama Rara.
Di dalam meja terdapat sekitar tiga orang, satu pria dan dua orang wanita. Semuanya tersenyum ramah saat kedatangan Arum dan Rara.
Arum segera menyalami ketiga orang di dalam ruangan itu.
"Ini Pak Seno general manager MWnovel, yang ini mba Vika asisten general manager dan yang ini mba Indah kepala editor MWnovel," ujar Rara memperkenalkan ketiga orang tersebut.
"Ayo, silahkan duduk Arum," ujar Pak Seno.
Arum segera duduk di salah satu kursi. Setelah ia telah duduk pak Seno langsung mengeluarkan sebuah surat padanya.
"Ini kontrak untuk n****+ kamu yang akan di film kan oleh Media Wardi. Nanti urusan perfilman akan diurus oleh bagian Divisi perfilman di Media Wardi, setelah penandatanganan kontrak kamu akan mulai meeting untuk perencanaan film dengan bagian divisi perfilman nantinya," jelas Pak Seno
Arum mengangguk paham mendengar penjelasan Pak Seno, ia kemudian mulai membaca penjelasan yang tertera dalam surat kontrak yang diserahkan pak Seno padanya. Arum melotot kaget saat melihat bahwa royalti yang ia dapatkan ternyata cukup besar.
"Bagaimana? Apa ada masalah pada isi kontrak itu Arum?" Tanya Pak Seno
Arum segera menggeleng, "Nggak ada kok Pak," jawabnya terbata-bata karena belum percaya akan mendapatkan upah royalti yang besar.
"Kalau gitu, apa bisa langsung kamu tandatangani?" Tanya Rara padanya.
Arum mengangguk, ia kemudian mengambil pulpen yang ada di meja lalu langsung menandatangani surat kontrak tersebut tanpa ragu.
Semua orang di dalam ruangan termasuk Arum tersenyum senang setelah penandatangan selesai.
"Semoga kerjasama ini berjalan lancar ya Arum," ujar Pak Seno
"Iya Pak," balas Arum sambil tersenyum ramah.
"Maaf saya terlambat," ujar seseorang yang masuk ke dalam ruang meeting tersebut.
Semua orang yang berada di ruangan tersebut segera memandang ke arah pintu dimana seorang pria mengenakan pakaian formal berjas masuk ke dalam ruangan.
Nafas Arum seakan tercekat saat melihat sosok yang memasuki ruangan meeting ini. Ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.
"Perkenalkan Arum, ini adalah Pak Bagas Mawardi. Dia akan menjadi Produser untuk film yang diadaptasi dari n****+ mu," ujar Pak Seno.
Perkataan Pak Seno seakan menjadi Boomerang bagi Arum, sepertinya kalimat bahwa Jakarta itu sempit benar adanya. Dari semua produser di dunia kenapa harus mantan suaminya yang menjadi produser untuk film dari n****+ karangannya.
Selama ini setahu Arum mantan suaminya ini berada di luar negeri. Setelah mereka bercerai pria ini memutuskan melanjutkan pendidikan S2 nya di Amerika, bagaimana bisa pria itu sekarang berada di hadapannya saat ini?