Bagian enam

1741 Words
Athena mendorong Austin dari atas tubuhnya ketika suara dering ponsel terdengar, panggilan dari Dave itu pun Athena terima dan ia keluar dari kamar Austin membiarkan lelaki itu kesal karena Athena berhasil membangkitkan kelelakiannya yang sebelumnya tertidur, namun sekarang dengan santai Athena keluar seolah tidak terjadi apa-apa. Keesokan harinya, Athena harus hadir di sebuah pesta pembukaan kantor baru perusahaan yang cukup besar di New York, perusahaan berlabel itu tak segan untuk mengundang beberapa artis kelas atas untuk memeriahkan acara. Suara Athena sangat ditunggu oleh penggemarnya, selain bergelut di dunia peran akting, Athena juga adalah seorang penyanyi, bakatnya tersebut belum cukup sampai di sana karena Athena juga pandai bermain piano dan juga gitar. “Wah suaranya sangat indah, bukankah itu aktris yang namanya baru tenar dalam waktu dua tahun ini?” Austin menoleh, beberapa orang sedang membicarakan Athena bahkan memuji perempuan yang sedang menyanyi di panggung acara. Sepertinya Athena memang setenar itu, Austin tidak mengenal Athena dan ini hari pertama ia menjadi bodyguard perempuan itu. Selesai bernyanyi, acara berikutnya dilakukan hingga tuntas, sigap Austin berdiri di samping Athena menjaga perempuan itu dari terjangan para fans fanatik. “Apa biasanya dirimu memang seperti ini?” tanya Austin di ruang rias. Athena menoleh, “Jika yang kamu maksud adalah penggemarku, ini hanya sebagian kecilnya saja yang kamu lihat, aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini karena itulah pekerjaanku di dunia hiburan untuk menghibur mereka.” “Tuan, bisa Anda keluar sebentar.” seorang penata rias Athena datang, Austin kemudian berbalik berjalan keluar untuk menunggu saat Athena mengganti pakaiannya. Satu jam kemudian mereka pergi lagi ke studio rekaman, di sana menghabiskan waktu dua jam untuk persiapan dan juga hal yang lainnya, kesibukan Athena memang sepadat itu. Pukul tiga sore tanpa istirahat selain makan siang yang terlambat, Athena kembali melanjutkan perjalanan ke studio televisi untuk acara siaran langsung. “Ini yang perlu kau jawab dan tidak saat siaran langsungnya di mulai, persiapan mu hanya tiga puluh menit.” Dave memberikan catatan di selembar kertas. Penata rias kembali memperbaiki polesan make up di wajah Athena, di belakang mereka Austin melipat tangan di depan perut memperhatikan Athena yang sedang menghafalkan apa yang harus ia lakukan di depan kamera saat siaran langsung karena pasti akan ada pertanyaan jebakan yang nantinya dilontarkan, Athena harus berhati hati, sedikit kesalahan yang tak sengaja ia ucapkan bisa mempengaruhi karirnya. “Aku baru tau seorang aktris ternyata begitu sibuk.” celetuk Austin. Athena melihat ke cermin, pantulan bayangan Austin terlihat berdiri di belakangnya. “Aku rasa ini sudah menjadi konsekuensi kerja, setiap pekerjaan pasti ada kesulitan tersendiri yang harus dihadapi, mungkin pekerjaanmu sebelumnya jauh lebih sibuk dari yang aku lakukan, kita tidak pernah tau selama kau belum ingat memori yang hilang dari kepalamu.” jawab Athena. Samar-samar terdengar decihan dari Austin, tiga puluh menit berlalu dan Athena dipanggil untuk persiapan di depan kamera, waktu kali ini hanya setengah jam jadi tidak begitu sulit untuk dilewati oleh Athena, toh tak ada rivalnya juga yang hadir di acara seperti ini. Austin melihat sekitar lokasi pengambilan gambar, semuanya normal tidak terlihat adanya hal yang mencurigakan, setengah jam juga waktu yang singkat sampai akhirnya Athena bisa bernafas lega tepat di pukul enam sore. Athena keluar dari gedung siaran menuju parkiran di luar gedung, Austin sigap membukakan pintu tapi belum Athena masuk ke dalam kendaraan terdengar tembakan sebanyak dua kali, sisi kaca spion mobil patah akibat tembakan tersebut. Suara teriakan beberapa orang terdengar, Austin meraih Athena dan mendekap perempuan itu di balik tubuh besarnya lalu kembali membawa Athena masuk ke dalam gedung. “Kau tak apa?” tanya Austin. Athena mengangguk, detak jantungnya bergemuruh syok karena beberapa detik saja ia terlambat menghindar mungkin peluru melukai tubuhnya. Banyak orang berkerumun di depan gedung, tidak akan aman jika Athena melewati pintu tersebut. Dari kejauhan terlihat Dave berlari mendekat, “Austin, bawa Athena melewati pintu sebelah.” ucap manager Athena itu. Athena yang masih syok belum bisa berjalan, tapi Austin bukan orang yang sabar menunggu, tanpa permisi dengan mudah ia membopong tubuh perempuan itu mengikuti langkah Dave menuju pintu yang lain. “Berpegangan padaku, jika tidak kamu bisa jatuh.” ucap Austin. Kedua tangan Athena melingkar di leher lelaki itu, beberapa saat Dave membukakan pintu kendaraan dan juga memberikan topi serta masker untuk Athena. “Jangan lepaskan benda ini kecuali kau sudah di lokasi yang tertutup, ingat bahwa semakin tenar namamu di dunia hiburan maka semakin banyak orang yang berniat untuk melukaimu.” saran Dave. “Aku mengerti.” “Oh ya Austin, tolong kau jaga Athena dan antarkan ke tempat yang aman. Aku mengirimkan alamat untuk kau ikuti, selama perjalanan kalian berhati-hatilah, setidaknya dengan kendaraan ini kalian aman dari serangan peluru dari luar.” kata Dave lagi, sebagai manager jelas ia harus memprioritaskan kondisi aktrisnya lebih dulu. Austin memasukkan Athena ke dalam mobil, sekaligus memasangkan sabuk pengaman. “Bagaimana denganmu?” tanya Austin pada Dave. “Aku harus mengurus orang yang melakukan penembakan barusan, tugasmu menjaga Athena dan segara pergilah bersama Athena di tempat yang aman, kau hanya perlu ikuti maps yang ada di mobil ini.” Dave menyentuh ear peace yang terpasang di telinganya mendengar seseorang berbicara di tempat lain. “Cepatlah, gangguan ini tidak akan berakhir begitu saja.” lepas mengatakan itu Dave memastikan Austin mengendarai mobil menjauh baru Dave berlari ke arah yang lain agar masalah satu ini segera ia selesaikan dengan baik sebelum trending di internet. Banyak wartawan yang hadir saat ada kericuhan, terlebih orang yang menjadi korban adalah Athena, lokasi tempat kejadian juga adalah stasiun televisi jadi akan sangat berpengaruh dengan ketenaran Athena jika perempuan itu masih bertahan di sini. Austin mengemudikan mobil sesekali melihat ke arah Athena yang terdiam, wajahnya masih terlihat syok. “Apa yang seperti ini juga sering kamu alami?” tanya Austin. “Gangguan berupa serangan dari para fans fanatik sering aku dapatkan tapi serangan berupa tembakan ini baru pertama kali.” Austin tidak bertanya lagi, mereka lantas tiba di depan sebuah gedung setelah beberapa menit mengikuti maps, “Sebaiknya langsung saja ke basement.” ucap Athena, Austin pun membelokkan kendaraan ke parkiran gedung. “Kau masih bisa jalan?” tanya Austin. “Aku bisa, tak perlu khawatir.” Athena melangkah keluar saat Austin sudah membukakan pintu, namun baru satu langkah kakinya bergetar karena masih syok akibat kejadian tadi. Refleks Austin menahan tubuh Athena, satu tangan menutup pintu, “Pegangan.” katanya, Athena menurut hingga Austin membawanya ke lift. “Lantai berapa?” tanya nya. “Enam belas.” jawab Athena. Beberapa saat menunggu lift tiba di lantai tujuan, mereka pun keluar dari benda kotak itu dan melangkah menuju studio rekaman pribadi milik Athena, terlihat ada begitu banyak peralatan rekaman di tempat itu, pelan-pelan Austin menurunkan Athena ke sofa lalu memandang tempat tersebut dengan takjub. “Wow, apa ini?” tanya Austin. “Studio pribadi milikku.” Lelaki itu menoleh ke arah Athena yang duduk dengan wajah pucat, tanpa di minta Austin mengambil sebotol air mineral, “Minumlah, mungkin kau butuh sedikit kesegaran karena yang tadi itu memang aku akui cukup mengejutkan.” ucapnya. “Thanks.” pupil mata Athena melihat Austin menyentuh beberapa barang yang ada di tempat itu dengan takjub, banyak tombol yang tidak Austin ketahui fungsinya, ada beberapa alat musik juga yang belum pernah Austin mainkan. “Austin, kau terluka?” seru Athena. “Ah? Entahlah, apakah ada darah di bajuku?” Athena berdiri, ia nyaris terjungkal tapi untungnya tidak. “Lepas bajumu, aku harus memeriksanya.” ucapnya. “Tak apa, ini hanya luka kecil.” “Jangan meremehkan luka kecil, itu bisa menginfeksi tubuhmu jika tidak segera di obati.” sahut Athena, “duduklah, akan aku ambilkan kotak obat untuk mengobati lukamu.” katanya lagi. Austin melepaskan bajunya dan benar saja ada luka di bagian lengan yang tidak ia sadari, hanya luka goresan kecil, mungkin karena terkena serpihan kaca spion yang hancur Athena kembali, duduk di pangkuan Austin karena hanya ada satu sofa single di tempat itu. Tanpa diperintah ia meraih tangan Austin, mengobatinya dengan perlahan. Tatapan Austin tak lepas dari wajah Athena, mengapa perempuan ini begitu cantik? “Sudah berapa banyak kau bermain dengan para bodyguard pribadimu?” tanya nya. Sesaat Athena menatap wajah Austin lalu kembali pada luka yang belum selesai di obati, “Apa maksudmu bermain dengan para bodyguard, apa kau pikir aku tidur dengan sembarang pria, bahkan tidur dengan para bodyguard pribadiku, aku tidak semurahan yang kamu pikirkan.” Athena pun selesai menutup luka Austin dengan plester luka sebelum keduanya saling bertatapan. Pupil mata gelap Austin mengingatkan Athena kembali pada ingatan malam panas di ibu kota Rhode Island, masih sangat jelas teringat jika saat itu Austin bersikap manis padanya walau belum saling mengenal, namun sangat disayangkan kini lelaki tampan di depannya ini tak ingat kejadian itu. Tangan Athena membelai wajah yang sudah bersih dari beard yang sebelumnya mulai memanjang, “Aku memang tertarik denganmu bahkan di pertemuan pertama kita, kau memiliki wajah yang tampan dan cantik di waktu bersamaan, pahatan tubuh ini bagiku sangat sempurna, kulit kecoklatan yang eksotis, otot perut yang memiliki lekukan persegi, dirimu sangat mempesona.” ucapnya sembari membelai dadâ Austin. “Tapi aku bukan wanita yang rela tidur dengan sembarangan orang, aku cukup pemilih akan hal itu.” lanjutnya dengan pandangan fokus pada bagian dàda kanan Austin yang terlihat ada bekas luka tembakan di sana. Di bagian perut ada bekas luka sayatan lama, lukanya memanjang vertikal hingga setengah perut Austin, jari telunjuk Athena mengikuti garis luka tersebut. “Aku penasaran mengenai siapa dirimu tapi untuk mengetahuinya aku juga tidak bisa sembarangan, aku punya karir yang cemerlang untuk saat ini jadi aku harus sangat berhati-hati.” katanya lagi. “Kamu bilang sangat pemilih bahkan kamu tidak sembarangan tidur dengan orang lain, tapi mengapa kamu mau tidur denganku yang kamu bilang itu adalah hari pertemuan pertama kita?” tanya Austin. Athena tersenyum, “Karena kamu memiliki daya tarik yang membuatku menyukaimu, tapi hubungan kita tentunya tidak boleh sampai bocor keluar.” Hening untuk beberapa saat, Athena menatap pupil mata Austin yang gelap dengan pandangan yang sangat dalam. “Austin, buat aku merasa rileks kembali. Kejadian tadi cukup membuatku merasa tegang dan aku butuh sesuatu yang bisa mengembalikan mood ku agar lebih baik.” “Kau ingin aku melakukan apa?” tanya Austin. “Sentuh aku, kita ulangi malam panas yang sempat kita lakukan bersama, tapi aku ingatkan padamu untuk setelahnya jangan pergi tanpa berpamitan, apa kau paham?!” Austin menyeringai, “Sepertinya kau terobsesi oleh tubuhku.” katanya bangga. “Jangan banyak bicara, cepat kita lakukan sebelum Dave datang kemari.” sahut Athena.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD