Lay menelungkupkan kepalanya di atas meja di mana tas sebagai bantalan. Kedua tangannya memegang kedua sisi meja dan sesekali terdengar embusan napas kasar dari mulutnya. Kanaya yang melihat itu memutar bola matanya jengah. Lay itu sepertinya makin tidak waras hanya karena seseorang bernama Naina. Kanaya harus mengademkan otaknya untuk menghadapi tingkah yang makin menjadi-jadi dari seorang Lay. “Sepertinya sahabat lo itu gila, ya, Nay.” Fajar yang duduk berseberangan dengan Kanaya memulai berbicara, atau tepatnya sedang memancing keributan. Kanaya mendengkus kasar dan mencoba mengabaikan Fajar. Cowok itu selalu saja ikut campur urusan dirinya dan juga Lay. Jika boleh jujur, Kanaya sangat tidak suka dengan Fajar, tapi ia berusaha untuk tetap tenang karena tidak ingin berurusan dengan