Belajar mencintai

952 Words
Perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju ke Bali yang ditempuh sekitar dua jam lamanya, akhirnya telah berakhir di Bandara Internasional Ngurah Rai tepat pukul tiga sore. Acara bulan madu dadakan yang direncanakan Almira sebetulnya sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Perempuan yang berprofesi sebagai model itu sudah menyiapkan kejutan lainnya untuk suami tercintanya yaitu Sandi. Sebuah penginapan yang dipesan khusus untuk mereka menghabiskan bulan madu, berada di Seminyak Bali. Almira memesan Villa mewah di Mayaloka. Sebuah penginapan pribadi yang sering digunakan oleh para artis atau publik figur di tanah air. Dirinya yang seorang model menginginkan privasi tanpa diganggu oleh siapa pun. Mayaloka Villas sebuah penginapan yang sangat cocok menurutnya sebab fasilitasnya yang lengkap. Villa dengan satu kamar tidur luas dan beberapa fasilitas lainnya juga tersedia. Yang tak kalah menariknya juga ada kolam berendam mewah yang biasa disebut Jacuzzi. Tak tanggung-tanggung, Almira menyewa Villa itu selama satu Minggu dan juga menyewa Villa satu lagi untuk Danu dan Sandra. Letaknya bersebelahan dengan Villa yang ditempati Almira dan Sandi. "Al, harusnya kamu enggak usah repot-repot begini. Kami bisa menginap di hotel aja enggak perlu di villa mewah kayak kamu." Danu berucap sungkan lantaran Almira yang menurutnya berlebihan, menyewakan tempat yang sama dengan yang dia sewa. "Enggak apa-apa, Mas. Aku seneng, kok," ucap Almira menyanggah, "Masa iya, aku di vila sementara Mas sama Mbak Sandra di hotel, 'kan enggak lucu." Dia terkekeh seraya memukul pelan bahu Danu. Danu mengusak puncak kepala Almira dengan sayang, adik sepupunya ini memang kelewat baik bahkan sangat baik. "Makasih, ya, Al, Mas." Sandi tersenyum lalu mengangguk. "Ini semua Almira yang siapin, saya tinggal ngikut aja," ujarnya menanggapi sekaligus meralat, supaya Danu tidak berpikir jika semua ini adalah idenya melainkan ide Almira. "Almira emang kadang enggak bisa ditebak." Danu menimpali lagi, dia merasa sangat dihargai oleh adik sepupunya ini. "Santai aja kali, Mas. Kita 'kan jarang-jarang liburan bareng begini. Lagian, aku juga mau kenal lebih dekat sama Kakak Iparku yang cantik ini. Iya enggak, Mbak?" Almira tiba-tiba menggandeng Sandra yang tengah mati-matian menahan kekesalannya. Perempuan itu sontak menjadi kikuk dan tergagap. "I-iya." Sandra menjawab singkat disertai umpatan di dalam hati. 'Huh! Siapa juga yang mau kenal sama dia!' Sandra berpura-pura memasang raut senang supaya semua orang tidak merasa curiga. Sandi hanya menyimak, dia merasa enggan untuk mencampuri urusan Almira dan Sandra. Bukankah sebaiknya seperti itu? Dia dan Sandra kini hanya sebatas saudara sepupu. Hubungan yang telah lalu biarlah tersimpan dan berlalu tanpa harus ada orang lain yang tahu. *** "Gimana, Mas? Kamu suka enggak sama tempat ini?" tanya Almira kepada Sandi yang kini sudah berada di Villanya sendiri. Mereka berdua tengah mengelilingi seluruh ruangan satu persatu yang desainnya sangat mengagumkan. Sandi bahkan sampai berdecak kagum berulang kali, tak menyangka jika selera Almira begitu tinggi. "Suka, Al. Suka banget." Sandi menghentikan langkahnya di samping kolam renang yang nampak menyegarkan. Semilir angin sore menerpa kulit keduanya yang berada di sana. "Harusnya semua ini aku yang persiapkan. Bukannya malah kamu." Sandi meraih tangan Almira kemudian menggenggamnya. Dia merasa tak enak hati lantaran Almira telah bersusah payah menyiapkan semua ini seorang diri tanpa sepengetahuannya. Almira yang sore ini memakai floral dress berwarna peach begitu sangat cantik, rambutnya yang hitam digerai bebas, membiarkan jemari Sandi menyelipkan anak rambut yang menutupi wajahnya. Sandi tak kalah tampan dan menawan. Perawakan yang tinggi, dadanya yang bidang, rahangnya yang tegas, manik cokelatnya yang teduh seolah menghipnotis Almira yang tak pernah bosan memandangnya. "Mas, mau itu aku atau kamu yang siapin semua ini enggak ada bedanya 'kan? Ini salah satu usahaku supaya kamu jatuh cinta sama aku, Mas. Aku mau kamu tahu, kalo aku benar-benar berharap hubungan kita ini berhasil dan bisa melangkah ke tahap berikutnya." Almira membingkai wajah Sandi dengan kedua telapak tangannya yang mungil. Menatapnya dalam tanpa enggan berkedip. Tangan Sandi terangkat dan bertumpu pada tangan kecil Almira yang masih menempel disisi rahangnya. Sejenak, Sandi menikmati kecantikan wanita yang berdiri di hadapannya seraya menelaah perasaannya sendiri. Almira memang tidak pernah malu atau sungkan menyatakan perasaannya yang tak pernah terbalaskan. Detik ini dia baru sadar, betapa Almira begitu layak untuk bahagia. Mendapatkan haknya yang hingga detik ini belum bisa dia berikan sepenuhnya. Apa yang Sandi lakukan tak sebanding dengan apa yang diberikan oleh Almira selama ini. Perhatian, rasa sayang, pengertian, cinta. Lantas, Sandi membalasnya dengan apa? Selain dengan sikap dingin dan kebodohannya yang membiarkan masa lalu membelenggunya. Cih! Buka matamu Sandi! Buka! "Aku beruntung memiliki istri yang pengertian dan sabar kayak kamu, Al. Aku janji, pelan-pelan aku akan belajar mencintai kamu. Seperti apa yang aku katakan semalam." Sandi mengecup kening Almira dengan sangat lama. "Kamu pantas untuk mendapatkan itu semua. Kebahagiaan, cintaku dan diriku. Kamu berhak, Almira. Karena kamu istriku." Kini giliran pipi Almira yang Sandi cium bergantian. Berdekatan dan bersentuhan seperti ini menimbulkan getaran aneh di d**a Sandi. Debaran yang lama telah berhenti kini dia dapat merasakannya lagi walau masih samar-samar. Aneh. Untuk pertama kalinya Sandi ingin sekali mendekap erat Almira. Dan, tanpa menunggu lama, Sandi memeluk tubuh kecil Almira. Dalam benak Almira tentu dia merasa bahagia, Sandi mulai membuka hati untuk dirinya. Ucapan suaminya ini juga sudah berubah, tak ada lagi kata-kata dan raut datar. Yang ada hanya kata-kata manis dan sikap yang hangat. "Kalo kamu begini terus aku bakal tambah cinta sama kamu, Mas. Makasih, Mas. Kamu mau belajar menerima diriku. Membuka hati kamu untuk aku. Aku pun berjanji, enggak akan mengecewakan kamu dan akan selalu berada di sisimu apa pun yang terjadi. Aku janji." Almira membenamkan wajahnya lebih dalam di d**a bidang Sandi yang terasa sangat nyaman dan menenangkan. Keduanya terbuai dan larut dalam suasana yang sangat mendukung. Nampaknya, usaha Almira tidak akan sia-sia dalam merebut hati suaminya. Namun, tanpa dia tahu jika masa lalu Sandi masih membayangi suaminya dan kini tengah berada di antara mereka. ### bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD