Setelah hampir dua jam Agni dan Arya berada di dalam pasar, akhirnya Agni selesai berbelanja bahan-bahan makanan yang harus ia beli.
"Udah Mas, ayok pulang." Ajak Agni sambil tangannya menenteng beberapa kantong plastik berisi sayuran, buah-buahan dan masih banyak lagi lainnya.
"Bener udah? Ada yang mau dibeli lagi nggak mumpung kita masih di sini." tanya Arya memastikan jika Agni tidak melupakan sesuatu yang nantinya harus ia beli.
"Udah kok Mas, semoga aja nggak ada yang kelupaan heheh." balas Agni.
"Ya udah ayok balik ke mobil." Arya membantu Agni membawa barang belanjaannya kembali ke mobil.
Arya langsung mengemudikan mobilnya pulang ke rumah. Sesampainya di depan gerbang rumahnya, Arya menurunkan kaca mobilnya untuk meminta tolong kepada Pak Tono untuk membukakan gerbang rumahnya.
"Pak, tolong bukain gerbangnya ya." panggil Arya dari dalam mobil.
"Siap Mas Arya." Pak Tono bergegas keluar dari pos satpam dan segera membukakan gerbang agar mobil Arya bisa masuk ke dalam halaman rumah.
"Makasih Pak." Arya melajukan mobilnya ke dalam setelah Pak Tono membuka gerbang itu.
Setelah ia memarkirkan mobil, Arya segera turun dari mobil kemudian diikuti Agni yang juga turun dari mobil. Mereka berdua masuk ke dalam rumah bersamaan sambil membawa barang belanjaannya. Saat baru saja membuka pintu rumah, Agni dan Arya tak sengaja berpapasan dengan Cakra yang sepertinya akan pergi ke kantor karena sudah mengenakan jas dan kemeja yang rapi.
"Ngapain lo pulang." ucap Cakra kepada Arya dengan memasang tatapan dingin.
"Terserah gue dong ini kan rumah Papah, jadi gue juga punya hak buat pulang ke sini." balas Arya tanpa basa-basi.
Cakra sepertinya tidak ingin mendengarkan jawaban apapun dari Arya, bahkan kini matanya beralih menatap Agni yang juga tengah berdiri di belakang Arya. Cakra menatap Agni sejenak, namun setelah itu ia memutuskan untuk pergi keluar meninggalkan Agni dan Arya yang tengah berada di ruang tamu.
Cakra pergi meninggalkan Agni dan Arya begitu saja tanpa ada kata pamit. Agni dapat melihat raut wajah Arya yang tadinya bersahabat kini berubah menjaid kaku seperti Cakra. Agni yang tak ingin menambah masalah, akhirnya ia memlih untuk meninggalkan Arya dan berjalan terlebih dahulu ke dapur.
"Saya permisi ke dapur duluan ya Mas." ucap Agni pergi meninggalkan Arya yang masih berdiri di ruang tamu sambil menenteng barang belanjaannya.
Agni lebih dulu sampai di dapur, sesampainya di dapur ia tidak melihat keberadaa Bi Jum yang biasanya jam segini sudah mulai persiapan memasak untuk makan siang.
"Ada masalah apa ya antara Mas Cakra sama Mas Arya." tanya Agni dala batinnya yang diselimuti rasa penasaran.
Saat tadi dirinya masuk ke dalam rumah bersama Arya, Agni tak sengaja mendengar percakapan antara Arya dengan Cakra dengan sikap seperti dua orang yang sedang bertengkar.
Agni heran dengan apa yang dilihat dan didengarkannya barusan, sepertinya ia dapat mengetahui jika terjadi kerenggangan hubungan kakak beradik antara Cakra dan Arya. Dirinya dapat melihat Cakra yang begitu dingin ketika berbicara dengan Arya, walaupun ia tahu sikap Cakra memang dingin namun akan aneh apabila sikap itu juga ia lakukan kepada adiknya.
Agni berpikir mungkin saja saat ini mereka berdua sedang bertengkar layaknya adik dan kakak saja, ia berharap semoga saja hubungan Cakra dan Arya tidak benar-benar merenggang.
"Haduh kenapa malah jadi mikirin urusan orang lain sih Ni." Agni menepuk jidatnya pelan untuk menyadarkan dirinya agar tidak ikut mencampuri urusan orang lain.
Agni tersadar dari lamunannya yang memikirkan Cakra dan Arya, ia baru sadar jika sedari tadi dirinya melamun di dapur, bahkan bahan-bahan yang ia beli tadi masih berada di dalam plastik dan belum ia keluarkan sama sekali.
Agni langsung buru-buru mengeluarkan satu persatu sayuran di dalam plastik dan segera ia pilah pilah, Agni memilah-milah terlebih dahulu bahan yang akan ia masak hari ini. Setelah ia pisahkan mana saja yang akan ia masak. Agni langsung menata bahan-bahan lainnya di kulkas untuk ia masak nanti malam dan besok pagi.
Tak lama setelah ia selesai menata bahan-bahannya di dalam kulkas, Arya datang menghampiri dirinya sambil mengenakan kemeja flanel dan menggendong tas ransel di pundaknya.
"Mas Arya mau kemana?" Agni refleks bertanya kepada Arya yang sepertinya akan pergi keluar rumah.
"Gue mau berangkat kuliah dulu." jawab Arya sambil menghampiri Agni.
"Oh begitu, Mas Arya ini masih kuliah ya?" tanya Agni kembali.
"Iya Ni, gue lagi lanjut S2 sekarang." balas Arya.
"Wah keren Mas Arya." ucap Agni mengangumi Arya yang masih rajin melanjutkan pendidikan sambil mengurus bisnisnya.
Saat diperjalanan menuju pasar tadi, Arya banyak bercerita tentang dirinya kepada Agni, mulai dari kesibukannya sekarang, lalu apa saja rencana-rencana yang akan ia kerjakan di bulan ini. Namun Agni merasa sepertinya ada satu hal yang sama sekali tidak Arya ceritakan kepada dirinya tentang mengapa sikap Cakra kepada adiknya juga dingin. Tapi karena Agni tidak ingin ikut campur urusan keluarga ini, ia akhirnya tak menanyakan tentang hal itu agar tidak menimbulkan masalah.
"Gue pergi ke kampus dulu ya." Arya berpamitan kepada Agni sebelum ia pergi kampus.
"Iya Mas, hati-hati di jalan." balas Agni tersenyum.
"Lo mau ikut gue ke kampus nggak? sekalian nanti gue ajak keliling Jakarta." Arya menawari Agni untuk ikut bersamanya ke kampus.
"Hehe sebenernya sih mau banget Mas, tapi mungkin lain kali saja ya Mas kalau ada waktu luang lagi." ujar Agni yang sebenarnya ingin sekali menerima ajakan Arya untuk diajak jalan-jalan, namun ia sadar harus menolak ajakan itu karena ia harus melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu sebagai asisten rumah tangga di rumah ini, apalagi dirinya baru mulai bekerja kemarin.
"Hehe sebenarnya saya sih mau banget mas, tapi mungkin lain kali saja." jawab Agni menolak ajakan Arya secara halus.
Agni merasa bahwa Arya adalah orang yang asik untuk diacak bercengkrama, tidak seperti Cakra yang sikapnya seperti es, susah mencair. Bersyukur di rumah ini dirinya bisa bertemu dengan Arya, jadi walaupun Cakra tidak bersikap baik kepadanya karena masih ada Arya. Sebenarnya bukan tidak bisa bersikap baik, tetapi mungkin Cakra belum terbiasa akrab atau butuh waktu untuk mengenal orang baru. Agni tidak ingin berpikir ke hal yang lain, ia hidup di Jakarta dan bekerja dengan keluarga Hutama untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan gajinya bisa ia simpan untuk ia berikan kepada orang tuanya yang berada di kampung dan juga untuk membiayai biaya kuliah adiknya