Untitled

1062 Words
Perlu aku tegaskan bahwa sayang yang dimaksud oleh Dian di sini adalah bukan Sayang lebih dari teman, kata-kata itu sudah terlalu sering diucapkan oleh Dian sampai aku sendiri tidak kaget kalau dia mengatakan itu kepadaku, apalagi disaat dia membuatku marah kata-kata itu selalu keluar dari mulutnya. " Ya udah Terus mau ngapain? Udah deh enggak usah menye menye gue juga enggak marah kok sama lo." ucapkan kepada Dean sembari menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur. " Ya udah kalau lu nggak marah ah gue ke apartemen lo ya sekarang kita makan es krim." ucap Dean, kemudian aku melirik jam di pergelangan tangan kiriku selalu kemudian sadar bahwa Sekarang aku sedang tidak berada di apartemen. " gue lagi di rumah nyokap sekarang. " ucapku kepada Dean lalu Sedetik setelahnya Iya terdengar begitu heboh sendiri, aku bahkan bisa mendengar langkah kakinya menuruni satu persatu anak tangga. " Lo mau ke mana? kok lari-larian gitu? " tanya ku. " Gue kesana sekarang. " ucap Dean lalu teleponnya mati begitu saja. tidak berselang lama setelah teleponnya mati, tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh seseorang dan aku yakin bahwa orang itu adalah Dean, rumahnya memang sudah seperti rumahku dan juga begitu sebaliknya rumahku juga sudah seperti rumahnya. aku segera membukakan pintu untuk Dean, terlihat pria dengan tinggi 180 cm dengan baju hitam serta celana Jogger abu-abu berdiri di hadapanku sembari tersenyum manis. "Agak serem ya kalau tiba-tiba berdiri di depan kamar gue sambil senyum-senyum kayak gitu." ucapku sembari berjalan masuk ke dalam kamarku, Aku duduk di meja kerja sementara Dean langsung menjatuhkan badannya di atas tempat tidur. adalah sesuatu hal yang biasa yang dilakukan jika berada di kamarku, Begitu datang dia akan langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur yang empuk itu. " ya enggak serem lah gue ganteng gini Mana ada serem, By the way kalau enggak ngomong-ngomong Kalau gue sih kalau misalnya lo mau balik? padahal kan bisa bareng. gue juga bisa bantuin bawain barang yang lu mau bawa kali." ucap Dean, kali ini ia merubah posisinya dari yang tadinya dia perubahan sekarang dia berganti posisi menjadi duduk. " gue nggak kepikiran." jawabku singkat. dia pun mengangguk. " eh eh jalan yuk keluar, makan apa gitu yang lo suka, sate taichan, Oppai yakitori, atau makanan korea kesukaan lo itu, apa aja deh lo yang milih gue yang traktir." ucap Dean yang kemudian membuatku mengangguk tanpa menjawab ucapannya. Aku berjalan menuju kamar mandi dengan beberapa pakaian di tanganku, tidak aku tidak mandi, aku hanya mengganti bajuku namun tidak ingin di hadapan Dean. 15 menit setelahnya aku keluar dari kamar mandi dengan balutan jaket dan juga celana Jogger yang sama persis dengan yang di pakai karena kami memberinya sepaket bersama, tidak lupa juga aku membawa Kunciran Rambutku karena jika tidak, pasti dia akan mengomel ketika aku makan apa lagi Sampai Rambutku hampir mengenai makanan di hadapanku. kami berdua pun berangkat tentu saja dengan mobil Dean, setelah melalui perdebatan yang cukup panjang akhirnya kami berdua memilih untuk makan di restoran Korea kesukaan ku. sembari makan aku dan Dean mengobrol banyak hal mulai pertunangan dia dengan Lulu sampai dengan masalah yang baru aku tahu ternyata vendor yang mengurus acara pernikahan Dean nanti tiba-tiba membatalkan kontrak perjanjian mereka hingga membuat Dean dan juga Lulu panik Setengah Mati " Yah kok bisa sih? Bukannya lo udah DP ya? enggak bisa dibatalin sepihak gitu dong. " jawabku sembari memakan Topokki yang Bahkan asapnya saja belum hilang. "ya gitu deh gue juga nggak tahu kenapa mereka nggak profesional gitu, bahkan kemarin tuh parahnya pas gue mau prewedding sama lulu, dari gue bangun pagi sampai sore bahkan gue sama lu tuh udah siap-siap, tapi pas gue telepon fotografer, bagian baju apa dan lain-lain itu nggak ada yang ngejawab telepon gue terus malamnya tiba-tiba Mereka nge-chat bilang lupa. gila deh Eh gue pengen ngamuk aja, ini setelah ini belum barang nggak tahu gimana nyokap gue ngurusnya Katanya biar dia aja yang ngurus semuanya gue tinggal duduk aja diem tenang." jawab Dean, akupun mengangguk setelahnya. setelah pembahasan mengenai vendor yang abal-abalan itu tiba-tiba kami berdua menjadi diam satu sama lain tidak ada percakapan diantara kami berdua hingga tiba-tiba aku menanyakan sesuatu kepada Dean. "Gimana rasanya tunangan sama orang yang lo sayang?" pertanyaan itu meluncur bebas dari mulutku, Aku benar-benar penasaran apa yang dia rasakan ketika sah menjadi tunangan dari lulu, dia sebahagia apa? " emang kenapa? lo kenapa tanya gitu tiba-tiba? ya rasanya Seneng banget sih kayak gue tiba-tiba ngerasa jadi diri gue sendiri, gue tiba-tiba ngerasa jadi dewasa banget pas gue masang cincin di jarinya Lulu, gue seneng karena satu hari setelahnya pas bangun pagi gue dapat chat dari lulu, dia ngucapin gue Selamat pagi dan menyebut Gue sebagai tunangannya. itu rasanya kayak Ya udahlah gak bisa dijelasin pokoknya itu menyenangkan banget, setiap kali gue ngeliat lulu di depan gue, gue selalu pengen berterima kasih sama orang tuanya, karena mereka, Lulu bisa ada dihadapan gue." ucap Dean, matanya menatap kosong ke depan, kebahagiaan bisa terpancar jelas dari matanya bahkan tanpa Ia menceritakan itu dan sekarang aku sadar bahwa dia memang betul-betul mencintai Lulu Apa Adanya. " Emang kenapa lu tiba-tiba nanya kayak gitu, lu udah kepengen nikah juga ya? Emang sama gebetan lo itu udah di nyatain perasaannya?" tanya Dean, aku menatap tajam matanya kemudian menghela nafas berat. Aku kesini tidak mau membicarakan perasaan itu namun dia tiba-tiba memancing. " Kayaknya gue nggak bakal ngerasain apa yang lu rasain deh sekarang, nggak dengerin cerita lo tentang seberapa bahagia lo, tunangan sama orang yang lo suka, bikin gue makin mikir kalau gue nggak mungkin ngerasain itu, Soalnya kita cinta kita beda, mau dapat apa yang lo mau Sedangkan gue nggak dapat apa-apa." jawab ku, Dean kemudian maju beberapa senti mendekatkan wajahnya kepadaku menatap bola mataku dalam-dalam kemudian mengelus rambutku pelan-pelan. " Eh lu jangan ngomong kayak gitu, lo ini Cantik tahu banget malah, lu belum berusaha, lu belum nyatain cinta sama dia, lu bilang aja dulu nggak usah peduli kalau dia punya pasangan atau enggak lagian kan Perasaan nggak bisa dilarang, Lu tau sendiri makin ditahan makin jadi jadi itu perasaan." jelas Dean kepadaku. aku tersenyum getir sembari menatap matanya. " nggak bakal soalnya dia udah punya orang lain, dia sayang banget sama ceweknya dia, Ya udahlah gue juga nggak berhak buat merusak kebahagiaan orang lain. gue cuma bisa sekedar kagum dan berusaha untuk melupakan dia, Ya udahlah ah. " jelasku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD