Sudah seharian Agni pergi mencari kerja namun sama sekali belum ada yang membutuhkan jasanya, Dirinya sudah tidak tahu lagi akan seperti apa jika ibunya dan adiknya tau kalau sekarang sedang menganggur. Agni memutuskan pulang ke rumah karena hari juga sudah mulai malam dan dirinya sudah sangat kelelahan. Ia baru sampai rumah ketika jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Agni membuka pintu rumahnya namun seketika kepalanya merasa pening, ia merasa pusing sedari tadi perjalanan ke rumah, pandangannya semakin kabur hingga akhirnya pandangan Agni semuanya menjadi gelap. Tubuhnya ambruk ke lantai hingga membuat Yuni terkejut ketika mendapati putrinya pingsan.
“Agni, Agni bangun.” Yuni menggoyang-goyangkan badan Agni namun tidak ada respon.
“Laeli, laeli sini cepet.” panggil Yuni dengan nada yang sedikit berteriak.
“Ada ap… Mbak Agni, Mbak Agni pingsan? Kok bisa?” tanya Laeli yang terkejut saat keluar kamar.
“Ibu juga nggak tau, bantu Ibu ngangkat Mbak Agni ke kamar.” balas Yuni yang dibalas anggukkan oleh Laeli. Mereka berdua kemudian membopong Agni menuju kamar, setelah terbaring di ranjang, Laeli langsung mengambil minyak kayu putih lalu ia berikan ke ibunya. Yuni mengusap-usapkan minyak kayu putih ke hidung Agni sedikit agar Agni segera sadar. Tak berapa lama tubuh Agni merespon, Agni kemudian membuka matanya perlahan, ia masih sangat pusing ketika sudah sadar.
“Aku kok udah di kamar aja Bu?” tanya Agni yang bingung karena seingatnya ia tadi baru saja membuka pintu rumah.
“Kamu tadi pingsan di depan, Ibu sama Laeli mindahin kamu kesini, kamu kenapa? Kecapekkan?” tanya Yuni sambil memijat-mijat tangan dan kaki Agni.
“Iya mungkin Bu.” jawab Agni.
“Laeli, tolong ambilin air putih buat Mbak mu.” ucap Yuni meminta Laeli untuk mengambilkan segelas air putih.
“Iya Bu.” balas Laeli sambil menganggukkan kepalanya, kemudian ia keluar dari kamar dan menuju dapur.
Setelah mengambil segelas airnya, Laeli kembali ke kamar, namun saat akan kembali ke kamar ia melihat tas yang Agni pakai kerja terjatuh di lantai saat pingsan tadi dan belum sempat dibereskan. Sebelum ke kamar, Laeli terlebih dahulu berjalan untuk mengambil tas itu agar bisa sekalian ia bawa ke kamar. Saat mengambil tas tersebut, pandangan tiba-tiba tertuju pada sebuah amplop cokelat.
Ia kemudian mengambil amplop cokelat itu dan membukanya, ia bisa melihat dengan jelas isi surat yang ada diamplop tersebut yang berisi surat lamaran kerja milik kakaknya. Laeli terkejut ketika melihat surat itu, dirinya langsung paham kalau saat ini kakaknya sedang menganggur dan ia juga tahu pasti kakaknya pingsan karena lelah mencari lowongan pekerjaan.
Laeli memasukkan kembali surat itu ke dalam amplop, ia kemudian membawa tas amplop cokelat itu ke kamar sambil membawa segelas air putih yang tadi sudah ia ambil di dapur. Saat Laeli membuka pintu kamar, Agni bisa melihat tangan Laeli memegang amplop cokelat yang berisi surat lamaran kerja, Ia tahu pasti adiknya itu sudah membuka amplop tersebut dan tahu kalau sekarang dirinya sedang menganggur. Ia juga bisa melihat tatapan adiknya yang merasa kasihan kepada dirinya.
“Mbak ini minumnya, sama ini tasmu.” ucap Laeli sambil menyerahkan segelas air kepada Agni dan meletakkan tasnya di samping Agni.
“Itu apa yang ada di tangan kamu? Sini ibu mau lihat.” tanya Yuni yang melihat Laeli sedang memegang sebuah amplop cokelat.
Laeli terlihat bingung harus menjawab apa karena ia juga tak mau kesehatan ibunya kembali terganggu ketika mengetahui kalau kakaknya yang satu-satunya membantu keuangan keluarga kini menganggur. Namun Laeli tidak bisa menolak untuk memberikan amplop itu kepada ibunya, ia kemudian memberikan amplop tersebut kepada ibunya dengan rasa bersalah. Agni yang masih terbaring lemas hanya bisa pasrah ketika kini ibunya dan adiknya harus mengetahui kalau ia saat ini sedang menganggur.
“Kamu mau lamar kerja? Memang pekerjaan yang kemarin kenapa Ni?” tanya Yuni.
“Sebenernya Agni sekarang nganggur Bu, kedai tempat Agni kerja bangkrut dan mau ditutup.” jawab Agni dengan pelan karena takut ibunya syok.
Agni bisa melihat raut wajah ibunya yang begitu syok ketika mendengar jawabannya, ia melihat tatapan ibunya yang tak bisa ia artikan setelah tahu kalau dirinya kini menganggur.
“Ibu maafin Agni ya, Ibu tenang aja Agni bakal terus cari kerja sampai dapet.” ucap Agni merasa bersalah ke ibunya.
“Kenapa minta maaf Ni, kamu nggak salah, Ibu sama Laeli bangga sama kamu karena selalu mau bekerja keras, kamu cari kerjanya nanti saja kalau sudah sembuh.” ucap Yuni menenangkan Agni. Agni menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.
“Yasudah kamu istirahat, Ibu mau ke kamar.” ucap Yuni yang kemudian dibalas anggukkan kembali oleh Agni. Setelah ibunya pergi, kini giliran Laeli yang menatap dirinya wajah iba.
“Mbak apa aku cuti kuliah aja ya? Aku nggak mau ngerepotin kamu Mbak, kalau aku cuti kuliah nanti kan aku bisa cari kerja dulu buat sementara waktu.” ujar Laeli yang langsung ditolak oleh Agni.
“Jangan Dek, kamu fokus kuliah aja, urusan p********n biar Mbak aja yang mikirin, kamu mikirin kuliah kamu aja.” balas Agni.
“Maaf ya Mbak kalo Laeli selalu ngerepotin Mbak Agni.” ucap Laeli dengan tatapan yang merasa sangat bersalah.
“Siapa yang bilang kamu ngerepotin Mbak? Kan juga udah kewajiban Mbak buat ngebiayain kuliah kamu jadi kamu nggak usah ngerasa bersalah lagi.” ujar Agni menenangkan adiknya yang terlihat merasa bersalah.
“Makasih ya Mbak.” balas Laeli dibarengi pelukan hangat ke kakaknya.
“Iya sama-sama.” Agni membalas pelukan hangat dari adiknya itu. Ia merasa bahagia karena memiliki keluarga yang sangat perhatian kepadanya.
Pagi harinya ketika dirinya sudah merasa lumayan sehat, Agni berjalan keluar kamarnya menuju depan rumah bersiap untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Saat sedang menyapu teras, Agni melihat Puput dari kejauhan berlari menghampirinya. Setelah sampai di depan rumah Agni, Puput tampak kelelahan dan berusaha mengatur napas.
“Kenapa Put kok lari-lari? Ada apa?” tanya Agni yang bingung melihat Puput berlari menghampirinya.
“Aku punya info lowongan pekerjaan buat kamu.” ujar Puput dengan antusias.
“Hah? Beneran Put?” tanya Agni memastikan kalau Puput sedang tidak bercanda.
“Iya, tapi lowongan pekerjaan jadi asisten rumah tangga, jadi pembantu gitu, kamu mau?” tanya Puput.
“Mau, aku nggak papa mau kerja apa aja yang penting halal.” jawab Agni.
“Tempat kerjanya dimana Put?” tanya Agni.
“Kemarin aku dapet info dari sepupuku katanya yang lagi butuh asisten rumah tangga itu temennya sepupuku dan rumahnya di Jakarta.” ucap Puput.
“Ja-Jakarta?” tanya Agni dengan tatapan terkejut.
“Iya, aku tau kok kamu pasti butuh waktu buat mikirin ini jadi pikirin baik-baik dulu aja Ni nanti kalo udah tau jawabannya kasih tau aku ya biar aku mintain alamatnya ke sepupuku.” jawab Puput.
“Makasih ya Put, nanti aku pikirin dulu.” balas Agni sembari tersenyum. Agni dan Puput berbincang-bincang sejenak di luar hingga kemudian Puput memutuskan untuk pulang kembali ke rumah.
Pikiran Agni bingung ketika mendapat informasi berupa tawaran pekerjaan yang barusan dilontarkan oleh Puput. Harusnya ia senang mendengar tawaran itu, namun di sisi lain ia tidak ingin egois dan harus memikirkan keluarganya ketika nantinya ia harus merantau meninggalkan keluarganya untuk bekerja.