Salwa duduk di depan meja rias. Melepas semua pernak-pernik yang ada di wajah serta rambutnya.
Berhubung jarak dari hotel ke rumah tidak terlalu jauh. Setelah acara resepsi selesai, Salwa dibawa pulang ke kediaman rumah keluarga Myco.
Ranjang tidur berukuran king size yang ada di kamar Myco telah disulap sedemikian rupa. Taburan kelopak bunga mawar berada di atas sprei berwarna putih. Salwa memejamkan mata sejenak, membayangkan malam pertamanya bersama Myco membuat kepalanya sakit.
Setelah kejadian saat Myco mengetahui kalau Salwa masih memiliki kekasih, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut laki-laki berusia tiga tahun di bawahnya itu. Meski begitu, Salwa sama sekali tidak merasa bersalah.
Pintu kamar terbuka, Myco melangkah masuk ke dalam sambil melepas jas hitam yang di pakainya.
"Saya atau kamu dulu yang mandi?" Myco bertanya.
"Saya." Salwa menjawab cepat tanpa menatap pada Myco.
"Tapi saya rasa sebaiknya saya lebih dulu. Karena kamu pasti akan lama berada di kamar mandi." Myco berucap sambil tersenyum menyebalkan di mata Salwa, gadis yang telah resmi menjadi istrinya sejak beberapa jam yang lalu.
Salwa berdecak kesal. "Kalau begitu kenapa kamu harus bertanya padaku?"
"Hanya sekedar basa-basi saja." Myco mengedipkan sebelah mata sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.
Awalnya Salwa sangat terkejut saat mengetahui usia Myco lebih muda darinya. Tapi, setelah ia pikir-pikir mungkin itu akan semakin memudahkannya untuk bisa menjalankan rencana yang sudah disusun bersama Nando.
Salwa menghela napas panjang. Terbesit pertanyaan mengenai Myco yang seperti tidak mempedulikan hubungan antara dirinya dan Nando.
Salwa mengangkat bahu acuh. "Bagus deh, kalau dia nggak mempedulikan hubungan gue sama Nando. Itu akan semakin membuat gue mudah untuk bisa lepas darinya."
Suara ketukan pintu terdengar, Salwa beranjak untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
Delia tersenyum lembut menatap menantunya.
"Bun?"
"Maaf karena Bunda telah menganggu waktu istirahat kamu dan Myco."
"Ah, nggak apa-apa. Memang ada perlu apa, Bun?" Salwa bertanya.
Delia menyodorkan sebuah kotak kado berwarna merah pada Salwa. "Ada hadiah dari seseorang untuk kamu."
"Dari siapa, Bun?"
"Bunda tidak tahu, dia hanya menitipkan ini untukmu."
Salwa mengangguk. Mengambil kotak kado tersebut, lalu tersenyum. "Terima kasih, Bun."
"Sama-sama, Sayang. Selamat istirahat."
Setelah itu, Salwa kembali masuk ke dalam kamar. Duduk dia tas ranjang dan bersiap untuk membuka kado tersebut.
Salwa menyerit tidak mengerti saat membaca membaca pesan dari Gina. Menatap kotak merah yang berada di atas pangkuannya, Salwa mendapat jawaban dari siapa kado ini berasal.
"Mama...." gumam Salwa membaca nama yang tertera pada kotak tersebut.
"Memang isinya apa sampai harus dipakai di malam pertama?" gumam Salwa, kemudian membuka kotak itu karena penasaran.
Salwa dibuat terkejut begitu melihat isi dalam kotak kado itu. "Oh My God! Ini maksudnya apa?!"
Dengan mulut terbuka dan mata melotot, Salwa mengangkat sehelai kain tipis berwarna merah itu tinggi-tinggi.
Salwa mengambil sebuah kertas yang berada dalam kotak tersebut. Lengan Salwa terulur mengambilnya kemudian membaca pesan yang tertulis di sana.
Selamat untuk pernikahanmu dan Myco, Sayang. Doa Mama selalu menyertaimu. Malam pertama berikan sesuatu yang berkesan untuk suamimu. Salam dari kotak merah, pakai hadiah dari Mama ya, Sayang. Jangan marah ;)
Salwa menggeram kesal. Lalu melempar kain tipis itu bersama dengan kertas yang sudah ia remas sembarangan.
"Mama!"
Salwa menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Ia bisa membayangkan bagaimana mama nya tersenyum kemenangan saat ini.
Tanpa Salwa sadari, Myco keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut basahnya dengan handuk. Baju hitam polos dan celana pendek berwarna sama membalut tubuh Myco.
Kening Myco berkerut ketika melihat Salwa menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, ada kain juga yang berada di atas lantai serta sebuah gulungan kertas.
Myco mengambil kain tipis itu dan gulungan kertas di sisinya, memperhatikannya dengan seksama. Lingerie? Kemudian Myco membaca tulisan yang ada pada kertas tersebut. Myco berusaha keras untuk tidak tertawa setelah membaca isi surat itu.
Myco duduk di samping Salwa, kemudian mengusap puncak kepala gadis yang telah resmi di persuntingnya.
"Salwa." Myco memanggil.
Salwa terkejut. Segera menyingkirkan lengan Myco yang berada di atas kepalanya.
"Kamu--, What?!" Salwa terbelalak kaget melihat lingerie dan surat itu yang berada di tangan Myco. Buru-buru Salwa mengambilnya dari Myco lalu ia sembunyikan di balik punggung.
"Saya sudah tahu." Myco tersenyum genit.
"Nggak usah senyum-senyum!"
Salwa menghentakkan kaki kesal. Lalu berlari ke arah kamar mandi. Melihat ada tempat sampah di sana, Salwa langsung membuang lingerie dan surat itu ke sana.
"Kenapa dibuang? Kamu nggak mau memakainya? Sayang lho, itu hadiah untuk pernikahan kita." Myco semakin menjadi untuk menggoda istrinya itu.
Salwa tidak menggubris, ia masuk ke dalam kamar mandi dan segera membanting pintu dengan kencang.
Salwa bersandar di balik pintu. Merasakan debaran di d**a, ia sangat malu pada Myco.
"Lupakan, Salwa! Lupakan!"
Mengambil napas dalam-dalam, Salwa melangkah lalu mematut diri di depan cermin wastafel. Salwa mencoba untuk membuka gaun pengantinnya hingga terdengar suara robekan. Alhasil, gaun pengantin yang semula terlihat cantik sekarang rusak karena ulah Salwa.
Setelah melepas semua yang melekat pada tubuhnya, Salwa teringat kalau tidak membawa piyama ganti ke dalam kamar mandi.
"Argh! Kenapa hari ini begitu sial?!"
Salwa berkacak pinggang. Bibir bawahnya ia gigit, mencoba berpikir apa yang mesti ia lakukan sekarang. Tidak ada pilihan lain, selain meminta Myco mengambilkan piyama untuknya.
Salwa membuka sedikit celah. Tubuhnya bersembunyi di balik pintu. Myco duduk dengan kaki berselonjor di atas ranjang sambil memainkan handphone.
"Ekhm...."
Salwa berdehem, sontak Myco menoleh ke arah Salwa.
"Sudah selesai? Cepat sekali? Biasanya perempuan kalau mandi seperti menghambiskan waktu saat shopping."
Salwa memutar bola mata jengah. "Saya lupa membawa piyama untuk ganti. Tolong ambilkan di koper."
Myco melirik koper hitam yang berada di samping meja rias. Myco berpikir mungkin Salwa sudah tak mengenakan gaun pengantinnya lagi, hingga meminta dirinya untuk mengambilkan piyama.
Myco tersenyum saat menemukan piyama bergambar Hello Kitty berwarna merah muda.
"Cepat! Kamu lama sekali."
"Iya, sebentar. Sekalian dengan pakaian dalamnya juga tidak?"
Kedua pipi Salwa merona saat mendengar pertanyaan Myco. "Iya!"
Myco tertawa pelan. Mengambil bra dan celana dalam berwarna senada dengan piyama itu, lalu melangkah mendekati Salwa.
"Ini." Myco menyerahkannya pada Salwa.
Segera Salwa mengambilnya dari Myco. Melihat Myco yang tersenyum menyebalkan, membuat Salwa semakin malu.
"Apa senyum-senyum?!"
Myco menggeleng, tanpa memudarkan senyum. "Nggak."
"Ish! Rese!"
Salwa menutup pintu tak lupa menguncinya.
"Jangan lama-lama. Udara malam ini sangat dingin!"
Mengabaikan teriakan Myco, Salwa segera menyelesaikan ritual mandinya. Hampir memakan waktu setengah jam berada di dalam kamar mandi, akhirnya Salwa keluar dengan mengenakan piyama yang Myco ambilkan tadi.
Myco terlihat fokus menatap layar handphone nya. Salwa ragu untuk merebahkan badan di ranjang. Namun akan sangat tidak mungkin jika ia memilih tidur di luar kamar, mengingat tidak ada sofa di sini.
Salwa merangkak naik ke ranjang. Merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Myco.
Baru saja Salwa memejamkan mata, sepasang tangan melingkari perutnya. Myco memeluk Salwa dengan erat dari belakang. Salwa merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Terlebih saat Myco mendaratkan kecupan-kecupan kecil pada leher Salwa. Sensasi itu begitu mendebarkan. Bibir Salwa berkatup rapat. Batinnya menolak tapi tubuhnya menikmati. Salwa terbuai akan sentuhan Myco.
Myco membalik tubuh Salwa agar menghadapnya. Salwa tak kuasa menatap mata tajam itu. Tanpa mengulur waktu, Myco mencium bibir Salwa dengan perlahan dan menggebu setelahnya.
Salwa terpejam. "Nggak! Ini nggak boleh terjadi!" batin Salwa.
Ketika tangan Myco mulai merambat naik melewati perut rata Salwa, Salwa mencoba mengumpulkan kesadaran kalau ini tidak boleh terjadi. Bisa hancur semua rencana awalnya dengan Nando.
"Stop it!"
Brukk!
"ARGHHH!"