Agni mengetuk pintu, ia kemudian membuka pintu rumahnya dan langsung masuk ke dalam rumahnya, ia mendapati ibunya sedang menyapu lantai.
“Assalamualaikum…” ucap Agni sambil membuka pintu rumahnya.
“Waalaikumsalam…” balas ibunya yang sedang menyapu.
“Ibu istirahat aja, biar Agni yang ngelanjutin nyapunya.” ucap Agni sembari tangannya ingin meraih sapu yang dipegang ibunya namun hal itu langsung ditolak oleh ibunya.
“Biar Ibu aja, kalo Ibu tiduran terus di kamar lama-lama pegel semua badan Ibu.” balas Yuni sambil melanjutkan menyaupunya.
“Yaudah, tapi nanti kalo Ibu kecapekkan bilang sama Agni ya Bu.” ucap Agni kemudian dibalas anggukan oleh ibunya.
Agni berjalan masuk ke kamarnya, ia dapat melihat Laeli tengah sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. Agni dan Laeli tidur satu kamar karena di rumah hanya ada dua kamar, satu untuk dirinya dan adiknya, sedangkan satunya lagi untuk ibunya.
Agni berjalan ke dalam kamar dan duduk di atass kasur sembari mengamati adiknya yang tengah sibuk mengerjakan tugas.
“Tugasmu banyak banget Dek?” tanya Agni kepada Laeli.
“Iya Mbak, hari ini tugas dari dosen numpuk banget, kenapa Mbak?” jawab Laeli.
“Nggak papa cuman nanya aja soalnya kamu keliatan sibuk banget.” balas Agni sambil menggelengkan kepalanya.
“Oh iya Mbak, sebelum ujian nanti aku udah harus bayar uang semesteran.” ujar Laeli yang membuat Agni seketika terdiam.
“Mbak…Mbak…” panggil Laeli menyadarkan Agni dari lamunannya.
“Eh iya, memang kamu ujiannya kapan?” tanya Agni.
“Bulan depan Mbak.” jawab Laeli dengan nada tak enak. Laeli tau kalau ekonomi keluarganya saat ini sedang menurun namun ia juga tak bisa berbuat apa-apa lagi, bahkan ia saat di kampus ia juga mencoba untuk menjual makanan ringan yang ia bawa dari rumah, namun hal tersebut tidak dapat membantu banyak untuk melunasi kekurangan uang kuliahnya.
“Iya nanti sebelum ujian Mbak bayar.” ucap Agni sembari tersenyum, ia mengatakan hal itu karena tidak ingin membuat adiknya menjadi tidak fokus dengan kuliahnya walaupun sebenarnya ia juga belum tau akan mendapatkan uang sebanyak itu dari mana untuk membayar uang kuliah adiknya.
Malam harinya, setelah makan malam, Agni masuk ke kamarnya untuk mengambil ponselnya. Sejak sore tadi Agni terus mencari informasi tentang lowongan pekerjaan di internet dan juga koran, ia juga menanyakan ke beberapa teman dekatnya apakah ada lowongan atau tidak di tempat kerjanya, namun hasilnya masih nihil. Mungkin dirinya harus bekerja lebih keras lagi, mulai besok ia akan mengelilingi dan melamar di kedai atau rumah makan yang sedang membutuhkan karyawan.
“Agni, ada Puput di luar.” ucap Yuni sambil mengetuk pintu kamar Agni.
“Iya Bu, sebentar.” balas Agni, ia langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas selempangnya dan segera keluar. Malam ini Agni memang ada rencana pergi dengan Puput yang merupakan tetangga Agni sekaligus sahabatnya dari kecil.
Agni keluar menghampiri Puput dan ibunya yang sudah keluar terlebih dahulu ke depan rumah.
“Bu, Agni sama Puput pergi dulu ya sebentar.” Agni berpamitan kepada Ibunya sambil mencium tangan ibunya.
“Mau kemana to malem-malem?” tanya Yuni.
“Mau ke pasar malem Budhe.” jawab Puput.
“Oalah, yasudah kalau gitu, hati-hati ya.” ujar Yuni kepada Agni dan Puput. Agni dan Puput mengangguk bersamaan, kemudian mereka mulai berjalan meninggalkan rumahnya dan pergi ke pasar malam yang sekarang sedang diadakan di lapangan yang ada di dekat kelurahan dan tempatnya juga tak jauh dari rumahnya.
Sesampainya di pasar malam, Agni dan Puput berkeliling mengelilingi pasar malam, setelah lelah berjalan-jalan, Agni mengajak Puput untuk duduk di kursi yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri.
“Kamu tak perhatiin dari tadi kok murung, Ada apa?” tanya Puput yang sedari mengamati raut wajah Agni yang terlihat sangat sedih.
“Aku sekarang nganggur.” jawab Agni secara singkat, namun hal itu bisa membuat Puput seketika langsung terkejut dengan jawaban Agni.
“Hah? Kok bisa? Kenapa? Bukannya kamu masih kerja di kedainya Bu Tatik?” tanya Puput dengan wajah yang sangat penasaran.
“Iya, tapi sekarang kedainya mau di tutup selamanya karena sepi pembeli.” balas Agni sembari menganggukkan kepalanya.
“Yang sabar ya Ni buat saat ini aku cuman bisa nyemangatin kamu, terus sekarang rencana kamu mau gimana?” Puput mencoba menenangkan Agni.
“Besok aku mau keliling, mau masukkin lamaran kerja ke rumah makan sama ke tempat lainnya.” jawab Agni.
“Tak doain biar kamu cepet dapet pekerjaan lagi, nanti kalau aku punya info lowongan kerja, kamu langsung tak kasih tau.” ujar Puput.
“Makasih Put kamu emang sahabatku yang paling baik.” ucap Agni sambil tersenyum.
“Aduh aku jadi terharu, udah nggak usah murung lagi, tetep semangat pokoknya.” Puput memeluk Agni dengan erat sambil menyemangati Agni.
Agni merasa sedikit tenang setelah menceritakan semuanya kepada Puput. Baginya, Puput adalah orang yang sangat baik dan Puput juga merupakan sahabat yang selalu ada untuknya. Sebelum malam semakin larut, Agni mengajak Puput untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Agni langsung tidur supaya besok pagi ia bisa segera mencari pekerjaan.
Pagi harinya, Agni melakukan kegiatan seperti biasa yaitu memasak, menyapu, mengepel dan hal lainnya yang biasa ia lakukan sebelum berangkat juga. Hari ini Agni tidak menyuapi ibunya sarapan karena ibunya sendiri yang menolak dengan alasan ibunya merasa sudah lumayan sehat.
“Bu, janji sama Agni ya nanti kalau Ibu capek langsung istirahat.” Agni memperbolehkan ibunya untuk melakukan kegiatan di rumah dengan catatan jika ibunya merasa kelelahan, ibunya harus segera beristirahat, dan ibunya pun menyetujui hal itu.
“Iya Ni.” jawab Yuni menyetujui permintaan Agni.
Agni kemudian berpamitan pergi kerja ke ibunya. Sebenarnya Agni benar-benar merasa tak enak hati ketika harus membohongi ibunya, dari kemarin hingga sekarang dirinya belum memiliki keberanian untuk bilang ke ibunya bahwa dirinya kini sedang menganggur. Agni merasa takut jika hal itu akan berpengaruh ke kesehatan ibunya. Ia tidak ingin ibunya tambah sakit karena memikirkan dirinya yang kini menganggur dan tidak mempunyai penghasilan lagi.
Agni mulai berkeliling ke beberapa rumah makan mulai dari yang terdekat jaraknya dari rumahnya hingga rumah makan yang letaknya jauh dari rumahnya. Setelah beberapa jam ia menghabiskan waktunya untuk mencoba melamar kerja, hasilnya masih nihil karena semuah rumah makan yang ia datangi belum membutuhkan pegawai tambahan.
Agni benar-benar sudah lelah dan tidak tau harus kemana lagi untuk mencari pekerjaan, sedangkan bulan depan ia harus segera membayar uang kuliah adiknya. Agni duduk untuk beristirahat sejenak sembari meminum air mineral yang ia bawa dari rumah. Agni menghela napas sejenak sebelum ia kembali mulai mencari pekerjaan lagi.