Lembar Keduabelas

1139 Words
Bi Jum berlari keluar dari kamarnya karena mendengar teriakan Agni yang sumber teriakannya itu berasal dari dapur. Masih keadaan lampu yang padam, Bi Jum seger mencari dimana saklar lampu dapur berada dan segera menyalakannya. Dirinya bisa melihat Agni sedang bersama seseorang yang ia kenal yang kini sedang dihajar oleh Agni menggunakan sapu. “Mas Arya…” ucap Bi Jum panik. “Agni stop Ni, stop.” Bi jum memerintah Agni untuk menghentikan hal yang ia lakukan ke Arya. “Bi ini ada maling Bi.” ujar Agni kepada Bi Jum sambil mengejar seseorang yang ia curigai maling yang kini tengah berlari menghindari amukan Agni. “Agni stop, Mas ini bukan maling.” ucap Bi Jum memerintah Agni sekali lagi dengan nada yang sedikit ia tinggikan agar terdengar oleh Agni. Ketika Agni mendengar ucapan Bi Jum, ia langsung menghentikan tangannya dan berhenti memukul seseorang di hadapannya. Agni menoleh ke arah Bi Jum sambil memberi tatapan seperti seseorang yang meminta kejelasan. “Bukan maling Bi?” tanya Agni tak mengerti maksud Bi Jum. Pikirnya jika seseornag yang kini di hdapannya bukan maling, lalu siapa laki-laki ini. “Iya ini Mas Arya, adiknya Mas Cakra.” jawab Bi Jum memberikan penjelasan kepada Agni. Saat mendengar namanya, Agni teringat sesuatu saat tadi malam majikannya meminta tolong untuk menyampaikan pesan kepada satpam jika anaknya tidak pulang hari ini. Agni refleks menjatuhkan sapu yang sedari tadi masih ia pegang, lagi-lagi ia melakukan hal bodoh kembali di keluarga ini, setelah tadi kepada Cakra, kini ia melakukan hal bodoh itu kembali kepada Arya yang merupakan adik Cakra. Agni langsung berlutut saat itu juga dihadapan Arya, dirinya benar-benar merasa bersalah. “Mas Arya maafin saya Mas, saya tadi nggak tau kalau ternyata Mas Arya, soalnya saya juga belum pernah ketemu sama Mas Arya.” Agni berlutut sambil memohon kepada Arya untuk memaafkan dirinya. Agni benar-benar jika dirinya akan dipecat saat ini juga, bahkan bisa saja ia akan dilaporkan kepada polisi karena melakukan kekerasan kepada majikannya sendiri. Posisi Agni saat ini benar-benar gawat. “Tenang-tenang gue maafin lo kok.” balas Arya kepada Agni. Agni mendongakkan kepalanya menghadap Arya sambil melongo. Ia baru saja mendengar bahwa Arya memaafkannya secepat itu setelah apa yang ia lakukan tadi. “Hah beneran Mas? Mas Arya maafin saya? Mas Arya nggak akan pecat saya atau laporin saya ke polisi karena tadi sempet mukulin Mas Arya kan?” Agni bertanya memastikan bahwa pria di hadapannya benar-benar serius dengan kata-katanya barusan. “Iya, ngapain juga gue mau laporin ke polisi kan tadi lo cuman berusaha ngelindungin diri lo aja, gue yakin lo juga nggak ada niat jahat ke gue juga kok.” balas Arya yang membuat hati Agni merasa tenang. “Terimakasih banyak Mas Arya, sekali lagi saya minta maaf Mas karena saya mukulin, Mas Arya jadi kesakitan.” ucap Agni. “Hahaha santai aja.” balas Arya sambil tertawa melihat raut wajah Agni yang masih diselimuti rasa takut. “Oh iya, ini anaknya Bi Jum? Kok aku baru tau Bi Jum punya anak perempuan.” Arya menoleh ke arah Bi Jum. “Bukan Mas Arya, ini Agni, asisten rumah tangga yang baru di sini, baru tadi siang juga sampainya.” jawab Bi Jum dengan nada lembut. “Oalah aku kira anaknya Bi Jum, soalnya Mamah juga belum bilang mau nambah asisten rumah tangga.” ujar Arya. “Hehe bukan Mas, ya sudah kalau gitu Bi Jum tinggal ke dalam dulu ya Mas.” Pamit Bi Jum. “Iya Bi.” jawab Arya mempersilahkan Bi Jum untuk meninggalkan dirinya di dapur. “Oh iya kita belum kenalan, ya walaupun lo udah tau nama gue sih, tapi nggak papa kita kenalan lagi, nama gue Arya Hutama, lo bisa panggil gue Arya.” ucap Arya memperkenalkan dirinya kepada Agni. “Nama saya Agni Mas.” balas Agni memperkenalkan dirinya. “Lo bukan asli dari Jakarta ya?” tebak Arya dari suara Agni yang logatnya memang bukan berasal dari Jakarta. “Bukan Mas, saya dari Solo.” jawab Agni. “Tuh kan bener, ketahuan dari ngomongnya logat orang jawa hehehe.” Arya menimpali ucapan Agni sambil terkekeh pelan. Agni merasakan ada perbedaan dari sifat Cakra dan Arya. Ia bisa melihat perbedaan sifat yang sangat signifikan. Cakra dengan sifat angkuhnya, sedangkan Arya dengan sifat yang menurutnya sangat ramah kepada dirinya padahal baru pertama kali bertemu. “Oh iya Mas Arya ke dapur mau masak apa? Biar saya aja yang masakin Mas.” tanya Agni. “Gue tadi mau masak pasta doang sih karena laper.” ucap Arya sambil tangannya mengusap-usap perutnya menahan lapar. “Kalau gitu biar saya yang masakin aja Mas, Mas Arya duduk aja.” Agni meminta Arya untuk duduk saja menunggu dirinya menyiapkan masakan pastanya. “Eh nggak usah, gue bisa masak sendiri kok.” Arya menahan Agni membuatkan pasta untuknya karena ia tidak mau merepotkan orang lain akibat rasa laparnya saat ini. “Nggak papa Mas saya aja, ini kan juga tugas saya, sekalian sebagai permintaan maaf saya karena tadi hehe.” balas Agni yang tetap kekeuh ingin memasak untuk Arya. “Ya udah deh kalau lo maksa.” balas Arya pasrah karena tak ingin membuat panjang masalah hanya karena pasta saja. Agni akhirnya segera menyiapkan bahan-bahan untuk membuat pasta instan karena ia tahu Arya sudah tidak bisa menahan rasa laparnya. Jujur saja rasa kantuknya hingga saat ini masih menyelimuti dirinya. Sesekali ia membasuh mukanya dengan air dingin agar tidak mengantuk lagi. Ketika pastanya sudah jadi, Agni langsung membawakannya ke meja makan tempat Arya duduk menanti masakannya. “Ini Mas pastanya.” Agni meletakkan piring berisi pasta di hadapan Arya. “Makasih ya, ini gue panggil lo Mbak atau Agni aja?” tanya Arya bingung karena ia tidak tahu berapa umur Agni apakah lebih muda darinya atau justru lebih tua dari dirinya. “Agni aja Mas, umur saya masih 23 tahun.” ucap Agni sambil memberitahukan umurnya saat ini. “Oke gue panggil lo Agni aja.” balas Arya mengerti, perlu diketahui saja jika umur Arya memang lebih tua dibanding Agni. Saat ini umur Arya 25 tahun dimana lebih tua dua tahun dari Agni. Agni tak sadar jika dirinya di dapur cukup lama, kini ia sudah mendengarkan adzan subuh berkumandang dari masjid yang tempatny tak jauh dari rumah ini tempatnya di ujung komplek. “Mas Arya, saya pamit ke dalam dulu ya.” ucap Agni berpamitan kepada Arya karena ingin melaksanakan sholat subuh. Arya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat mengiyakan karena mulutnya kini masih mengunyah pasta. Agni kemudian segera mengambil air wuddhu dan kembali ke kamarnya untuk menunaikan sholat subuh. Setelah selesai menunaikan sholat subuh, ia mengambil ponsel yang tergelatk di atas meja. “Karena ini udah pagi, aku telpon Ibu sekarang aja kali ya.” Pikirnya sambil mencari kontak adiknya untuk ia hubungi. Agni menunggu Laeli mengangkat teleponnya namun tak kunjung diangkat juga. Setelah dua kali ia kembali menelepon adiknya akhirnya diangkat juga panggilannya itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD