Berangkat dan pulang bareng tetangga

1364 Words
Sambil bercermin di cermin besar dari lemari pakaiannya, Khansa memoles wajahnya dengan sedikit bedak bayi dan lipstik warna pink di bibirnya.usai itu menyisir rambut panjangnya kemudian mengikatnya seperti sanggul karena hari ini dia harus kerja jadi supaya rambutnya tidak menghalangi saatnya bekerja. sebelum akhirnya keluar kamarnya,Khansa kembali melihat penampilannya dengan merapikan baju kemeja warna navy dan celana jeans panjang warna senada. Khansa menghampiri keluarganya yang telah berada di meja makan menunggunya untuk sarapan bersama,tapi tidak ada bapaknya. "Loh bapak mana?!"tanya Khansa karena hanya ibu dan kakaknya saja di meja makan. "lagi mengantar pesanan pupuk!"tukas ibunya. "oh,"Khansa hanya mengangguk sambil menikmati sarapannya. usai sarapan, Khansa duduk di teras rumahnya untuk menunggu bapaknya yang belum kembali,padahal dia harus berangkat lebih awal. Diliriknya kembali jam tangannya, dengan gelisah Khansa bangkit dari duduknya dan berjalan menuju toko samping rumahnya yang telah di buka,melihat isi tokonya yang penuh dengan macam bibit tanaman yang berada dalam etalase juga puluhan karung pupuk. "anji!coba itu kunci motor gak hilang jadi gak ribet,mana bapak lama lagi!?"gumamnya kembali melirik jam tangannya. "mau berangkat kerja Sa?"tiba-tiba mamah Dira menyapanya yang sudah rapi dengan seragam kerjanya di PMI. "eh,iya mah."sahut Khansa tersenyum dan diliriknya ternyata ada Fabian yang mengeluarkan motor ninja merahnya dari garasi di susul mobil hitam juga keluar yang di kemudikan papahnya. "terus berangkatnya diantar, Sa?"seru mamah Dira lagi. Khansa nyengir karena merasa malu dan juga bagaimana bisa Mamah Dira tahu kalau motornya memang berada di pabrik dari hari Sabtu kemarin, kemudian melirik Fabian yang sedang sibuk dengan ponselnya. "bareng Fabian aja sayang,satu tempat kerja ini,iya kan Bian?!"ujar papahnya yang baru saja keluar dari dalam mobil. "eh,nggak usah pah, nanti diantar bapak saja!?"tukas Khansa melirik kearah Fabian yang sepertinya akan menjawab. "oh,kamu sama Nisa berangkatnya?!"tanya mamah Dira pada Fabian. "iya!"sahut Fabian. Khansa lagi-lagi melirik jam tangannya dan mengumpat dalam hati karena kecerobohannya sekarang bahkan mau berangkat kerja saja sulit, mengandalkan bapaknya yang memang sibuk di toko dan mengantar pesanan pupuk seperti sekarang ini padahal ini masih pagi.saat hendak masuk rumah Fabian menyeru padanya. "kalau mau bareng ayo aja Neng, eh maksudnya Khansa?!"tukasnya tiba-tiba dan itu membuat orangtuanya yang sudah ada dalam mobil menoleh padanya. "ya udah bareng aja,paling Nisa bareng sepupunya lagi kan?kalau searah mah udah mamah ajak dari tadi!?"tukas mamah Dira yang memang benar adanya karena tadi Fabian memang menerima telepon dari Nisa calon istrinya tidak bisa berangkat kerja bersama. "udah ayo, Sa,bareng Bian aja berangkatnya kalau nunggu bapak nanti kesiangan, mamah berangkat ya?!"seru mamah Dira melambaikan tangannya dan mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumah. sementara Khansa ingin berbicara tapi kembali mengatupkan bibirnya. "berangkat atau ku tinggal!?"tukas Fabian datar malah terkesan dingin. "ikut!?"sahut Khansa berlari menghampiri Fabian yang sudah berada di atas motor ninja merahnya. "pakai helmnya!?"tukas Fabian menyodorkan helm dan Khansa menerimanya. "eh,bentar a,aku belum bilang ke ibu mau berangkat!?"serunya lagi berlari masuk rumahnya. hanya beberapa puluh detik saja, Khansa telah keluar lagi dari rumahnya dan menghampiri Fabian yang sudah menunggunya. "maaf menunggu dan maaf juga merepotkan, pak?!" "iya, jangan panggil pak, kalau cuma berdua lagipula ini bukan lingkungan kerja!?"tukasnya dan itu membuat Khansa bengong. "sampai kapan saya nunggu kamu bengong?!"cerca nya karena Khansa tak kunjung naik motor. "eh,iya!?"sahutnya nyengir kemudian naik motor di bagian belakang. selama perjalanan tidak ada pembicaraan diantara keduanya, malah Khansa tidak nyaman dalam duduknya karena merasa takut di bonceng dan hanya berpegangan pada bagian ujung belakang motor.akan lancang kalau harus memegang pinggang Fabian menurutnya. "pak,eh,a nanti turunnya sebelum pintu gerbang aja,"seru Khansa setelah dekat dengan area pabrik. "hmm."gumamnya pelan sampai Khansa tidak mendengarnya mengira kalau omongannya di abaikan begitu saja. tepat di depan pintu gerbang pabrik Fabian menghentikan laju motornya dan Khansa yang duduk dibelakang langsung turun.pandangannya celingukan takutnya ada yang melihat mereka soalnya akan ramai jadi pembicaraan untuk para perempuan yang fansnya pak manajer ini. "pak,terima kasih tumpangannya, ini helmnya!?"seru Khansa tersenyum sambil menyodorkan helm sambil menerima helmnya Fabian hanya mengangguk sebagai jawaban. Khansa pun berlalu pergi meninggalkan Fabian yang membuatnya canggung dari tadi. *** "eh, Irwan kamu mau kemana?"tanya Khansa pada laki-laki yang bekerja sebagai teknisi itu. "mau ke line lain teh!?" "ini mesin untuk anak-anak ku bagaimana?" "lah,itu teteh gak perlu teknisi bisa ngerjain sendiri kan?lagian di setiap line itu yang dimarahin anak buahnya bukan teknisinya!?"cerocosnya. "Aku mau marahi anak-anak kan mereka gak bisa memperbaiki mesinnya jadi kamu selaku teknisi tolong kerjain yang ku suruh tadi!?" "heh,teteh j*d*h, logikanya yang lain gak nyuruh mesin harus begini,begitu, terima jadi.ini malah aturan sendiri, aneh!" "heh, Irwan j*d*h,yang penting bisa, perusahaan terima jadi!?" "ya udah kerjain sendiri!?" "terus kerjaan kamu ngapain?!" "ngeliatin teteh!?" "kerjain ga?!" "iya, iya!" Khansa melihat temannya itu mengerjakan pekerjaannya namun tiba-tiba ada yang datang memanggilnya. "Sa,kata pak Agus ada bapak itu di parkiran,emang beneran kunci motormu hilang?!"tanya laki-laki bertubuh tinggi tegap itu yang tiada lain orang yang sering di sapa om Tito itu menghampirinya. "iya,om,makasih aku ke parkiran dulu, Irwan awas ya ngerjainnya ga bener!?"seru Khansa melirik Irwan. "pergi mah pergi aja sana!?"tukasnya tanpa menoleh. "Om,tolong liatin!?" "iya!?" sementara Irwan hanya menggerutu karena perlakuan Khansa padanya. Dengan setengah berlari Khansa menuju parkiran motor menemui bapaknya yang katanya sudah datang untuk membuatkan kunci pada motornya. pandangannya mendapati bapaknya sedang dengan seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengan bapaknya yang Khansa yakini adalah orang dari bengkel dan dua pak satpam serta Fabian juga ada di sana. "gimana pak bisa?"tanyanya setelah berada di kerumunan orang-orang itu yang tengah berdiri di depan motornya. "oh, Khansa,bisa nanti ini langsung di bawa ke bengkel,kamu pulang naik umum saja?!"seru bapaknya. "iya, aku balik kerja lagi ya,"seru Khansa lagi pamit,biar diserahkan kepada bapaknya saja yang mengurus motornya sekarang dia harus kembali untuk siap-siap kerja. Ternyata hari itu Khansa beruntung pekerjaannya selesai tepat waktu jadi dia bisa pulang sore, karena kalau naik angkutan umum tidak akan ada di atas jam lima sore maklum daerahnya bukan kota kabupaten yang pada umumnya yang kendaran seperti elf bisa sampai malam tapi ini hanya angkot saja yang lewat. Niatnya yang ingin nebeng dengan Rika sampai perbatasan desa namun ternyata dia tidak bawa motor di jemput Fai, ternyata mereka benar jadi lebih dekat.walaupun sekarang dia harus pulang dua kali naik kendaraan umum.setelah kerjaannya selesai langsung saja pulang.dengan langkah kaki lebar berjalan keluar gerbang terus berjalan melewati perkebunan mangga itu untuk sampai ke jalan raya. tiba-tiba motor ninja merah berhenti di depannya. "ayo naik!?"ujar pengendara motor yang tiada lain adalah Fabian tetangganya. Khansa menoleh kebelakang mungkin saja ada yang melihatnya. "kenapa?"tanya Fabian. "gak ada orang lihat kan?!" "memang kenapa kalau orang lihat?!" "eh,itu..akan jadi trending topik nanti." Fabian mengerutkan keningnya karena perkataannya. "itu fans pak Bian banyak di pabrik!?"jelasnya. "oh,jadi ikut tidak?"ujarnya menyodorkan helm yang memang tadi pagi di pakai Khansa. "iya jadi, sabar atuh!?"sahut Khansa memakai helm yang di berikan Fabian. "boleh mampir ke penjual martabak nggak pak, eh, a,di ruko dekat lampu merah itu?!" "kamu kok ngelunjak udah di kasih tumpangan !?"ujarnya datar. "ya,itu kalau boleh,nggak juga nggak apa-apa,udah makasih sekali boleh ikut!?"tukas Khansa dengan nada sedikit tidak enak hati bercampur agak kesal. walaupun memang dia numpang dan malah ada permintaan tapi menurutnya bicaranya tidak perlu begitu kan bisa,dari dulu gak berubah ketus,cuek dan datar. seperti tadi pagi,dalam perjalanan keduanya hanya diam,namun sesekali Fabian meliriknya dari kaca spion motornya yang tidak di sadari Khansa. Saat Khansa melihat ponselnya sambil duduk tenang di belakang walaupun ada rasa takut karena di bonceng. Khansa melihat ke sekeliling karena tiba-tiba motor berhenti tepat di depan ruko penjual martabak. "eh,a, kenapa berhenti?mau kencing?"tanya Khansa polos. "tuh!?"sahut Fabian menunjuk ke gerobak dorong martabak. "loh, padahal gak usah a_" "cepat pesan mumpung belum ramai!?" "iya."Khansa turun dari motor dan menghampiri penjual martabak sementara Fabian menunggunya masih duduk di motornya. "terima kasih untuk tumpangannya berangkat dan pulang,ini sebagai ucapan terima kasihnya!!"seru Khansa turun dari motor ketika telah sampai depan rumahnya kemudian mengulurkan kantong kresek putih berisi martabak manis yang di belinya tadi. "padahal gak usah_" "terima aja kenapa sih, kapan lagi aku bisa di bonceng Aa dan aku beliin martabak, eh,"Khansa menutup mulutnya karena tangannya karena perkataannya sendiri yang tanpa disadari keluar begitu saja. Dengan cepat Khansa memberikan martabaknya dengan meraih tangan Fabian untuk memegang kantong kresek putih itu sementara dirinya cepat kabur masuk rumah. Fabian terdiam sejenak melihat kantong kresek putih itu berisi martabak itu dan melihat kearah Khansa yang telah menghilang dari pandangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD