4. Mencari Naina

957 Words
Rencana Lay mencari Naina sepulang sekolah bukan hanya omong kosong belaka. Cowok itu benar-benar melakukannya. Mengelilingi kota Jakarta dari mini market satu ke mini market lain, halte bahkan pusat perbelanjaan menjadi tempat tujuan mencari Naina. Ditemani oleh Kanaya dan juga Orion. Ketiga insan itu seperti orang bodoh mengarahkan pandangan mata ke segala arah tanpa meninggalkan celah kemungkinan di mana Naina berada. Lelah? Tentu saja. Hampir 3 jam mereka mencari Naina , tapi tidak ada hasil sama sekali. Tidak ada yang kenal saat mereka menunjukkan foto kepada beberapa orang yang ditemui. Nihil dan sia-sia. Bahkan Orion sampai berdebat dengan Kanaya hanya karena Lay yang masih ngotot mencari Naina hingga malam. Kanaya menolak dengan alasan tidak akan ada hasil sama sekali. Sedangkan Orion menyetujui apa yang Lay katakan. Apa pun itu asalkan Lay senang tidak masalah baginya menghabiskan waktu di luar. Dan pada akhirnya mereka di sini, di kafe depan mini market di mana Lay pertama kali bertemu dengan Naina. Hanya berdua tanpa Kanaya! “Bagaimana langkah selanjutnya?” Orion menyuapi pasta ke dalam mulutnya. Ia sangat lapar dan tentu juga haus. Lay menghela napas. Mengaduk-aduk Latte miliknya tanpa berniat meminum, bahkan pasta miliknya juga belum tersentuh sama sekali. Pikirannya hanya dipenuhi oleh Naina, Naina dan Naina. “Lo harus punya rencana cadangan, Lay. Kalau hanya mengandalkan pencarian manual gini, gue yakin hasilnya akan sama aja, nihil,” saran Orion. Lay mengangguk-anggukan kepalanya. Tangannya juga ikut mengetuk meja. “Gimana kalau gue sebar foto Naina di sosmed?” celetuk Lay tanpa dosa. Orion membelalak kaget. “Astaga! Lo gila!” Orion tidak menyangka otak sahabatnya itu terganggu hanya karena seorang perempuan bernama Naina. Haruskah ia menjedotkan di dinding agar kembali sadar? “Lo mau buat caption apa? Mencari Naina?” Orion menggelengkan kepala. “Jangan memperpanjang masalah,” tambah Orion lagi. Lay menghela napas. “Jadi gimana? Ke kantor polisi?” Orion menepuk jidatnya. Lay benar-benar dalam masalah besar. Otaknya benar-benar harus diperiksa supaya berfungsi kembali pada porsi yang sesuai. “Kalau lo mau bertindak seperti itu, ya ... gue gak ikutan sama sekali. Lo aja yang ke kantor polisi,” ujar Orion kesal. “Dan jangan bawa nama gue,” tambahnya lagi. Lay mendengkus pelan. Kemudian mengacak rambutnya karena kesal sendiri. Sudah berjam-jam mencari Naina, tapi tidak membuahkan hasil. Ketika ide mencari Naina dengan cara instan terlintas, sahabatnya malah tidak setuju. “Jadi gue harus apa?” tanya Lay pada Orion akhirnya. Ia berharap sahabatnya itu memberi solusi yang tepat untuk masalah yang ia hadapi. Percintaan! Ah, ini pertama kalinya Lay jatuh cinta dan benar-benar cinta. Bukan hubungan yang hanya terjalin dalam waktu singkat lalu dilupakan. Apa benar ini karma? Lay memukul meja saat lantaran tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Orion, padahal ia sangat berharap. “Hei, Brother, santai.” Orion benar-benar dibuat bingung oleh Lay. “Santai? Kalau lo gak setuju sama ide gue, ya ... setidaknya lo ngasih solusi yang tepat ke gue, sekarang!” Nada suara Lay meninggi. “Astaga! Baiklah, akan gue usulkan satu solusi buat lo. Gue harap lo gak akan marah sepanjang jalan kenangan.” Orion berkata dengan wajah seriusnya. “Apa?” Lay tidak sabar menunggu solusi yang hendak diberitahu oleh Orion. Orion menyesap jus miliknya dan fokus pada Lay. “Solusinya hanya satu. Lo harus melupakan perempuan bernama Naina itu.” Spontan wajah Lay memerah. Ia mengepalkan tangan dan menatap Orion dengan tajam seakan memakan hidup-hidup sahabatnya itu. “Jangan harap. Kalau lo gak mau bantu gue nyari Naina, tidak masalah. Gue akan cari sendiri. Tapi lo harus garis bawahi ini, gue gak akan melepaskan Naina. Apa pun caranya, dan bagaimanapun, gue pasti mendapatkannya.” Lay berdiri dari duduknya dengan kasar sehingga kursi yang ia duduki terjatuh ke belakang. “Gue pergi! Lo bayar makanannya.” Berlalu begitu saja tanpa menoleh lagi ke belakang. Orion mengulum senyum melihat ingkah sahabatnya itu. Entah alasan apa yang membuat seorang Lay jatuh cinta pada perempuan yang lebih tua darinya. Hanya satu harapan seorang Orion untuk Lay, yaitu semoga Lay menemukan Naina. *** Lay menjatuhkan dirinya di sofa. Memejamkan mata, membayangkan wajah cantik Naina yang sedang tersenyum bahkan saat mengomel sekalipun. “Ah, sial!” tukas Lay kesal. Melempar bantalan sofa ke sembarang arah bahkan terdengar bunyi benda pecah. Seperti sebuah vas bunga. Lay mulai gila! “Kenapa harus naik ini barang?” Lay menyentuh bagian bawahnya yang menegang. Hanya membayangkan wajah Naina saja, bagian bawahnya bisa bereaksi sedemikian. Apalagi kalau Naina ada di depannya. Lay bangkit dari sofa, meraih tas yang sempat tergeletak di lantai. Tujuan utama Lay saat ini adalah mandi air dingin dan bermain dengan sabun. Mungkin sambil membayangkan wajah Naina. *** Membutuhkan waktu yang lama bagi Lay untuk menyelesaikan acara mandinya. Bercermin untuk merapikan baju kaos yang ia kenakan meskipun rambutnya acak-acakan tanpa berniat menyisirnya. “Aish, gue lapar lagi.” Lay keluar dari kamarnya setelah mengambil dompet, ponsel dan kunci mobilnya. “Apa gue ajak Kanaya?” monolognya lagi. Lalu menghubungi nomor Kanaya dan dalam hitungan detik, orang di ujung telepon langsung menerima panggilan itu. “Ada apa? Jika lo menelepon gue hanya untuk mengajak mencari perempuan bernama Naina, maaf aja, gue gak mau dengar apa pun.” Suara Kanaya terdengar malas. Ya, malas membahas soal Naina terus menerus apalagi orang yang dicari tidak jelas sama sekali. “Gue mau ngajak lo makan diluar. Gue lapar,” terang Lay. “Gue malas keluar rumah. Kalau lo lapar, datang aja ke rumah gue.” Kanaya kemudian mematikan sambungan telepon setelah itu. Lay yang belum sempat menjawab perkataan Kanaya hanya ternganga. Demi apa pun, sahabatnya itu menyebalkan. Lay sempat berpikir untuk makan malam di rumah Kanaya, tapi entah kenapa ia merasa kalau malam ini bukan waktu yang tepat ke rumah Kanaya. Dia tidak ingin mendapat pertanyaan beruntun di sana nanti apalagi orang tua Kanaya itu sangat agresif menanyakan soal hubungan mereka. Padahal, mereka hanya bersahabat bukan menjalin cinta. Lay menghela napas pelan. Lebih baik ia makan sendiri di restoran atau warung makan terdekat. Nasi padang adalah pilihan utama yang terngiang di otaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD