"Cari tahu siapa yang bertanggung jawab atas proyek ini!"
"Ha? Apa Pak?"
Athar menatap tajam sang sekretaris. "Kamu mau ganti profesi?" Dia bertanya dengan raut wajah mengerikan.
"Tidak Pak tidak!!!"
Athar langsung berjalan dengan langkah lebar, meninggalkan Enver yang masih bingung. Enver tidak ingin kena semprot lagi, maka ia segera menyusul langkah sang atasan. Enver merupakan sekretaris sekaligus saudara Athar. Jika sedang bekerja maka tingkat profesional mereka berada di angka 90 sampai 100 persen. Namun sebaliknya, jika sedang tidak bekerja maka Athar memperlakukan Enver sama halnya seperti memperlakukan Key.
"Masih pagi udah marah-marah nggak jelas, untung Abang sendiri." Enver menggerutu tidak jelas. Tiada hari tanpa mendengar omelan sang atasan. Pokoknya ada-ada saja yang salah. Athar itu punya dua kepribadian, jika di rumah dia manja dan sering bertengkar dengan sepupu-sepupunya maka di tempat kerja ia terlihat sangat mengerikan.
Tidak ada yang tahan lama menjadi sekretaris Athar karena sikapnya, terpaksa Enver yang turun tangan. Padahal dia tidak kekurangan uang sama sekali, tapi masih mau-maunya menjadi sekretaris Athar. Jika bukan karena permintaan sang Daddy, maka Enver tidak akan mau bergabung di perusahaan milik Athar. Daddy memberikan batas waktu selama 5 tahun, jika Enver berhasil bertahan maka ia bisa meneruskan bisnis sang Daddy.
Keluarga Athar memiliki latar belakang pebisnis, jadi jangan heran jika saudara ayah atau saudara ibunya ada juga yang memiliki perusahaan. Kunci kesuksesan keluarga besar mereka adalah persaudaraan yang sangat kuat. Ketika baru merintis mereka saling membantu satu sama lain, baik dalam hal modal maupun dalam tata cara pengelolaan perusahaan agar bisa berkembang.
Perusahaan Athar bernama Foodid, perusahaan ini bergerak dibidang makanan cepat saji. Athar berusaha mengembangkan makanan cepat saji dengan kualitas terbaik. Foodid berdiri sejak 7 tahun yang lalu, tepatnya saat dia baru saja lulus dari bangku perkuliahan. Semua pahit, manis dan asam sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Athar. Ia juga pernah terancam bangkrut karena masalah internal dan juga salah penanganan. Untungnya Papa dan beberapa kerabat membantu dirinya sehingga bisa mempertahankan perusahaan ini sampai sekarang.
"Pagi Pak," sapa beberapa karyawan yang kebetulan berpapasan dengan Athar. Respon Athar tidak banyak, ia hanya mengangguk dengan wajah datar. Meskipun begitu, pesona yang keluar pada dirinya tidak bisa dianggap sepele. Bahkan secara terang-terangan karyawan berjenis kelamin wanita memperlihatkan ketertarikan. Semua ingin merebut hati Athar yang belum dimiliki siapapun. Selain menjadi CEO Foodid, ia juga aktif diberbagai lembaga kemanusia. Jika sudah bertemu dengan orang yang cocok maka Athar cenderung banyak bicara.
"Sudah kamu temukan siapa yang bertanggung jawab?" tanya Athar lagi sembari menekan tombol lift.
"Tim 1 Pak," jawab Enver cepat. Masih baik ia selalu membawa ipad kemana-mana jadi akan lebih mudah mendapat informasi tentang Foodid. Jika tidak maka Enver akan sangat kewalahan. Kerja extra begini siapa yang akan tahan, semua harus perfect seakan manusia tidak pernah melakukan kesalahan.
"Suruh mereka masuk ke ruang rapat 30 menit lagi."
Enver mengangguk. Tidak perlu datang ke ruang tim 1, ia hanya perlu mengirim pesan warning dengan huruf besar jika ada rapat dadakan. Setelah pesan itu terkirim, suara gaduh langsung bermunculan dari ruang tim 1. Mereka panik luar biasa karena jika sampai CEO turun tangan maka ada yang tidak beres.
Athar masuk ke dalam ruangan yang terletak di lantai paling atas yaitu sepuluh. Sedangkan Enver masuk kedalam ruangan miliknya yang berada di samping ruangan Athar. Sebenarnya ruangan itu terhubung dari dalam tapi pintu dalam jarang untuk dibuka. Jika bukan karena pekerjaan maka Athar tidak akan mengganggu waktu Enver.
Suasana di dalam ruang kerja tidak jauh berbeda dengan suasana di dalam kamar, warna dinding didominasi oleh hitam dan abu-abu. Suasana seperti ini membuat fokus Athar dalam bekerja semakin meningkat. Dia memang aneh, tapi sifat anehnya tertutup dengan segala pencapaian yang telah Athar raih.
Athar memijat pangkal hidungnya, dia benar-benar sangat pusing. Bagaimana tidak pusing jika sang mama malah menyiapkan perjodohan untuk dirinya. Ponselnya bergetar, ada pesan baru yang masuk.
Mama Sayang : Anak Mama yang ganteng, Jangan lupa saat jam istirahat siang kamu ketemu sama anak teman Mama di cafe Tanpa Rasa. Dia orangnya baik, temui saja dulu untuk perkenalan. Jangan coba kabur atau menyuruh Enver untuk menggantikan kamu. Jika kamu melakukan itu, maka Mama langsung sunat kamu.
Pupil mata Athar membulat dengan sempurna. Entah kenapa ia malah melihat ke arah dimana benda pusaka miliknya tergantung. Bulu kudunya langsung berdiri, kenapa ancamannya harus disunat lagi sih? Entahlah, Mamanya benar-benar aneh. Ternyata sifat Aneh Athar berasal dari gen sang Mama.
Jika sebelumnya Athar bisa menghindari segala pertemuan yang sudah Mamanya atur dengan berbagai macam alasan, tapi kali ini sepertinya tidak bisa. Ia harus melindungi benda pusaka miliknya, jika tidak maka Athar tidak akan bisa mendapatkan keturunan nanti. Eh apa ia berniat untuk menikah? Mungkin saja tapi tidak sekarang.
"Tidak ada yang salah bukan menikah di umur 50 tahun?" ucap Athar sendiri.
"Salah!!! Umur 50 tahun sangat sulit mendapatkan keturunan."
Athar terkejut, ia bahkan hampir terjatuh dari kursi karena tiba-tiba ada suara selain dirinya.
"Sumpah, aku hampir jantungan." Athar mencoba untuk menormalkan kembali detak jantungnya.
Enver menyengir polos karena sang abang benar-benar kaget dengan kehadirannya yang tiba-tiba dari pintu rahasia. "Sorry," ujarnya lagi.
Enver memperbaiki letak dasinya. "Jadwal hari ini apa perlu saya bacakan Pak?" Suasana yang awalnya seperti berada di luar jam kerja kembali keposisi semula.
"Ya, bacakan!"
"Pukul delapan pagi Bapak rapat dadakan dengan tim satu. Pukul sepuluh, Bapak harus berkunjung ke kebun Foodid. Pukul 1 siang Bapak harus ke cafe Tanpa Rasa-"
Athar ingin angkat bicara, kenapa pertemuan dengan perempuan yang sudah Mamanya atur harus ada di jadwal pekerjaan. Sebelum itu terjadi, Enver sudah angkat tangan. "Biarkan saya menyelesaikan pembacaan jadwal ini."
"Oh oke," balas Athar pasrah. Kalau dalam mode serius, jiwa kepemimpinan Enver meningkat.
"Pukul dua siang Bapak harus mengecek informasi tentang kandidat pelamar yang ingin bekerja di perusahaan ini. Sekian jadwal Bapak hari ini, apa ada pertanyaan?"
"Tolong hapus agenda saya saat jam istirahat siang." Urusan pribadi tidak bisa disatukan dengan urusan pekerjaan.
"Maaf Pak, agenda itu tidak bisa dihapus karena saya harus mengingatkan Bapak tentang pertemuan kali ini. Jika tidak maka Ibu Vina akan menghasut Mommy untuk membuang VR games milik saya." Apapun yang terjadi, Enver tidak akan rela VR game nya terbuang.
"Kalau tidak mau dikenalkan dengan perempuan-perempuan pilihan Mama, maka cari sendiri." Masih untung umurnya masih 23 tahun jadi Mami nya tidak terlalu menuntut agar segera menikah. Berbeda dengan Athar, dia sudah 29 tahun dan kebetulan Athar anak tunggal. Siapa lagi yang bisa memberikan cucu kecuali Athar.
"Zaman sekarang susah cari perempuan yang benar-benar baik."
"Di dunia ini populasi perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Perempuan baik juga masih banyak, cuma Bapaknya aja yang nggak niat nyari."
Apa yang dikatakan oleh Enver benar, Athar belum benar-benar niat mencari. Ya wajar bukan karena dia belum mau menikah. Nanti jika niatnya sudah mantap maka Athar akan berusaha mencari.
"Sudah sudah, bicara sama kamu bikin saya tambah pusing." Athar langsung mengusir sang sekretaris. Bukannya membantu mencari jalan keluar agar Mama Vina tidak terlalu buru-buru menyuruhnya menikah, ini Envar malah menyudutkan dirinya.
"Tim satu sudah berada di dalam ruang rapat Pak," ujar Envar sebelum benar-benar meninggalkan ruangan sang atasan.
"Oke, 10 menit lagi saya akan ke ruang rapat."
Untuk sekarang ia akan fokus bekerja. Urusan perjodohan yang diatur oleh sang Mama akan dikesampingkan lebih dulu. Aura pemimpin sangat melekat pada diri Athar. Wajahnya serius dan penuh ketegasan. Banyak orang yang menghormati Athar karena mampu untuk mengembangkan perusahaan sampai sekarang.
Ada 10 orang di dalam tim 1. Ternyata mereka yang memegang proyek rendang. Ya, perusahaan Athar tengah mengeluarkan makanan siap saji berupa rendang. Tentu saja proyek ini sudah direncanakan di tahun-tahun pertama perusahaan berdiri. Banyak hal yang harus diperhatikan dengan serius. Termasuk tentang ketahanan dari makanan tersebut. Ahli gizi sangat berperan penting dalam setiap proyek. Mereka memegang kendali utama agar bisa menciptakan makanan siap saji yang berkualitas tinggi, aman untuk tubuh dan memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Rapat dimulai dengan suasana tegang. Perasaan tim satu benar-benar campur aduk. Sebelum mengkritik pekerjaan yang mereka lakukan, Athar lebih dulu memberikan pujian karena mereka sudah benar-benar bekerja dengan sangat baik. Permasalahan tidak terlalu besar, ini hanya soal iklan saja. Sebelum produk rilis di pasaran, harus ada pengenalan produk dari tim yang memegang proyek ini.
Pemasangan iklan adalah pilihan utama, tidak heran setiap tim ada bagian marketing sebanyak 2 orang. Nanti jika banyak respon positif maka seluruh pemasaran produk akan lanjutkan kepada tim pemasaran khusus perusahaan.
Sudah menjadi kebiasaan, jika pujian di awal pasti ada kritikan setelah itu. Karyawan sudah sangat mengenal Athar dalam dunia pekerjaan.
"Apa yang ingin kita kenalkan kepada pasar?" tanya Athar sambil memutar-mutar pulpen.
"Gid Rendang Pak," jawab salah satu peserta rapat. Gid rendang adalah nama produk yang akan perusahaan produksi.
"Nah benar sekali, tapi apa kalian sadar jika iklan yang baru saja rilis hari ini malah sebaliknya?"
Semua terdiam. Athar tidak mengkritik satu atau dua orang tetapi semua yang ada di tim satu. Iklan yang mereka buat cenderung menampilkan sesuatu yang kurang enak dipandang.
"Saya tidak peduli jika orang lain melakukan hal yang sama seperti kalian dan mendapat hasil yang baik, tapi bagi saya sopan itu adalah nomor satu. Ganti kembali iklannya, perusahaan ini menjual makanan bukan menjual paha manusia."
Setelah memberikan beberapa kritik dan masukan, Athar membubarkan rapat. Ternyata butuh waktu yang lama agar mereka memiliki satu pikiran.
"Terima kasih, jika proyek ini berhasil maka saya akan langsung memberikan bonus." Kata bonus yang Athar ucapkan menjadi pemacu semangat untuk para karyawan. Ini yang menjadi alasan kenapa banyak karyawan yang betah bekerja di sini. Gaji mereka termasuk tinggi dibanding tempat kerja yang lain, ditambah bonus yang datang tanpa kenal waktu.
"Mobil sudah siap di bawah Pak," ujar Enver yang berada di samping Athar. Biasanya sekretaris akan berjalan di belakang atasan tapi Athar tidak begitu. Enver akan berjalan disamping dirinya.
Athar harus mengecek kebun bahan-bahan pokok produk makanan seperti bawang, cabe, tomat dan lain sebagainya. Ia ingin memastikan sendiri jika bahan-bahan itu segar dan terbebas dari senyawa-senyawa kimia yang berbahaya.
Butuh waktu satu jam untuk sampai ke kawasan kebun tersebut. Pekerja yang ada di kebun ini Athar pilih orang-orang yang tinggal di dekat sini. Tanaman yang ada di kebun sangat bagus, Athar mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang sudah bekerja di sini. Athar juga bertanya apakah ada kebutuhan yang kurang di sini, jika ada maka ia langsung akan mencarinya.
"Angkat dulu Pak," ujar Enver karena sejak tadi ponsel Athar terus saja berbunyi.
"Kamu nggak lihat saja sedang menyiram cabe?" Melakukan pekerjaan seperti ini bukan hal baru bagi Athar. Ia bukan orang yang tidak pernah memegang cangkul dan bermain dengan tanah.
Enver menghela nafas panjang. Ia langsung bergerak untuk mencari ponsel Athar yang berada di dalam saku jas.
"Apa yang kamu lakukan Enver?" Tubuh Athar terlalu sensitif sehingga ia akan bereaksi terlalu mendramatis.
"Halo Ma, ada apa?" ujar Enver setelah mengangkat panggilan tersebut.
"Eh Enver, Bang Athar mana?"
Enver menekan tombol speaker agar Athar bisa mendengarnya dengan jelas.
"Ini Ma, dia lagi nyiram cabe."
"Athar sayang jangan lupa nanti datang ke cafe tanpa rasa ya?"
Enver menahan tawa, ternyata Mama Vina sangat serius sekali mencarikan jodoh untuk sang Abang.
"Kalau aku nggak sibuk," jawab Athar.
"Kamu kerja apa saat jam istirahat? Nggak usah banyak alasan. Mama bukan nyuruh langsung nikah tapi perkenalan dulu kalau sudah cocok baru deh nikah. Thar kamu dengar Mama ngomong nggak?"
"Dengar Mama sayang." Athar tidak bisa kabur lagi.
"Bagus, kalau ketemu sama anak teman Mama itu jangan pasang wajah datar. Ingat harus senyum ok?"
"Iya."
Setelah Mama Vina puas, barulah panggilan itu terputus.
"Senang kamu?" ujar Athar menatap Enver dengan tajam.
"Udah udah coba aja Bang, mana tahu jodoh kan." Enver menggoda sang Abang.
"Jodoh dari hongkong!"
Melihat fotonya saja Athar sudah tidak suka, apalagi bertemu secara langsung.