Athena melihat jelas ada sebuah tatto naga di bagian bahu kiri lelaki itu, badannya kekar berotot tapi wajahnya perpaduan tampan dan cantik walaupun lelaki itu jelas seorang pria, tubuhnya berkeringat dengan suara seksi keluar dari bibirnya, bergerak mengguncang tubuh Athena yang ada di bawah lelaki itu dengan ritme yang tajam.
Sayangnya tak ada yang saling mengenal di antara mereka, hanya dua orang asing yang terjebak dalam permainan panas.
Selain wajah, tak ada yang tau nama masing-masing. Pertemuan mereka terjadi secara tidak sengaja dan berakhir di tempat seperti ini.
Erangan terdengar dari lelaki bertato naga itu, cairan lengket keluar membasahi area sensitif milik Athena. Terdengar suara kepuasan dari keduanya, tangan lelaki itu membelai wajah Athena.
"You're so Amazing," Pujinya, "I want more, making love with you." ucapnya tapi saat sudah mendapatkan persetujuan, suara dering panggilan terdengar dari ponsel genggam lelaki itu dan berhasil membuyarkan suasana.
Mau tak mau lelaki tadi pun berjalan tanpa busana ke arah ponsel, menggeser layar hijau sebelum menempelkan ke telinga.
"Kau mengganggu waktuku bersenang senang, jika tidak penting aku pastikan kau akan mati."
Samar Athena mendengar tapi tidak begitu jelas, tapi lelaki itu terdengar marah dengan orang di sambungan telepon sementara lelaki tersebut masih berbicara dengan orang yang masih terhubung dengan panggilan.
"Ricardo Abelio datang menyerang, sebaiknya kau datang sebelum kami semua tewas di sini. Aku menghubungimu sebelum mereka juga berhasil melumpuhkan kekuatanku." ucap lawan bicara di seberang telepon.
Suara umpatan terdengar sampai Athena sedikit kaget, ponsel di matikan sepihak. Lelaki bertato naga itu kembali memakai pakaian, melihat sekilas Athena yang terbaring tak berbusana juga sedang menatapnya.
Lelaki bernama Austin Volker itu bahkan masih belum tau nama wanita yang bersamanya barusan siapa, tapi terserah, ini hanyalah one night stand yang akan berakhir di hari yang sama. Tanpa berpamitan Austin pun pergi begitu saja.
Austin berjalan cepat ke arah parkiran untuk langsung menuju lokasi tempat penyerangan yang di maksud oleh Ester. Austin tiba di lokasi, kekacauan sudah terjadi di sana. Sebagian besar sudah tergeletak tak berdaya.
"Dimana Ester?" tanya nya pada salh satu anggota yang masih bertahan dari serangan.
"Ada di dalam."
Austin melangkah mendekat, saat membuka pintu tiba-tiba serangan dadakan Austin terima, karena tidak waspada tubuhnya terdorong beberapa kali ke belakang, pertarungan terjadi sampai Austin berhasil melumpuhkan lawan.
Ester, lelaki yang Austin cari terlihat dengan posisi terikat di tengah ruangan. Kewaspadaan Austin menurun karena mengira sudah aman, "Di mana yang lainnya, kenapa sangat sepi?" tanya nya sambil melepaskan ikatan di tubuh Ester.
"Mereka sudah berhasil di lumpuhkan. Sekarang mereka menyekapku di sini."
Austin melepaskan ikatan di tubuh Ester tanpa curiga sedikit pun, itu karena Ester sudah ia anggap sebagai saudara karena tumbuh bersama sejak kecil.
Suara helikopter terdengar, "Ayo, mereka akan datang lebih banyak membawa pasukan jika tau kau datang kemari. Sejauh ini yang mereka incar adalah dirimu."
"Kita bisa melawannya." ucap Austin bersikeras untuk bertahan melakukan perlawanan namun Ester memaksa untuk ikut ke helikopter.
"Kita hanya berdua, aku tak mau mati. Sekarang dengarkan saranku, sebaiknya kita pergi saja dari sini." paksa Ester agar Austin mengkut dengan sarannya kali ini.
Awalnya Austin tidak ingin langsung ikut tapi pada akhirnya mereka pun pergi menggunakan helikopter, benda besi itu mengudara selama lima belas menit dan berhenti di area perbukitan yang berbatasan dengan laut.
Ada cottage di sana, tidak begitu jauh dari pusat kota. Kedua lelaki itu turun tepat di tepi tebing di mana itu adalah area pendaratan helikopter.
"Bagaimana bisa mereka tau tempat sebagian anggota yang kau kendalikan ada di sana?" tanya Austin penasaran.
"Bagaimana aku bisa memberitahumu jika aku sendiri tidak tau?" jawab Ester.
Mereka menjauh dan justru malah mendekat ke tebing di tempat bersantai menikmati pemandangan sore hari, hanya saja sekarang sudah malam sehingga hanya memandang jauh lautan lepas di depan sana.
"Ester, kau punya member dengan jumlah yang banyak. Mengapa hanya ada sekitar belasan orang yang bersamamu saat penyerangan dari Ricardo datang? Sebelum menghubungiku bukankah kau bisa menghubungi asistenmu untuk mengirim sebagian anggota yang lain untuk ikut membantu?" tanya Austin dengan posisi membelakangi Ester.
Lelaki di belakang Austin menyeringai, bukan dirinya tak bisa menghubungi anggota yang lain tapi ia memang ingin memancing Austin untuk datang sendirian, Ester lantas berucap sambil mengacungkan senjata api ke arah Austin, "Karena bagiku mereka tak cukup banyak untukku, karena itulah aku yang akan menggantikan mu untuk memimpin anggota milikmu mulai hari ini."
Austin mengernyitkan kening kemudian berbalik, "Apa maksudmu?" kedua bola mata Austin membelalak kaget melihat Ester mengacungkan senjata ke arahnya. "Pengkhianat." umpat Austin setelah dirinya menyadari apa yang terjadi.
Ester dengan santainya tersenyum.
DOOORRR...!!
Tembakan tak langsung membuat Austin berhasil di lumpuhkan, melihat ketahanan tubuh Austin yang kuat membuat Ester geram. Pada akhirnya mereka terlibat perkelahian saat Austin menahan sakit akibat tembakan, kondisinya sedikit lengah dan saat itu Ester tak menyia-nyiakan waktu menendang d**a Austin.
"Selamat tinggal, Austin Volker."
Austin merasa tubuhnya terdorong kuat ke belakang dan melayang di udara sesaat sebelum dinginnya air laut siap membuatnya tenggelam, Austin melihat Ester ada di ujung tebing seolah memastikan dirinya sudah mati. Mendadak ombak menghantam tubuhnya ke arah bebatuan yang ada di bawah sana dan kesadarannya menghilang dengan darah terus mengalir dari luka yang Austin terima.
Esok harinya, para nelayan setempat menepikan kapal-kapal mereka sampai seseorang terdengar berteriak.
“Ada orang terluka di sini!”
Sebagian orang mendekat, satu di antara mereka menekan denyut nadi di leher dan tangan.
“Masih hidup, segera bawa ke rumah sakit.” seru penduduk nelayan setempat.