•Pengorbanan (A)•

1173 Words
"Apa perlu aku korbankan jiwa ragaku ini agar kamu membalas perasaan cintaku? Aku rela mengorbankan apa pun yang aku miliki demi memiliki kamu seutuhnya." -Xavira Naraya Rahadi- __________ Perempuan dengan rambut panjang yang tergerai itu tengah sibuk berkutik di dapur. Sebenarnya, ia tidak bisa memasak. Namun, seseorang yang amat bearti baginya itu meminta bantuannya. Jadilah, Xavira harus membantunya. "Non, biar saya saja yang memasak roti itu." "Eh, enggak usah, Mbak." "Nanti saya dimarahin sama Bapak." Xavira tersenyum, jari telunjuknya ia letakkan di depan bibir mungilnya yang berwarnah merah. "Sssttt... jangan bilang ke Papi, ya, Mbak." Hidup sebagai putri tunggal dari keluarga Rahadi, membuatnya menjadi pribadi yang manja nan lembut. Menyentuh perlengkapan dapur saja sangat jarang ia lakukan, seperti saat ini. Xavira terlalu dimanja? Sebenarnya, tidak. Hanya saja, Rahadi ingin yang terbaik untuk putrinya itu. Ingin Xavira tidak melakukan hal-hal yang sekiranya tidak penting. Lihat saja kehidupannya sekarang ini. Xavira merupakan mahasiswa semester tiga di salah satu universitas yang ada di negeri ini. Awalnya, Xavira ingin melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Namun, ia tidak mau meninggalkan seseorang yang sangat berarti baginya. Jadi, Xavira melenyapkan mimpinya untuk menuntut ilmu ke luar negeri. Masih ada cara lain untuk mewujudkan mimpinya. Rahadi selaku orang tua selalu menuruti keinginan putrinya itu, kecuali jika keinginan yang berhubungan dengan sikap dan gaya hidup. Sang papi selalu membenahi diri Xavira agar tidak terjerumus ke dunia malam yang liar. Dekat dengan laki-laki saja Rahadi melarangnya. Lalu bagaimana dengan kedekatan Xavira dengan Xabiru selama ini? Rahadi tidak melarangnya sama sekali. Karena Xabiru adalah pengecualian dalam keluarganya. Di mata sang papi, Xabiru bukan lawan jenis bagi Xavira. Keluarga Xavira menganggap Xabiru adalah kakak laki-laki bagi putrinya itu, yang bisa menjadi teman, saudara, sekaligus sahabat di waktu yang bersamaan. "Princess..." Xavira menolehkan pandangannya. "Eh, Bi... udah dateng." "Gimana? Bisa, nggak?" "Bisa kok. Bisa," kata Xavira. Tangannya mengikat helaian rambutnya yang menjuntai tidak keruan. "Tinggal masukkin ke oven." "Kamu emang selalu bisa diandalkan," tangan Xabiru tergerak untuk menyelipkan anak rambut Xavira ke belakang telinganya. "Rencananya, sih, nanti malem. Doain lancar, ya." "Pastinya..." Xavira membalikkan badannya. Sebenarnya, ia sedang membohongi perasaannya saat ini. Ia berlagak tersenyum manis, padahal hatinya terasa sangat perih. Kemarin malam, Xabiru mengatakan akan melamar Thalita hari ini. Sebelum itu, Xabiru ingin memberi kejutan untuk Thalita. Xavira mengatakan, akan membantu Xabiru untuk mendapatkan Thalita. Bullshit! "Xav..." Jika Xabiru memanggil namanya, berarti laki-laki itu sedang ingin berbicara serius. Xavira lagi-lagi memaksakan senyumnya. "Kenapa, Bi?" "A-aku... mau ngomong tentang... ah. Nanti aja, deh." "Apa?" "Nggak jadi..." "Kok, gitu?" Xavira mengerucutkan bibirnya. Xabiru mengacak bagian depan rambut milik Xavira. "Belum saatnya, Sayang." Lihatlah! Betapa manisnya sikap Xabiru kepada Xavira. Xabiru kerap memanggilnya dengan sebutan "princess", "sayang", "baby", "honey", atau pun sebutan romantis lainnya. Namun, hubungan keduanya belum sampai ke tahap itu. "Kuenya bakal jadi setengah jam lagi." "Kamu yakin kuenya jadi?" "Yakin lah!" semalaman suntuk Xavira menguatkan matanya untuk memutar segala tutorial video yang ada di Youtube tentang membuat kue. Mulai dari kue sederhana, tanpa rasa, atau pun dengan varian rasa berbeda. "Iya-iya, Sayang. Kamu 'kan yang terbaik." Cup... Setelahnya, Xabiru mengecup bibir Xavira. Ya, itu bukan hal yang baru. Karena itu merupakan kebiasaan Xabiru melakukannya pada Xavira. Hanya Xabiru yang bisa melakukan itu kepada Xavira, tidak ada yang lain lagi. ---------- Xabiru Kamajaya 4, 3, 2 Xavira mengernyitkan keningnya sebentar lalu mulai panik. Apa rencana Xabiru kali ini gagal? Lantas apa maksud dari pesan singkat yang Xabiru kirimkan padanya itu? Jika Xabiru mengiriminya pesan seperti itu, biasanya laki-laki itu dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Dalam kondisi yang berantakan, kacau, dan tidak bisa tertolong lagi. Sama seperti waktu itu, kala Xabiru dinyatakan tidak lolos seleksi di salah satu universitas yang ingin ia daftari atau saat ada masalah keluarga lainnya. Xavira buru-buru mengambil jaket hangatnya lalu meminta Firman, sang sopir pribadi untuk menuju alamat yang tertera di google maps. Selama dalam perjalanan, Xavira harap-harap cemas. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Xabiru? Tidak sampai setengah jam, Xavira tiba di tempat tujuannya. Firman sempat mencegah Xavira untuk masuk ke dalam. Akhirnya, Firman mengizinkan anak majikannya itu masuk ke dalam asal ia juga ikut. Xavira pun setuju. Pandangannya langsung mengedar seketika masuk ke dalam tempat pengap berisi dosa itu. Ya, semua hal yang dilakukan di sana gunanya hanya untuk menambah dosa. Bola mata Xavira terhenti pada sosok laki-laki dengan potongan rambut cepaknya yang sedang teler di depan bartender. Xavira mendekat dengan diikuti oleh Firman. "Bi..." "Honey..." tangannya meraih tubuh mungil Xavira. "Kenapa baru dateng, Sayang?" "Pulang, yuk! A-aku nggak nyaman di sini." "Sayang, lihat aku. Cuma kamu yang selalu ada." "Iya... nanti kita bisa cerita di rumah. Yuk!" "Diem!" bentaknya. Membuat pergerakan Xavira menjadi diam membatu. "Kamu suruh sopir kamu pulang sekarang. Biar aku yang nganterin kamu pulang." "Tapi, Bi... Papi..." Xabiru menatap tajam Xavira tepat di kedua bola mata perempuan itu. Xavira tidak ada pilihan lain, selain berbohong kepada Rahadi dan meminta Firman untuk meninggalkannya di tempat yang sebenarnya ia juga tidak mau ada di sana. "Bi, kamu kenapa?" "Satu lagi..." mintanya pada bartender itu. "Bi... kamu udah mabuk. Mending kita pulang." "Kamu nggak tahu apa yang aku rasain, Xav!" serunya lantang. Bartender itu menyuguhkan satu gelas lagi minuman beralkohol pada Xabiru dan langsung diteguknya dalam satu kali minum. Xavira menghela napas, ia mencoba menenangkan Xabiru. Menanggapi ucapan ngelantur laki-laki itu lalu memberinya semangat, meskipun Xabiru dalam keadaan tidak normal. Perempuan itu tidak bisa menghentikan Xabiru untuk tidak meneguk minumannya lagi. Karena laki-laki itu sudah terlalu kecanduan. "Kenapa Thalita nggak sebaik kamu sama aku? Kenapa dia nolak aku?" "Mungkin, kamu sama dia belum waktunya bersatu, Bi." Mungkin, jodoh kamu itu memang bukan sama Thalita. Tapi, sama aku. "Kenapa ada perempuan sebaik kamu, Honey? Hmm?" Tentu saja Xavira menjadi tersipu malu. "Aku beruntung banget punya kamu di dunia ini." Xavira merasakan ada tangan kokoh yang merangkum sisi wajahnya. Dilihatnya Xabiru mendekatkan wajahnya dan sedetik kemudian, Xavira sudah memejamkan matanya. Siap untuk menerima apa pun yang Xabiru lakukan padanya. Xabiru pernah mengatakan dalam kondisi mabuk, ia tidak bisa menahan nafsunya terhadap Xavira. Dan itu benar adanya. Karena saat ini, Xavira merasakan bibir mungilnya dilumat penuh gairah oleh Xabiru. Tangan Xavira mendorong d**a Xabiru. "Jangan di sini. Ini tempat umum." "Terus?" "Nanti banyak yang lihat..." Apa itu artinya Xavira ingin melakukannya di tempat yang sepi dan gelap? Mungkin, iya. Xabiru membawa Xavira ke salah satu bilik kamar yang ada di kelab itu, menyuruhnya masuk lalu mengunci pintunya. "Di sini aman?" Xavira menganggukkan kepalanya. "Kayaknya, sih." Xabiru mengusap bagian bawah bibir Xavira sambil mempertanyakan hal yang selalu ingin ia ketahui jawabannya. "Kenapa ini bisa selalu manis?" Bibir Xavira diraup lagi oleh Xabiru. Jemari lentik milik Xavira pun membelah helaian rambut hitam Xabiru karena sensasi hangat hasrat keduanya itu. Xavira mendesah pelan, sedangkan Xabiru tersenyum penuh kemenangan di sela-sela kegiatannya. Xabiru melepaskan pagutan bibirnya guna menghirup oksigen bagi keduanya. Kening Xabiru dan Xavira saling menyatu. Bahkan, Xabiru bisa merasakan hangat napas yang keluar dari dalam tubuh Xavira. "Bi..." "Aku mau kamu malam ini." Kedua bola mata Xavira membola dengan sempurna. "Maksud kamu apa, Bi?" "Aku mau diri kamu menyatu sama aku. Malam ini." Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD