Ify mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, dia baru saja terbangun dari tidur panjangnya di kelas. Dari jam pertama sampai jam kedua, yang dilakukan Ify hanyalah tidur dan mendengarkan musik dari earphone. Dia bahkan tidak berniat meminta maaf kepada guru sama sekali. Begitu pula sebaliknya, tidak ada guru yang berani menegur Ify.
"Fy, kantin yuk! Perut gue keroncongan nih, laper. Minta diisi," ajak Via sambil mengusap-usap perut datarnya.
Ify mendengar apa yang dikatakan oleh Via barusan. Dia menguap sambil mengucek kedua matanya dan berusaha untuk sadar.
"Sudah selesai pelajaran jam kedua?" tanya Ify.
"Sudah barusan, makanya ini gue ngajak lo ke kantin," jawab Via.
Ify lagi-lagi menguap, dia masih mengumpulkan separuh nyawanya yang berceceran Entah di mana. Ify melihat ke sekitar dan benar apa kata Via kalau kondisi kelas sudah tak karuan. Sebagian bangku juga kosong karena penghuninya pasti sudah pada ke kantin semua.
"Ayolah! Lo nge-loading lama banget," ajak Via lagi.
Ify kembali menguap sambil menggeliat, dia mengangguk lalu berdiri. Ify merasa ada yang aneh di Merauke rok yang dia pakai sekarang . Ify menoleh ke arah Via begitu pula sebaliknya. Kedua gadis itu sekarang saling tatap.
"Lo denger kayak ada suara yang sobek nggak, Vi? " tanya Ify kepada Via.
Via menganggukkan kepalanya, "Iya, gue denger, Fy," jawabnya.
Via buru-buru mengecek rok bagian belakang yang dipakai Ify. Matanya melebar sempurna saat melihat rok Ify sudah robek sangat lebar.
"Kenapa, Vi?" tanya Ify seraya berusaha menoleh ke belakang tapi tetap saja tidak bisa karena Ify bukan burung hantu.
Via takut sendiri untuk menjawabnya tapi Ify sudah menatapnya tajam sampai membuat Via mendelik.
"Cepetan jawab! Rok gue kenapa?" sentak Ify sampai membuat seisi kelas menoleh ke arahnya semua.
Via menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Rok lo sobek," jawabnya lirih.
Wajah Ify memerah, dia tidak tahu orang gila mana yang berani bermain-main dengannya sekarang. Kedua mata Ify menatap nyalang ke seisi kelas.
"Siapa yang udah ngelakuin ini?" tanya Ify kepada seluruh murid yang berada di dalam kelas yang sama dengannya.
Nyali mereka menciut dan semuanya takut. Tidak terkecuali Via, dia juga sangat ketakutan. Via mengumpati siapa saja yang berani menjahili Ify.
Itu orang cari mati aja sih. Gumam Via dalam hati.
"Kalau nggak ada yang ngaku, gue bisa pastikan besok kalian semua mendapat surat DO dari kepala sekolah!" ancam Ify.
Sebagian orang di sana menatap ke arah bangku di pojok kanan. Tanpa mereka bilang pun, Ify sudah tahu siapa yang mereka maksud.
"Keluar kalian semua!" sentak Ify lagi dengan nada marah.
Kelas kosong sekarang, hanya tersisa Ify dan Via saja. Via bergegas menutup pintu karena mungkin Ify akan melepas rok yang dia pakai.
Ify mengambil celana olahraga yang dia simpan di dalam lokernya. Dia akan berganti rok di dalam kelas sekarang juga. Sementara Via, dia takut kalau harus menenangkan Ify. Temannya itu sudah terlanjur emosi.
"Lo mau ke mana, Fy?" tanya Via ketika melihat Ify yang baru saja selesai mengganti rok dengan celana olahraganya itu langsung ke luar kelas dan berjalan menyusuri koridor.
Ify menemukan orang yang dia cari sedang di kantin dan menikmati waktu istirahatnya. Ify mempercepat langkahnya, kemarahan sudah menguasai dirinya.
Dengan sekuat tenaga, Ify menggebrak meja yang dipakai oleh Raga. Benar, orang yang dimaksud oleh teman sekelasnya Ify tadi memanglah Raga.
Bunyi dari gebrakan meja yang cukup kencang membuat seisi kantin jadi terguncang-guncang. Beberapa murid yang tadinya duduk di sekitar meja tempat Raga makan, jadi mundur perlahan-lahan tanpa banyak tanya. Aura panas menyerang, namun ini bukan panas dari sorot sinar matahari maupun api. Melainkan karena ulah Ify yang tiba-tiba datang menghancurkan ketenangan seorang lelaki bernama Raga.
Via gelagapan sendiri melihat emosi Ify yang meledak-ledak. Napasnya juga ikut terengah-engah akibat mengejar Ify yang berjalan bagai orang kerasukan iblis dari kerak neraka. Tatapan mata tajam penuh kebencian terus tertuju ke satu arah. Siapa lagi yang Ify lihat kalau bukan Raga. Biang dari segala masalah.
Dengan santainya, Raga mengelap bibirnya yang tadi sempat terkena kuah bakso panas nan pedas karena ketika Ify menggebrak mejanya. Di saat yang bersamaan, mangkuk di depannya ikut bergetar. Lelaki itu tersenyum sinis sembari melemparkan tisue ke sembarang arah. Tanpa takut, Raga balas menatap iris mata Ify yang begitu tajam seolah-olah siap mencabik-cabik seluruh isi perutnya.
"b******k!"
Belum sempat Raga membuka suara, dirinya sudah kembali diserang terlebih dulu oleh Ify. Gadis itu tak segan-segan mencengkeram kerah kemeja sekolah Raga, sampai lelaki itu sedikit tercekik. Tak hanya itu, Ify pun bahkan dengan sengaja menarik dasi di leher Raga sampai membuat lelaki itu sulit bernapas.
Apa yang sedang Ify lakukan sekarang menjadi bahan tontonan gratis bagi semua warga sekolah. Bahkan yang awalnya tidak berada di kantin pun, jadi berbondong-bondong ke sana hanya untuk melihat Raga dihajar oleh sang Ratu Iblis.
"Lo main-main sama gue? Lo udah bosen hidup di bumi?" tanya Ify dipenuhi tatapan bengis kepada Raga.
Senyum remeh tercetak di wajah Raga, membuat Ify semakin berang. Tanpa banyak kata, Ify seketika memukul wajah Raga hingga tubuh lelaki itu tersungkur ke belakang dan terjatuh di kursi belakangnya.
"Jangan lo pikir kalau lo itu cowok dan gue cewek, terus gue takut sama lo, iblis!" sentak Ify berapi-api.
"Lo yang iblis!" balas Raga tak ingin kalah.
"Iya, gue Ratu Iblis! Terus kenapa lo masih berani gangguin gue, hah?" Ify menendang kursi yang dipakai duduk oleh Raga demi melampiaskan kekesalannya.
Via berjalan menengah, dia berusaha menenangkan mereka berdua tapi Via juga bingung harus bagaimana dia menyurutkan emosi Ify yang bagai dimakan api. Sedangkan Raga juga tak mau kalah.
Terjadi pertengkaran di antara mereka berdua. Via sampai merasa kepalanya berdenyut kencang memikirkan Ify.
"Gue bilang udah! Stop!" sentak Via di tengah-tengah Ify dan Raga.
Ify dan Raga yang tadi saling dorong pun, jadi berhenti. Via menahan tubuh Ify, dia memeluk Ify supaya tidak maju lagi.
"Lo juga diem!" Via ikut menyentak Raga yang masih belum berhenti.
"Cowok kayak gitu tuh emang harus dimusnahkan, Vi. Biar dia lenyap, percuma punya otak tapi nggak bisa dipakai," umpat Ify untuk Raga.
"Lo cewek sok tangguh, sok berkuasa padahal yang berkuasa di sekolah ini itu bukan lo, tapi bokap lo!" Raga menunjuk-nunjuk wajah Ify pakai jari telunjuknya.
Ify sudah hampir maju, tapi Via berhasil menarik paksa Ify buat pergi dari sana. Dia tidak ingin Ify terluka. Maka dari itu Via berusaha mati-matian membawa Ify pergi.